"Hanya agar kau fokus pada NEWT dan terbukti nyata sekarang," ujarnya dan aku tahu itu hanyalah sebuah pengalihan.
Kuhela napasku sesaat. "Berhenti membohongiku."
"Belum saatnya. Jadi, lebih baik kau sekarang mandi dan aku akan menunggu untuk makan malam," tandasnya lalu mengecup puncak kepalaku kemudian menghilang di balik pintu.
Saat aku turun untuk makan malam semua orang sudah duduk di hadapan meja makan panjang milik keluarga Weasley dan dari yang kulihat semuanya mengangkat gelasnya saat melihatku. "Selamat, Rose," seingatku mereka secara serentak mengucapkan kedua kata itu dan membuat pipiku berasa panas seakan-akan direbus di dalam kuali terbesar milik Slughorn.
"Ayo turun dan bergabung," ujar James dengan alis yang sengaja ia naikan untuk menggodaku.
Aku memandangnya dengan pelototan. Dia teramat sangat tahu bahwa aku canggung untuk hal-hal seperti ini. Dan lagipula hal ini sangat berlebihan untuk menyambut kelulusanku seperti ini, hal ini bukanlah hal yang menakjubkan, hari ini bukanlah Natal, Thanksgiving, Paskah, atau perayaan besar lainnya. Dan bukan diriku saja yang lulus pada tahun ini, Albus juga dan dengan hasil yang memuaskan pula setahuku.
"Terima kasih," hanya kata itu yang sanggup terucap dariku.
Dad berdiri dari kursinya dan memelukku sambil mengucapkan selamat dan diikuti oleh semua orang yang berada di ruangan ini. Aku menatap pada Albus dan ia hanya tersenyum dan mengedikkan bahu. "Kau juga seharusnya ikut dalam perayaan ini," bisikku padanya.
"Ooh ayolah Rose, aku bahkan lupa dengan nilai-nilaiku," kekehnya. "Sekali lagi selamat, Aunt Hermione memang memilki gen super," tambahnya.
"Terima kasih, Al."
Dan makan malam kami dimulai seperti tradisi yang ada. Penuh canda dan tawa, dentingan alat makan, saling mengejek dan obrolan ringan lainnya. Sementara aku seperti biasanya pula, hanya mendengarkan dan sesekali tertawa dan tersenyum. Setelah membaca buku harian Mum, aku sedikit merasa bahwa aku lebih cocok hidup di dalam keluarga Malfoy yang senyap. Tetapi, buru-buru aku mengenyahkan pikiran itu. Tak mungkin hal itu terjadi.
Makan malam berakhir dan semua orang sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Aku berjalan ke halaman belakang dan menemukan James yang sudah berada di sana dengan gelas wine di tangannya. "Sejak kapan kau menjadi sangat berkelas?"
Ia menatapku bingung. "Wine," kuperjelas dan ia tertawa.
"Wine dapat melancarkan pencernaanmu setelah menghabiskan berpiring-piring beef wellington Grandma," tawanya.
Aku ikut tertawa dan berdiri di sampingnya. Matahari masih sedikit menunjukkan semburat jingga cahayanya dan itu sangatlah indah. "Rose."
"Eehm."
"Aku hanya tak ingin kau terluka," ujarnya setelah menyesap kembali wine-nya.
"Perjelas maksudmu, James."
"Hanya itu untuk sekarang."
Ia merangkulku. Kuhela napas sejenak dan kemudian meletakkan kepalaku di bahunya.
"Menginaplah di rumahku malam ini," pintaku padanya.
"Terlalu banyak pekerjaan yang harus kukerjakan."
"Kerjakan di ruang kerja ibuku."
"Rose."
"Aku memaksamu."
"Baiklah.
000
Aku meninggalkan James di ruang kerja ibuku. Sesuai dengan janjinya atau lebih tepatnya disebut sesuai dengan paksaanku, James menginap di rumahku untuk semalam. Entah setan apa yang merasukiku sehingga aku begitu memaksa James untuk bermalam di rumahku. Padahal tak ada hal yang dapat kami lakukan bersama karena ia harus memereskan pekerjaannya. Tetapi mengetahui ia berada di sampingku dan ia tak lagi menjauhiku adalah kebahagiaan tersendiri. Aku kembali ke kamar dan bertekad menghabiskan buku Mum malam ini juga.
YOU ARE READING
The Notebook by AchernarEve (END)
RomanceCukup dengan tulisan dan kau akan mengetahui segalanya. Read and Review, please. Harry Potter, T, Indonesian, Romance & Hurt/Comfort, WARNING : beberapa chap akan di privat
Chapter 14
Start from the beginning
