Part 21

135K 11.2K 44
                                    

Saat pagi terbangun, tak ada yang berbeda. Namun yang membuat Zoe hampir memekik adalah mendapati sosok Marius yang meringkuk disampingnya.

Seketika ia mengingat kejadian semalam, Marius yang merintih tak berdaya karena menggigil kedinginan.

Otomatis Zoe beranjak duduk kemudian mengecek suhu badan Marius, masih terasa hangat namun tak setinggi semalam. Zoe mengira panas Marius telah turun.

Dengan inisiatif, ia kemudian turun dari ranjangnya beranjak menuju dapur meninggalkan Marius yang masih meringkuk nyaman di sampingnya.

Dan kini ia merasa seperti istri sungguhan..

Marius yang merasa jika Zoe telah pergi kemudian segera membuka matanya. Sebenarnya ia telah terjaga sedari tadi, namun menyadari Zoe yang terbangun Marius buru-buru menutup matanya kembali. Ia hanya canggung harus bersikap bagaimana, karena ia tak terbiasa dengan keadaan dimana ia terbangun bersama wanita. Apalagi itu Zoe, terakhir kali kenangan mereka terbangun bersama adalah saat bulan madu singkatnya di Venice.

Marius beranjak duduk kemudian menyenderkan tubuhnya pada senderan ranjang. Ia melirik jam di nakas kemudian tatapannya beralih pada baskom yang terisi setengah air.

"Zoe.." lirihnya kemudian terkekeh seperti orang bodoh.

*

Zoe mengaduk nasi yang hampir menjadi bubur, dibantu dengan Amber Zoe memasak bubur untuk Marius. Ntah mengapa tiba-tiba ia merasa iba mengingat keadaan Marius yang lemah seperti itu. Ia lebih suka berhadapan dengan Marius yang menyebalkan dari pada dengan Marius yang tak berdaya.

"Lihat masih sepi kan? Ini masih terlalu pagi ya tuhan"

"Damian, diamlah! Kau berisik sekali"

Samar-samar Zoe mendengar suara berisik dan langkah kaki menuju dapur.

Zoe menilik lewat counter dapur hingga kemudian ia melihat dua orang yang tak asing. Delilah dan Damian sedang berjalan ke arahnya sepagi ini.

Zoe mengerut bingung "Delilah?"

Melihat Zoe berada di balik counter dapur Delilah tersenyum lebar "pagi, Zoe"

"Pagi Zoe" sapa Damian

Dan Zoe hanya tersenyum kikuk, lalu dua orang itu duduk di kursi bar.

"Apa yang kau masak Zoe?"

Zoe mengerjapkan matanya "em.. aku memasak bubur"

Delilah menyeringai "seperti orang sakit saja"

"Iya, sebenarnya ini untuk Marius"

"Apakah dia sakit?" Tanya Damian

Zoe mengangguk "sepertinya dia demam"

Delilah mendesah kecewa "yah, padahal tadinya aku ingin sarapan bersama"

"Kalian? apa yang kalian lakukan dirumahku pagi-pagi seperti ini?" Tanya seseorang yang tiba-tiba datang. Membuat perhatian semua orang yang berada di dapur beralih padanya.

"Zoe, kau bilang lelaki itu sakit?" Delilah memicingkan matanya.

Zoe menoleh ke arah Delilah, mengabaikan Marius yang baru terbangun tidur dengan hanya mengenakan piama tidurnya saja.

"Dia memang sakit, semalam menggigil"

Delilah mencibir "ia bahkan terlihat oke-oke saja" kemudian memukul bahu Marius

"Awsh! Apa-apaan sih kau ini!" Ujar Marius jengkel

"Aku hanya mengecek keadaan mu, syukurlah jika kau masih merasa kesal. Brati kau baik-baik saja"

Marius menatap Delilah kesal kemudian duduk di samping Delilah hingga wanita itu berada di antara dua lelaki yang kini duduk di samping kanan kirinya.

"Damian, aku turut kasian padamu yang memacari wanita bar-bar itu" cibir Marius

Damian melebarkan matanya "hey, jangan mengejek kekasihku!"

Marius hanya mendengus kesal kemudian tatapannya beralih pada Zoe yang sejak tadi memperhatikan mereka bertiga.

Zoe menggeleng pelan, kemudian segera kembali pada masakannya yang ternyata sudah siap. Amber membantu menyiapkan bubur tersebut kedalam mangkok.

"Zoe, kau memasak?"

Pertanyaan bodoh

"Memangnya kau melihat aku sedang apa Marius? Yang benar saja" ujar Zoe

Marius terkekeh "apa itu untukku?"

Zoe mengerutkan dahinya "untuk kita semua"

"Uh ku kira itu spesial untukku" Marius memajukan bibirnya

Zoe hanya terkekeh kemudian meletakan empat mangkok bubur diatas meja bar lalu ia berputar dan duduk disamping Marius.

"Ku harap rasanya tak buruk" ujar Zoe

Marius melirik Zoe lalu tersenyum "tenang saja, aku tetap akan menyukainya"

Hingga kemudian

"Marius, bawangnya berikan padaku. Jangan kau buang" ujar Delilah yang kemudian menyendok bawang yang ada di atas bubur Marius kemudian memindahkan ke mangkoknya.

"Ambil saja semuanya, seledrinya juga Del"

"Ish kau ini, dari dulu tak ada berubahnya"

"Rasanya tak enak tahu!" Dengus Marius sengit

"Yaiya lah, kau belum mencobanya bodoh" dan Delilah pun tak mau kalah.

Zoe menoleh melihat interaksi mereka. Delilah dan Marius, meskipun mereka terlihat tak akur namun interaksi mereka terlihat seperti terikat satu sama lain.

Seketika muncul perasaan tak enak di benak Zoe, entah mengapa ia merasa ada yang mengganjal ketika melihat Delilah dan Marius. Meskipun ia tau, kenyataannya mereka hanyalah sahabat.

"Ini enak Zoe, ternyata kau bisa memasak ya?" Ujar Damian tiba-tiba membuat Zoe mengalihkan tatapannya kemudian menatap Damian yang berada di ujung sana.

Zoe terkekeh "tidak juga"

"Zoe memang pandai memasak, ia selalu membuatkan makanan kesukaanku" ujar Marius sementara ia memakan buburnya.

Zoe mencebikkan bibirnya, Marius memang pembohong ulung. Sudah jelas Zoe tak pernah memasak untuknya, ia malah berucap seperti itu. Barangkali untuk sarapan bersama saja jarang, ia malah berkata seperti itu. Seakan mereka adalah pasangan suami istri pada umumnya.

"Benarkah? Pantas saja kau tergila-gila padanya"

Tanpa sadar Marius mengangguk "ia isteri idaman, asal kau tau"

"Sayang sekali, andai ia tau keburukanmu man. Zoe pasti akan kabur meninggalkanmu"

Marius melirik Damian "Zoe tidak akan melakukannya" -lalu Marius bergantian melirik Zoe- "iya kan, Zoe?"

Zoe yang terbengong mendengar itu hanya tergagap bingung mau menjawab apa. Kemudian ia memilih untuk tersenyum kikuk kemudian kembali menikmati buburnya.

Dan Delilah hanya menatap Marius yang acuh dan Damian yang tersenyum miring dengan tatapan polos. Kedua lelaki disampingnya ini memang memiliki caranya sendiri untuk menjalin persahabatan.












Big thanks buat kalian yang masih setia baca Mr. Dangerous.

Keep enjoy guys! 😊🙏

Mr. Dangerous ✔ (AVAILABLE AT BOOKSTORES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang