Dia mendengus. Aku bersedekap menatapanya.

"Aku pintar, Malfoy."

"Apa maksudmu?"

"Aku dapat mencerna dan menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi antara kita," jawabku cepat.

Ia memundurkan tubuhnya kemudian bersandar di dinding tepat di hadapanku. Kedua tangannya ia letakkan ke dalam saku. Kembali ia menatapku. "Apa yang kau simpulkan dari semua yang terjadi, Granger?"

Kini aku yang membeku saat ia mengutarakan kata-katanya.

Aku tak tahu apa ekspresi yang ia keluarkan saat ini. Menyeringai atau tersenyum.

"Simpulkan, Granger. Aku ingin mendengarnya. Aku tahu kau sudah memikirkannya beberapa hari ini, bukan?"

"Bagaimana jika kesimpulanku salah?"

"Aku akan menyetujui setiap kesimpulan yang kau buat."

"Kau menyukaiku."

Kembali ia menyeringai. "Jika itu yang kau pikirkan, aku akan menyetujui kesimpulanmu."

Mulutku menganga. Yaa, mungkin aku berpikir bahwa mulutku menganga saat mendengarkan ucapannya. Kalimatnya itu ibarat sebuah kalimat yang mengamini setiap kalimatku. Refleks aku mendekatinya dan berdiri tepat di hadapannya.

"Kau pasti tidak waras sekarang," kuendus kemejanya "apa kau berhasil menyelundupkan Fire Whiskey ke dalam kastil?"

Dia menangkup kedua wajahku dan mendekatkan padanya. Napasku terasa tercekat. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi sekarang. Benar-benar frustrasi. Malfoy mendekatkan wajahku padanya dan aku dapat merasakan bibirnya sudah berada di bibirku dan ia melumatnya secara perlahan. Merlin! Sensasi panas menjalari seluruh tubuhku. Harum serta helaan napasnya kembali kurasakan. Merlin! (lagi) Aku tak tahu bila berciuman dengan pria pirang ini rasanya begitu menakjubkan. Aku dapat merasakan ia menyeringai dalam ciuman kami lalu dengan perlahan mendorong tubuhku. Ia tersenyum disela napasnya yang tersengal akibat aktivitas di luar nalar kami tadi.

"Aku sadar dan sangat waras dari apa yang dapat kau pikirkan, Granger."

"Kau menjebakku, Malfoy," ujarku tak percaya "kau akan melaporkan setiap gerak-gerikku, Harry, dan Ron pada Umbridge saat aku terjebak padamu."

Senyum di wajahnya menghilang. "Kau berpikir seperti itu?" tanyannya datar.

Aku tak menjawabnya. "Jika seperti itu yang kau pikirkan, silahkan berpikir seperti itu," ujarnya memandangku dengan serius lalu bergerak menuju pintu untuk keluar dan aku tak tahu apa yang aku lakukan, aku menghalanginya. Aku merutuki diri karena mengucapkan kalimat bodoh seperti tadi. Tentu saja aku mempercayainya. Jika tidak, aku tak mungkin berada di ruang penyimpanan bersama dirinya sekarang.

"Aku mempercayaimu," ujarku menunduk tak berani menatapnya.

Dia berbalik dan mengangkat wajahku. "Belajarlah untuk percaya padaku mulai sekarang, Hermione."

"Hermione?"

"Namamu Hermione, bukan?" tanyanya menyeringai dengan seringaian yang aku tahu hanya ia yang memilikinya.

Aku terdiam. Tak tahu takjub, terkesima, atau berubah menjadi bodoh. Ia sedikit merunduk dan kembali menciumku. Dia melepaskannya lagi-lagi secara perlahan yang membuatku mati beku seketika. "Bernapaslah, Granger," ia tersenyum di sela ucapannya.

"Huh?"

"Aku akan keluar terlebih dahulu," ia menyeringai dan meninggalkanku yang masih berusaha mengumpulkan nyawa yang sempat tercecer.

The Notebook by AchernarEve (END)Where stories live. Discover now