METAMORFOSA PART 6

373 41 0
                                    

Bianca tidak bisa tidur. Dia bukanlah tipe orang dengan tingkat insomnia tinggi. Dia selalu menjaga pola tidurnya yang teratur. Namun untuk malam ini ada pengecualian. Bagaimana tidak Albani terus memenuhi otaknya.

Enam tahun dia berhasil bertahan tanpa sedikitpun memikirkan tentang kabar laki-laki itu. Namun sekarang? Dia justru memikirkan Albani. Ini sudah sebulan dia mengerjakan proyek Holios.

"Tenang, Bi. Tinggal dua minggu lagi kamu akan menyelesaikan proyek itu dan kamu nggak perlu susah-susah menghindarinya lagi," gumam Bianca mensugesti otaknya.

Bianca berjalan mondar mandir untuk menghilangkan kalutnya. Sampai pada akhirnya dia berhenti pada satu titik. Melihat foto dirinya dengan keluarga Budiman saat berlibur di Singapura tahun lalu. Dia mendekati foto itu di dinding, mengusapnya dengan jemari.

Bibirnya bergetar menahan tangis. Keluarga Budiman sudah sangat banyak membantunya. Apakah dia tega menghancurkan keluarga itu demi egonya? Bianca mengusap gambar Yosa yang merangkul pundaknya tepat di depan patung Merlion.

"Tuhan, apa yang harus aku lakukan?"

**

Jemari Yosa mengusap wajah Bianca yang tertidur pulas. Mencuil hidung mancung milik Bianca dan mengusap dengan ibu jari bibirnya. Sungguh pemandangan seperti ini yang ingin didapat Yosa ketika dia menjadi suami Bianca. Entah kapan itu terjadi.

Perempuan di hadapannya kini yang sanggup membuatnya percaya akan cinta kembali. Yosa tidak akan menyerah sampai Bianca mengiyakan ajakannya untuk menikah. Bianca menggeliat saat dirasakan ada sapuan halus di sekitar wajahnya.

Perlahan mata Bianca menyesuaikan cahaya matahari dan..

"ARRGGHHHHH!!!!!  YOSAAA?? NGAPAIN KAMU DI KAMARKU??" teriak Bianca sambil terbangun dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Kamu ngapain sih disini, huh?"

Yosa ikutan bangkit dan berjalan menuju jendela. "Maaf, Bi tapi suwer deh aku nggak ngapa-ngapain kamu kok. Aku cuma bangunin kamu doang," cicit Yosa.

Bianca menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Aku minta kamu keluar dari kamarku,"

"Oke. Sekali lagi aku minta maaf ya, Bi. Aku tunggu di bawah untuk sarapan," Yosa pun menghilang di balik pintu. Barulah Bianca menuju kamar mandi.

Bianca sudah rapi dengan setelan kerjanya. Rok span berwarna turqouise dengan atas blouse putih polos ditambah aksesoris kalung yang menggantung di leher jenjangnya.

Donita tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk anggota keluarganya. Wanita itu sangat telaten jika menyangkut masalah bersih-bersih rumah.

"Tadi kamu diapain sama Yosa, Bi? Om denger kamu teriak-teriak," tanya Doddy sambil melipat koran pagi lalu menyeruput kopi hitam di depannya.

Yosa langsung menoleh begitu namanya disebut. "Nggak aku apa-apain kok, Pi. Beneran deh. Nunggu halal baru deh Bianca aku apa-apain," jawab Yosa.

"Kamu ini,  Yos. Jangan suka gangguin Bianca ah. Nanti dianya illfeel sama kamu," kali ini Donita menambahkan. Wanita itu duduk di sebelah Bianca dan mengelus lengan Bianca.

"Tante, Om dan kamu Yos, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Bianca dengan raut wajah serius. Ketiga saling menatap heran dan mengangguk hampir bersamaan.

Bianca menatap ketiga orang yang begitu baik padanya dengan sendu. Apakah ini saat yang tepat kalau dia akan menerima lamaran Yosa?

"Ada apa, Bi? Kamu mau tanya apa, sayang?" tanya Donita sambil mengelus pelan punggung Bianca.

"Apa kalian akan menerima kekurangan aku kalau nantinya aku menjadi bagian dari keluarga ini?"

"Maksud kamu apa, Bi?" potong Yosa.

METAMORFOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang