Chapter 1. PROLOG

Start from the beginning
                                        

Aku dapat melihat Dad yang sedari tadi duduk di beranda menatap danau di belakang rumah kami. Pandangannya kosong. Menatap hampa ke depan. Hal ini biasa ia lakukan bersama Mum di sore hari saat akhir pekan. Kami selalu menghabiskan musim panas bersama saat liburan tiba. Kini Dad hanya sendiri. Tak ada es teh beraroma lemon yang biasa Mum buatkan untuknya atau untuk kami. Dia hanya sendiri dengan segala kesedihan yang ia pendam. Yaa, setidaknya hal itulah yang aku dapat tangkap dari semua sikap yang ia tunjukkan setelah Mum pergi untuk selamanya.

"Dad," sapaku yang membuyarkan lamunannya.

"Rossie," jawabnya yang langsung membenarkan posisi duduknya yang sepertinya merosot tadi.

Aku mengambil tempat untuk duduk di sampingnya. Kami tak mengucapkan sepatah katapun. Aku hanya menikmati semilir angin yang sesekali bertiup. Sore ini tampak sangat cerah. Kicauan burung-burung terdengar dengan sangat jelas dari beranda di belakang rumah kami.

Dad mengambil tanganku dan menggenggamnya perlahan dengan erat. Aku melihat ia tersenyum saat melakukannya. Lalu tatapannya dialihkan padaku, senyum masih tersulas di wajahnhya. "Kau sangat mirip dengannya, Rossie," ucapnya yang terdengar seperti berbisik.

"Benarkah?"

Dad mengangguk. "Kau sangat mirip dengannya. Rambut, kulit, bentuk wajah, sampai kecerdasanmu adalah cetak biru darinya."

"Aku tak secantik Mum, Dad," jawabku yang ikut tersenyum saat mendengarnya.

"Dulu aku berpikir tak ada yang dapat menandingi kecantikan ibumu, tapi kini semua pikiran itu salah. Kau sangat mirip seperti dirinya, young girl. Dan kurasa hanya kau yang dapat menandingi kecantikan serta kecerdasan ibumu."

Aku kembali tersenyum saat mendengar kalimat yang diutarakan oleh Dad. "Aku secantik Mum?"

"Lebih dari sekadar yang kau pikirkan, Rossie," balas Dad yang mengecup punggung tanganku.

Sore berganti dengan senja yang mengeluarkan semburat merah keemasannya di langit barat. Kicauan burung itu berganti dengan derik jangkrik dan binatang malam lainnya. Aku masih duduk terdiam bersama Dad. Tatapannya kembali menerawang. Menerawang ke dimensi ruang dan waktu yang tak dapat kujangkau.

"Kau pasti sangat mencintainya," ujarku.

Dia hanya tersenyum. "Apakah sangat terlihat?" kekehnya.

"Dan Mum juga pasti sangat mencintaimu, sama seperti kau mencintainya, bukan?"

Raut wajah Dad berubah seketika. Ia masih tersenyum, tapi ada sesuatu yang sepertinya mengganjal disenyumnya. Terlihat dipaksakan.

"Dad?"

"Semua itu tak seperti pikiranmu, Rossie," ujarnya kembali tersenyum lalu beranjak dari duduknya. "Ayo kita masuk, sepertinya makan malam sudah siap dihidangkan oleh Granny-mu."

Dad kemudian masuk meninggalkan aku dengan sejuta penasaran yang berkecamuk. Apa maksud dari ucapannya tadi. 'Semua itu tak seperti pikiranmu, Rossie'

Aku mengedikkan bahu dan mengikutinya ke ruang makan.

000

Sudah dua minggu sejak kepergian Mum. Segala aktivitas kami sudah kembali juga seperti semula. Dad sudah kembali bertugas di Kementerian, begitu juga dengan Uncle Harry dan semua saudaraku. Dan aku masih menjadi pengangguran musiman menunggu untuk kembali ke sekolah. Sudah dua minggu ini aku terbiasa untuk berperan menggantikan Mum di rumah. Mulai dari membersihkan rumah sampai membuatkan Dad sarapan, untuk makan malam adalah sebuah pengecualian. Granny akan selalu mengirimkan kami makanan karena aku belum mahir untuk membuat makanan berat. Aku juga tak mau membuat Dad sebagai kelinci percobaan dalam setiap masakanku. Setiap sore hari Granny datang ke kediaman kami dengan makan malam di tangannya atau kami akan ke The Burrow setelah Dad kembali dari Kementerian. Dan aktivitas itu terus berlanjut paling tidak sampai aku kembali ke sekolah. Hal inilah yang membuatku cemas bukan kepalang. Bagaimana nasib Dad dan rumah ini saat aku tak ada? Dad bukanlah tipe yang akan membersihkan rumahnya setiap hari walaupun aku yakin dengan sedikit sihir rumah ini akan membersihkan dirinya sendiri. Mungkin aku akan membahasnya nanti bersama Dad.

The Notebook by AchernarEve (END)Where stories live. Discover now