000
Musim Dingin
Semuanya terkesan semakin menjadi-jadi. Terutama kelakuan dari Umbridge si wajah kodok itu. Aku tak tahu apa yang ada di otaknya sampai membuat semua peraturan dan memajangnya di dinding lorong kastil. Itu gila. Semuanya semakin gila aku rasa. Semua kegiatan di kastil dikendalikan olehnya. Aneh rasanya dengan semua ini.
000
(Masih) Musim Dingin
Tak ada surat dari Viktor hari ini. Mungkin ia terlalu lelah sampai lupa mengirimkanku surat. Aku menertawakan diriku hari ini. Kata-kataku tadi terdengar seperti wanita yang terlalu posesif terhadap pacarnya, bukan? Bahkan ia bukan pacarku dan aku gila karena ia tak mengabariku barang sehari saja. Semua orang bertanya tentang apa sebenarnya hubunganku dengan si atlet Quidditch dari Bulgaria itu. Dan aku akan diam dan tak tahu harus menjawab apa tentang definisi dari hubungan kami. Dia sempat menyinggung tentang hubungan kami, tapi Demi Merlin aku terlalu sibuk dengan kekacauan di Hogwarst. Aku selalu merasa bila suatu saat Viktor akan sadar bahwa aku tidak cantik dan secara perlahan akan pergi meningalkanku. Dan sejujurnya aku terganggu dengan pikiran itu. Apakah ada lelaki selain dirinya yang menerimaku sebagai teman dekatnya? Semua itu terlepas dari Harry dan Ron tentunya. Terkadang aku berpikir bahwa sejauh manapun aku berusaha berkencan dengan banyak pria takdirku akan berujung bersama salah satu dari sahabatku. Mungkin Harry mungkin juga Ron. Untuk Harry, itu pasti tidak mungkin. Selain Ginny yang sudah jatuh cinta padanya sejak pertama kali berjumpa dan kegilaan Harry pada Cho membuatku mual membayangkan bila aku akan berakhir bersama Harry. Untuk Ron, aku akan menertawai diriku sepanjang hidup bila suatu saat nanti aku berakhir dengannya. Apa rasanya menikah dengan Ron? Aku akan makan hati menghadapi kekonyolannya setiap hari. Bukan aku tak menyayainginya, aku sangat menyayangi Ron dan Harry. Mereka seperti kakak bagiku. Sejak aku hanyalah anak tunggal, memiliki mereka di sampingku merupakan anugerah tersendiri.
Aku akan mencoba untuk tidur dan meminum ramuan tidur tanpa mimpi. Sejenak saja aku ingin menghilangkan semua pikiran yang ada di kepalaku. Bahkan aku tak mengerti dengan apa yang aku alami. Umurku baru 16 tahun, tapi pikiranku seperti wanita berumur 30an dengan segala masalah yang menimpa. Harry menyuruhku untuk sedikit bersantai, tapi aku tidak bisa. Kepalaku seakan ingin pecah bila mengingat Viktor akan menghindariku, nilai OWL-ku akan buruk, dan bila suatu saat nanti Harry harus benar-benar menghadapi Voldemort sementara aku tak bisa melakukan apapun. Lihat, aku terlalu banyak berpikir, bukan?
Kali ini aku akan benar-benar tidur.
"Rose."
"Hey, Weasley," aku mendengar seseorang memanggil namaku.
Aku membuka sedikit kelopak mataku dan menemukan Helaine yang berkacak pinggang di hadapanku. Tanpa tedeng aling-aling lagi ia menyibak selimutku. Udara dingin langsung menyergap. Awal musim dingin sangatlah tidak bersahabat bagiku. Aku mencoba menarik kembali selimut yang sudah berhasil tersingkap oleh Helaine tadi.
"Bangun, Rose," ujaranya.
"Ini masih pagi," ucapku malas namun bangkit dari tempat tidurku.
Kuraba nakas yang berada tepat di samping tempat tidurku untuk mencari ikat rambut biru gelap milikku. "Masih pagi? Demi Merlin Rose ini sudah pukul setengah 11 dan kau mengeluh ini masi pagi. Dasar manja."
Setelah berhasil mengikat rambutku aku hanya mengangguk menghadapi Helaine. "Aku tidur larut tadi malam."
Kerut menghiasi dahi sahabatku ini saat mendengar ucapanku tadi. "Apa yang kau lakukan? Rasaku kita sudah mengerjakan semua tugas. Bahkan tugas untuk dua minggu kedepan."
YOU ARE READING
The Notebook by AchernarEve (END)
RomanceCukup dengan tulisan dan kau akan mengetahui segalanya. Read and Review, please. Harry Potter, T, Indonesian, Romance & Hurt/Comfort, WARNING : beberapa chap akan di privat
Chapter 2
Start from the beginning
