14 : Remediasi : [end]

101K 9.8K 694
                                    


14

: r e m e d i a s i :


2015



"Ada lagi yang perlu saya bereskan?"

Leia menelan ludah mendengar suara direktur departemennya. Dia menggeleng, memberi senyum sopan. "Tidak, Pak Regen. Ini sudah cukup."

"Baik." Regen mengangguk. Tangannya mendorong berkas di meja yang sudah ditandatanganinya ke arah Leia.

Leia mengambil berkas itu. "Terima kasih, Pak."

"Ya." Sedikit, Regen menarik sudut-sudut bibir, membentuk senyum. "Viel Glück, Leia. Semoga beruntung untuk kehidupan barunya."

Lagi, Leia menelan ludah. Allahuakbar, Pak Re senyum. "Iya, Pak. Terima kasih." Leia menunduk hormat. "Saya permisi dulu."

Regen hanya mengangguk. Lalu sibuk kembali dengan laptopnya.

Usai pergi dari ruangan direktur operasional, Leia berjalan menuju kubikel kerjanya. Minggu ini adalah minggu terakhirnya bekerja di kantor ayah Aksel. Dia sudah berniat mengundurkan diri dari perusahaan selama beberapa bulan terakhir. Bukan karena tidak betah, tetapi karena dia menemukan sesuatu yang benar-benar ingin dia lakukan, yakni mengembangkan bisnisnya sendiri.

Menarik napas dan tersenyum sambil menyemangati diri dalam hati, Leia melangkahkan kaki menuju lift. Dia menunggu kotak besi itu sampai di lantai tempatnya berdiri dengan tenang. Begitu bunyi 'ting' dari lift muncul dan pintu mulai terbuka, Leia bersiap untuk masuk ke dalamnya.

Namun, sosok yang ada di dalam sana sempat membuatnya tertegun sejenak.

Sudah satu tahun berlalu dari hari Bara mengantarkannya pulang karena sakit di pesta ulang tahun Aksel. Pasca itu pun, sudah sangat jarang Leia melihat Bara. Baru Leia kemudian ketahui bahwa ternyata awal-awal tahun 2015, Bara menjalani pengabdian di suatu daerah terpencil sebagai dokter.

Kekagetan Leia pun tadi bukan tanpa alasan. Bara sekarang jadi jauh lebih kurus dibanding saat Leia terakhir kali melihatnya. Kulitnya juga lebih gelap—mungkin karena lebih sering dipanggang matahari. Tetapi beberapa hal, seperti kantung matanya yang agak tebal, senyumnya yang ramah, serta tatapan jenaka lelaki itu masih sama.

Kadang Leia merasa lucu, betapa waktu dapat mengubah banyak hal, tetapi bisa membuat perasaan tetap sama.

Hatinya masih bisa merasa hangat ketika Bara memberi senyum kepadanya. Otaknya masih memikirkan kemungkinan seandainya dia bisa bersatu bersama Bara. Hanya saja, Leia lebih mengenali dirinya kini. Dia tahu bahwa tak semua hal yang dia inginkan harus dia wujudkan jadi kenyataan.

Usai Leia masuk lift, Bara menyapa, "Hai, Leia. Long time no see."

"Definitely." Leia terkekeh. "Kakak kurusan sekarang."

"Terima kasih. Kamu orang ke sekian yang udah ngomong kayak gitu." Bara ikut terkekeh, lalu memandang Leia lebih teliti. "Rambut baru?"

Leia mengangguk. Menyentuh jumputan rambutnya yang sudah dipotong sebahu. "Mau coba gaya baru aja."

"Cocok, kok." Bara terkekeh. "Dengar-dengar, katanya kamu mengundurkan diri dari perusahaan ini, ya?"

Leia melebarkan mata, kemudian melepaskan napas dari paru-paru. "Pasti Pak Aksel yang bocorin ke Kak Bara."

Remediasi | ✓Where stories live. Discover now