Chapter 10

1K 110 2
                                        

Natal

Butir demi butir salju turun secara perlahan dari angkasa. Tidak ada angin yang berarti. Keadaan sangat nyaman dan tentram. Sangat kudus. Tak ada kicauan burung. Hanya ada suara dari helaian udara dari angin yang bergerak lalu bergesekan dengan benda di sekitarnya.
Aku masih di dalam selimut. Duduk menyandar di papan kepala tempat tidur. Gorden yang memang semalaman ini dibiarkan terbuka sudah memancarkan pendar cahaya dari luar sana. Kulirik jam tangan yang kuletakkan di nakas tadi malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Tetapi, aku masih enggan untuk menggerakkan tubuh secara berelebihan. Mungkin bila aku mengikuti tradisi Natal keluarga Mum, pasti sekarang aku sudah menggunakan dress terbaik dan duduk takzim di dalam gereja mendengarkan khotbah dan melantunkan puji-pujian pada Tuhan. Dan terima kasih Merlin, aku tak perlu melakukan semua hal itu karena tradisi seperti itu tak ada di dunia kami. Pandanganku beralih dari jendela berhias salju menuju sosok yang tertidur dengan gaya yang entah apa namanya di tempat tidur seberangku.

Aku tersenyum menatapnya. Rambut hitamnya terkulai lemas menutupi sebagian wajahnya. Selimut yang sedianya menutupinya tadi malam sekarang sudah menghilang entah kemana. Aku mendengus padanya saat ia bercerita dengan sangat bersemangat tentang kegiatannya sebagai intern di Kantor Auror tadi malam. James memang suka berlebihan bila menceritakan sesuatu, tapi hal itu yang membuatku bertahan dengannya. Dia berisik. Aku pendiam. Semacam simbiosis mutualisme bagiku.

"Hey, sweetheart," Grandma Molly mengetuk pintu kamar kami lalu melongokkan kepalanya ke dalam. "Kau sudah bangun?"

Aku mengangguk. Tatapannya beralih pada James yang masih menunjukkan tidur dengan gaya bebasnya itu. Grandma tersenyum menatap cucu lelakinya itu. "Kau kedatangan tamu," ujarnya kembali menatapku dengan senyuman hangat khasnya.

"Pagi-pagi seperti ini?" tanyaku setengah menaikan alis.

Siapa yang akan mengunjungiku di pagi Natal seperti ini? Helaine? Aku rasa tak mungkin. Dia sudah sampai di Prague semalam rasaku. "Rose," suara Grandma membuyarkan lamunanku.

"Aah yaa. Aku akan segera turun."

"Bangunkan James untuk sarapan," lalu ia pergi meninggalkanku.

Dengan malas aku turun dari tempat tidur dan mengikat asal rambutku. Kuambil jubah tidur panjang dan merapatkan serapat-serapatnya di tubuhku. Kuguncang-guncang tubuh James yang tak bergerak seperti mayat itu dan ia hanya mengeluarkan geraman dari mulutnya dan dengan tersenyum bodoh aku meninggalkannya.

Grandma mengatakan bahwa temanku itu menunggu di halaman. Yang benar saja. Mana ada makhluk normal yang akan menunggu di luar dengan cuaca sedingin ini. Baru saja aku keluar dari dalam rumah sosok itu langsung mengejutkanku. Ooh jangan berpikir bahwa ia mengagetkanku dengan suara atau semacamnya. Ia hanya berdiri lalu tersenyum saat melihatku.

"Scorpius."

Aku masih tak percaya dengan apa yang aku lihat di hadapanku sekarang. Scorpius Malfoy. Di The Burrow. Mustahil. Tetapi, kenyataan berkata lain. Ia sedang berdiri di hadapanku. Mantan partner Ketua Muridku ini berada nyata di depanku.

"Rose," sapanya.

Namun aku masih menatapnya dengan tatapan yang teramat sangat tak percaya. "Rosalie," ucapnya lagi. "Kau melamun," dia tersenyum sangat tipis saat mengatakan dua kata itu padaku.

"Hah yaa. Maaf."

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku.

"Aku tak boleh mengunjungimu?" ia berbalik tanya dengan bingung.

Buru-buru aku menggeleng. "Bukan itu."

"Aku hanya mampir dan membawakanmu ini," ia menyodorkan sebuah kotak beludru bewarna hitam pekat padaku.

The Notebook by AchernarEve (END)Where stories live. Discover now