"Malfoy? Mr. Malfoy?"
"Rose Weasley?"
Aku menengadah. "Malfoy?"
Terkejut menyergapku seketika. Hal apa yang membawa sosok Malfoy di depanku ini datang menghampiri. Langsung saja kututup buku harian Mum dan ikut berdiri di hadapannya. "Ada apa?"
"Kau Rosalie Weasley dari asrama Griffyndor?" dia berbalik tanya.
Aku mengangguk. "Ada apa?" kuulang kembali pertanyaan yang tadi telah kulontarkan.
"Hanya ingin menyampaikan amanat dari Profesor MacGonagall bahwa kau diminta untuk menjadi Ketua Murid Wanita sementara waktu menggantikan Faviana Olivier sementara waktu karena orang tuanya sedang sakit keras di Perancis."
Lagi-lagi aku terkejut. "Aku? Ketua Murid?"
Kini pria yang di hadapankulah yang turut mengangguk. "Sementara," tambahnya.
Pandanganku kosong namun segera dengan cepat kualihkan kepada Helaine yang sedang sibuk menghalau Quaffle. "Baiklah, segera temui Profesor MacGonagall dan pindah ke asramaku. Selamat sore, Miss Rosalie Weasley," ujarnya kemudian melangkah untuk turun dari tribun ini.
"Rose. Rose saja," ujarku seketika menanggapinya.
Tanpa senyuman atau ekspresi lain yang dihasilkan wajahnya ia mengangguk. "Rose."
Aku duduk dan masih terkejut. Ketua Murid. Ini gila.
000
"Kau menjadi Ketua Murid?" suara Helaine menggelegar di seantero kamar kami.
"Sementara," tambahku.
Kini ia ikut duduk bersamaku dan mengguncang-guncang bahuku. "Ini luar biasa. Aku sudah yakin kau pasti akan menjadi Ketua Murid saat kita masih di tahun pertama," ujarnya dengan rasa suka dan gembira yang berlebihan.
"Sementara," tambahku lagi.
"Aku tak peduli, hal yang penting kau menjadi Ketua Murid."
Aku tersenyum kemudian bangkit dan merapihkan diriku di hadapan cermin. "Kau mau kemana?" tanya Helaine.
"Bertemu MacGonagall untuk membicarakan hal itu," jawabku.
"Baiklah, sampai ketemu saat makan malam."
"Baiklah."
Koridor riuh dengan murid yang memang sedang menunggu saat makan malam. Celotehan terdengar di setiap sudut. Aku menangkap sosok Scorpius Malfoy tengah tertawa bersama teman-teman Slytherin-nya di sebuah sudut koridor. Aku ralat, dia tidak tertawa. Dia hanya tersenyum setiap teman-temannya mengeluarkan lelucon yang mereka miliki. Mungkin ia tak memiliki saraf tertawa di tubuhnya. Ia mengangguk saat pandangan kami bersibobrok. Aku ikut mengangguk sebagai balasan dari sapaan bisunya dan lanjut berjalan menuju tujuan utamaku tadi.
Setelah mengucapkan kata sandi ruangan Kepala Sekolah ini, kedua gargoyle yang berada tepat di depan pintu itu menggeser dan memberikan akses masuk padaku.
"Masuklah, Miss Wesley," ujar MacGonagall saat pintu ruangannya kuketuk.
Pintu ruangan itu bergeser dan aku melihat Profesore MacGonagall berdiri dengan jubah hijau lumutnya. "Selamat malam, Profesor."
"Selamat malam, Miss Weasley, masuklah."
"Jadi, aku berasumsi kau sudah tahu maksud dan tujuan aku memanggilmu dari Mr. Malfoy, bukan?"
Aku mengangguk mengiyakan. "Kau akan menjadi Ketua Murid dengan waktu yang belum ditentukan, tapi ini hanya bersifat sementara sampai Miss Olivier kembali dari Perancis."
ANDA SEDANG MEMBACA
The Notebook by AchernarEve (END)
CintaCukup dengan tulisan dan kau akan mengetahui segalanya. Read and Review, please. Harry Potter, T, Indonesian, Romance & Hurt/Comfort, WARNING : beberapa chap akan di privat
