Kylie mengerutkan keningnya menatap Bio. "Ada apa tumben ngajakin gue pergi? Biasanya juga ogah." Nyinyirnya. "Karena lo tau gue pergi sama Aldo? Cemburu lo?"

Bio tertawa kecil. "You wish. Gue cuman mau ngajak lo nonton buat ngerayain kelulusan bareng. Juga, gue nggak yakin kalo lo pergi sama dia."

"Apa maksud lo nggak yakin Kay pergi bareng gue?" Aldo maju selangkah menghadap Bio tapi di cegah oleh Kylie dengan berdiri di antara mereka agar tidak terlalu tersulut emosi yang akhirnya Aldo kembali berdiri di sampingnya.

"Gini ya, Bio. Lo nggak perlu khawatir gue pergi sama Aldo. Karena Aldo sayang sama gue tulus jadi gue yakin dia nggak bakalan aneh-anehin gue. Karena yang namanya sayang tuh bakalan jagain gue apalagi nyakitin gue." Ia sedikit menyindir Bio agar cowok itu sadar akan perbuatannya yang sering kali menyakitkan hati Kylie.

Keningnya berkerut dalam sesaat setelah mendengar jawaban Kylie. Entah kenapa di telinganya terasa sangat aneh. Kepala Bio manggut-manggut mengerti. "Sekarang udah pergi kan? Giliran pergi sama gue sekarang." Ia menarik tangan Kylie sedikit kasar, menjauhi Aldo tapi dirinya lupa kalau tangan Kylie yang lainnya juga di tahan oleh laki-laki itu. Jadilah mereka masing-masing menarik tangan Kylie, lebih tepatnya memperebutkannya.

"Lepasin tangan lo." Kata Bio tegas.

"Enggak. Lo aja yang lepasin. Gue mau anterin dia ke kamarnya. Udah jam berapa nih lo baru ngajak jalan dia?!" Suara Aldo mulai meninggi. Perasaan Kylie mulai tak enak tatkala pandangan semua orang di lobby mulai memperhatikan mereka bertiga dengan sedikit keributan. Tak luput dari pandangan satpam apartemennya pula.

"Lo tuh jadi orang pemaksa banget sih? Lepasin tangannya Kylie sekarang!" Mampus. Bio menaikkan nada intonasinya. Aldo maju selangkah, mencengkeram kerah baju Bio dengan kasar.

"Permisi, ada keributan apa disini? Jika ingin ribut silahkan di luar. Jangan disini." Usir sekuriti gendut berkumis tebal tersebut. Aldo melepas cengkeramannya dengan kasar sedang Bio membetulkan kerah bajunya dengan santai.

"Aldo, mending lo pulang aja sekarang gak pa-pa. Gue bakalan baik-baik aja kok sama Bio. Makasih buat makan malamnya ya." Kylie menetengahi situasi keruh tersebut.

"Tapi Kay—"

"Gue gak pa-pa, Do. Percaya sama gue." Putusnya sambil memamerkan senyum tulus Kylie.

Aldo mengangguk pelan. Tangannya menepuk kepala Kylie pelan sebelum dirinya pergi dari sana. Bio membawanya ke areal parkiran dengan tangan masih menggenggam pergelangan tangan Kylie. Tak ada niatan cowok itu untuk melepaskan genggamannya, membuat Kylie terheran.

"Kita mau kemana?" Tanya Kylie begitu mereka sudah berada di dalam mobil yang melaju pergi dari apartemen. Tak ada jawaban dari bibirnya. Ia terus fokus ke arah jalanan yang ramai lancar. Wajahnya datar sama sekali tak menampakkan ekspresi disana. "Gue salah apa lagi, Bi?" Tanya Kylie lagi sambil menundukkan kepala seperti merasa bersalah.

Cowok itu menoleh sekilas lalu kembali menatap depan. "Lo ngerasa bersalah apa?" Ia malah balik bertanya seolah-olah sengaja membuat Kylie terus merasa bersalah.

Ia menggeleng lemah tak tahu. "Gue cuma pergi makan sama Aldo. Terus langsung pulang. Gue juga nggak tau kalo lo sms gue tadi. Soalnya gue nggak pegang hape tadi." Kylie mencoba menjelaskan semuanya. "Maaf..." Katanya lagi terdengar lirih.

Hening. Tak ada tanggapan apapun dari Bio. Hanya suara deru mesin yang dengan lembut terdengar di telinga dan klakson yang beberapa kali Bio tekan. Sesampainya mereka di bioskop, Bio mengantri beli tiket sebentar lalu popcorn dan minuman bersoda untuk mereka berdua. Lampu teater sudah terlebih dahulu di padamkan saat Kylie dan Bio masuk karena layar sudah memutar beberapa iklan sebelum film di mulai. Selama film di mulai, Kylie masih fokus ke film bergenre horor tersebut. Hanya kadang sesekali dirinya menangkup wajahnya dengan telapak tangan karena terkejut.

Sedangkan Bio, cowok itu sedari tadi hanya diam tak menampilkan eskpresi apapun. Tidak terkejut, takut atau semacamnya. Bio emang gak bisa mengekspresikan emosi kayanya. Batin Alexa saat sekilas melirik laki-laki itu.

Mereka sudah sampai ke inti film. Dimana itu adalah puncak masalah dalam film, artinya bakalan banyak adegan mengejutkan dari hantu di film tersebut. Suasana menjadi sangat hening seketika. Dan layar besar itu juga gelap. Tak menampilkan apapun disana selama beberapa detik. Kylie kian lama kian menyembunyikan wajahnya ke samping. Dan...

"Aaaaa!" Kylie berteriak kencang di susul dengan suara teriakan orang lain di berbagai perjuru. Wajahnya bersembunyi di tempat dimana matanya tak lagi mendapat celah untuk melihat ke layar yang masih menampakan wajah hantu dengan jelas disana.

"Kay, udah ilang." Kata Bio pelan.

Seakan baru tersadar dari alam bawah sadarnya, Kylie segera menjauh dari pundak belakang cowok itu. Ia hanya refleks dari terkejut tadi. Jantungnya mendadak berpacu lebih cepat dari biasanya. Bukan karena filmnya, tetapi karena tatapan orang di sampingnya. Tatapan itu sangat gelap mengunci matanya agar tak memandang ke arah lain.

"Lo takut?" Tanyanya lagi. Kylie refleks menggeleng keras, mengalihkan pandangan ke depan. Berusaha konsentrasi. Tangannya tidak sengaja menyenggol siku laki-laki sebelahnya. Seperti sedang bersentuhan dengan mahluk lain, tubuhnya membuat respon yang bahkan sangat menghindari sentuhan fisik dengan Bio. "Lo kenapa, Kay?"

Kylie hanya menggeleng pelan berusaha untuk tetap fokus pada film. Beberapa menit kemudian, tangan kanannya di letakkan kembali ke tangan kursi. Tak menghiraukan sisi tangan keduanya yang bersentuhan. Jari kelingking Bio tiba-tiba dikaitkan ke kelingking Kylie. Cewek itu baru tersadar beberapa detik kedepan. Matanya masih menatap layar LCD. Lagi-lagi jantungnya berdegub kencang tatkala tangannya di genggam oleh Bio erat-erat.

"Kenapa? Bentar lagi lo nggak akan ketemu gue. Jadi gue ngebolehin lo buat gandeng tangan gue." kata Bio kepada Kylie yang berekspresi datar menatapnya.

Diam-diam dirinya tersenyum sendiri. Mau gandeng tangan aja alesan gitu. Dasar jaim! Pikir Kylie. Tangan laki-laki lagi terulur pada Kylie. Kali ini agar kepalanya menyandar ke pundak jangkung Bio. Kembali Kylie tersenyum sendiri, senyum yang lebih lebar kali ini.

"Bilang aja lo pengen dempet-dempet gue. Ye kan?"

"Emang iya, kenapa? Gak boleh?" Kylie mencibir. "Toh lo juga yang seneng gue giniin. Kan lo suka sama gue dari dulu." Tambah Bio menyombongkan diri.

"Terus lo suka gue?"

"Nggak lah!" Bantahnya cepat. "Gue cuma ngasih kesempatan terakhir buat lo karena bentar lagi kita udah nggak ketemu. Dan gue bebas dari gangguan lo."

Kylie memilih mengalah tak menanggapi ucapannya. Kepalanya ia dekatkan ke dada Bio karena dirinya merengkuh bahu Kylie erat. Telinga Kylie samar-samar mendengar pacuan detak jantung Bio yang sama cepat seperti miliknya Sepanjang sisa film di mainkan mereka berdua masih mempertahankan posisinya hingga film selesai. Malam itu Bio berubah menjadi sedikit melunak pada Kylie. Ya walaupun jaimnya masih di pertahankan kuat oleh pria itu. Namun membuat Kylie yakin bahwa sebenarnya Bio juga mempunyai perasaan yang sama dengannya. Hanya saja tertutupi oleh sikap dingin dan juteknya. Dan terakhir. Gengsi jangan lupa.

"Makasih ya Bio udah ngajakin gue nonton." Mereka berdua sudah sampai di dalam gedung apartemen, tepatnya di depan pintu kamar Kylie.

Lagi. Bio tersenyum. Kali ini lebih tulus dan hangat. "Gue seneng bisa jalan sama lo juga." Balasnya. "Untuk terakhir kalinya." Lanjut Bio.

"Lo tuh kok nyebelin sih. Pengin banget gue cubit pipi lo saking gemesnya."

"Nih." Ia mendekatkan sebelah pipinya kepada Kylie. Tangannya mencubit pelan pipi Bio. Setelah itu mereka berdua tertawa renyah bersama. "Kay..."

"Hmm?"

Bio menarik tangan Kylie dan memeluk tubuh mungil tersebut. Sangat erat. Cewek itu terkejut bukan main. Benar-benar Bio sangat berbeda kali ini.

"Gue balik ya." Pamit cowok itu lembut seraya melepaskan pelukan mereka. Tangannya menepuk puncak kepala Kylie beberapa kali lalu ia berlalu dari hadapannya.

"Bio..." Panggilnya setengah berteriak. Cowok itu masih terus berjalan. "Hati-hati di jalan!" Bio melambaikan tangan ke atas. Baru setelah cowok itu menghilang ke dalam lift yang membawanya turun, Kylie masuk ke dalam dengan perasaan senang.

Semuanya perfek.

Lalu dirinya masuk ke kamar sambil bersenandung kecil. Perasaannya bahagia malam itu.

×××

Mine.Where stories live. Discover now