Patroli perdana sebgai Ketua Murid berhasil dengan lancar kulewati. Dan seperti yang kuduga Scorpius Malfoy berjalan dalam diamnya. Dia tak mengeluarkan sepatah katapun sampai saat ia menemukan murid yang melanggar jam malam atau melanggar peraturan Hogwarts. Dibalik sifat dingin dan acuhnya tersimpan ucapan-ucapan pedas yang membuatku terkejut. Aku hampir tak habis pikir ia mengatakan seorang murid Slytherin yang aku tak tahu berada di tingkat berapa memiliki otak yang membeku sehingga ia tak bisa berpikir dan dengan seenaknya melanggar jam malam di Hogwarts, lalu ia memberikan detensi selama satu minggu di bawah pengawasannya. Saat dia meminta persetujuan dariku, aku hanya mengangguk dengan cepat karena tak sanggup mengatakan apapun lagi. Setelah memberikan detensi-detensi dengan suara pelan namun sangat menusuk itu ia kembali diam dan melanjutkan patrolinya.
Besok adalah akhir pekan. Patroli malam sudah kami lakukan, Scorpius dengan wajah dan ekspresi datarnya mengatakan bahwa ia akan ke asramanya terlebih dahulu dan menyuruhku untuk kembali ke asrama kami atau ke asrama Gryffindor, ia mengatakan bahwa biasanya banyak murid yang suka mengerjai Ketua Murid Wanita, apalagi diriku yang masih sangat baru. Jadi, aku langsung meluncur ke asrama Ketua Murid.
Cokelat panas, selimut, dan perapian sudah siap menemaniku malam ini untuk membaca buku harian Mum lagi. Kali ini aku sengaja bersantai di ruang rekreasi asrama ini. Sofa yang begitu nyaman serta perapian yang super besar membuat malam musim gugur yang sudah hampir mendekati musim dingin ini menjadi terasa sangat hangat.
Musim Dingin
Draco Malfoy dan diriku berciuman merupakan rahasia terbesarku saat ini. Hanya itu yang akan kukatakan sekarang.
000
Musim Dingin
Hampir dua hari ini aku tak melihat Malfoy, baik di Aula Besar, lorong, bahkan selama dua hari ini kami tak memiliki kelas yang sama. Kehilangan. Aku anggap bukan hal itu yang aku rasakan. Aku sangat ingin bertemu dengannya, secara pribadi tentunya, untuk menanyakan apa sebenarnya yang terjadi malam itu? Apa sebenarnya yang ada di dalam otak berambut pirangnya itu sampai ia dengan santai menciumku. Dan aku hanya ingin memastikan apa perasaan yang sedang aku rasakan padanya.
Hari ini hampir saja semua pertanyaanku terjawab tapi, aku mengacaukanya dengan sekejap. Harry dan Ron dengan sangat bersemangat berkumpul dengan para pria Gryffindor dan entah apa yang mereka bicarakan. Jadi, aku memutuskan untuk kembali ke asrama atau kemana saja kakiku melangkah, mungkin saja ke perpustakaan. Entahlah. Koridor masih terlalu ramai untuk dapat aku sadari sebuah tangan menarikku ke dalam sebuah lemari penyimpanan. Lagi-lagi lemari penyimpanan. Aku terkejut bukan kepalang saat si pirang Malfoy menarik tanganku.
Aku melotot sejadi-jadinya saat mendapatinya menyeringai tepat di hadapanku.
"Mal-," dia langsug menutup mulutku karena suaraku yang terdengar sangat kencang.
Aku kembali melotot karena ia tetap menutup mulutku dengan seringaian yang eeuh aku tak dapat jelaskan apa bentuknya. Baiklah, itu seringaian yang menawan (aku akan membakar diriku bila sampai ada masayrakat sihir yang membaca buku ini).
"Mud- Granger maksudku," ujarnya lalu dengan perlahan melepaskan tangannya dari mulutku.
Kuhela napas dan menatapnya tak percaya. "Apa maksud semua ini?" tanyaku setengah berbisik padanya.
"Menurutmu apa maksud semua ini?" ia berbalik tanya dengan seringaian yang masih tetap berada di wajahnya.
Aku kembali melotot. Tak habis pikir aku dibuatnya. Mengapa ada orang seperti ini berada di muka bumi? Baiklah aku tak akan mempermasalahkan bila orang ini berada di muka bumi, tapi mengapa orang seperti sampai bisa berada di Hogwarts dan berada dalam satu tingkat denganku?
YOU ARE READING
The Notebook by AchernarEve (END)
RomanceCukup dengan tulisan dan kau akan mengetahui segalanya. Read and Review, please. Harry Potter, T, Indonesian, Romance & Hurt/Comfort, WARNING : beberapa chap akan di privat
