"Bukankah aku yang tadi pertama bertanya padamu, ferret?"
Dia mengedikkan bahunya. "Pertama, bisakah kau menghilangkan panggilan 'ferret' itu?" tak ada jawaban yang terlontar dari mulutku. "Dan aku akan mencoba untuk tidak memanggilmu 'mudblood' bagaimana?"
Aku tak menggubris kalimat basa-basi yang ia ungkapkan. "Apa kau menciumku agar kau mengetahui semua kegiatanku bersama Harry dan Ron serta anak Gryffindor lainnya, huh?"
"Memangnya apa yang kau lakukan dengan kedua orang itu?"
"Jawab aku!"
Ia mengerutkan sebelah alisnya. Perawakannya tetap tenang. Aku tak tahu bahwa Malfoy dapat bertingkah setenang ini di hadapanku. Biasanya dia akan balik menyerangku dengan segala macam kalimat cercaannya.
"Kau berpikir seperti itu?" kembali ia berbalik tanya padaku.
"Jawab saja, Malfoy!"
Dia mendekatkan kepadaku. Lagi-lagi kejadian malam itu terulang. Aku terjebak di antara dirinya dan dinding lemari penyimpanan yang terasa begitu dingin sekarang. "Kau pikir aku menjadi sangat berengsek di hadapanmu karena aku membencimu?" tanyanya yang terasa sangat menusuk.
Dia melepaskanku. "Ternyata kau tak sepintar yang selalu diagung-agungkan orang, Granger," ia berbalik dan dengan luwesnya ia keluar dari lemari penyimpanan.
Aku berusaha mencerna semua kata yang ia ucapkan.
000
Musim Dingin (akhir musim dingin lebih tepatnya)
Akhirnya! Aku berhasil mencerna seluruh perkataan Malfoy malam itu. Aku berharap hasil dari cernaan pikiranku memang benar adanya. Bila aku salah mencerna semua kalimat dan tindak-tanduk mahluk pirang itu, maka habislah aku!
Hari terasa amat panjang bagiku. Sepagian ini aku mencari si Pirang, tapi tak kunjung menemukannya. Di kelas, di Aula Besar, sampai lapangan Quidditch. Akhirnya kuputuskan untuk makan siang bersama teman-temanku. Dan akhirnya pula aku bertemu pandang dengan sosok yang kucari separuh hari ini. Ia duduk tepat di hadapanku. Aku tahu ia memerhatikanku dari seberang sana. Aku mencoba untuk berkonsentrasi dengan makan siang dan hasilnya sama sekali tak berhasil. Dengan berani aku menatapnya dengan intens. Aku memutuskan menyudahi makan siangku dan bangkit untuk beridri.
"Kau mau kemana, 'Mione?" tanya Ron disela suapannya.
"Ada sesuatu yang harus kukerjakan. Habiskan makanan di mulutmu terlebih dahulu, Ronald," ujarku.
Harry dan Ginny menatapku dengan penuh tanya. "Perlu bantuan?" kini Harry yang bertanya padaku.
Dengan cepat aku menggelengkan kepala. "Hanya beberapa tugas Rune Kuno. Kau pasti akan mati bosan bila ikut denganku."
"Tapi kau belum menyelesaikan makan siangmu," kini Ginny membuka suara.
"Sebenarnya aku belum lapar. Aku pergi dulu," aku bergegas keluar dari Aula Besar.
Seperti mengerti akan semua tatapan dan tingkah laku yang kutunjukkan, Malfoy juga ikut keluar dari Aula Besar itu. Aku merasakan kehadirannya di belakangku. Koridor terhitung sepi saat ini. Hampir semua orang terfokus dengan makan siangnya.
Aku berhasil masuk ke dalam ruang penyimpanan. Hampir lima menit aku berada di dalamnya dan Malfoy tak kunjung masuk. Aku mengintip dari dalam dan mendapatinya berdiri diam menatap pintu ruangan ini. Dan kini ia menatapku dengan tatapan dinginnya saat aku membuka pintu. Aku mengedarkan pandangan ke seluruh koridor. Sepi. Dengan cepat aku menariknya masuk.
YOU ARE READING
The Notebook by AchernarEve (END)
RomanceCukup dengan tulisan dan kau akan mengetahui segalanya. Read and Review, please. Harry Potter, T, Indonesian, Romance & Hurt/Comfort, WARNING : beberapa chap akan di privat
Chapter 4
Start from the beginning
