Part 10 : Friendship

10.7K 801 27
                                    

Thanks for the wait, Happy Reading!
Ps. Ini salah satu part favoritku biarpun pendek XD


Part 10 : Friends

Keduanya sudah duduk dalam mobil Alvian. Alviannya menyalakan mobilnya dan meninggalkan parkiran bawah tanah apartemennya.

Setelah mempertimbangkan pikirannya sejenak, Alvian bertanya, "Lo mau makan malam dulu gak?"

"Uhm, boleh sih." Jawab Clary, "Awalnya kak Ben udah janji mau makan diluar bareng dan mengingat orang tuaku lagi di Bandung, kemungkinan besar gak ada makanan dirumah." Jelas Clary.

"Ada sesuatu yang mau lo makan gak?" tanya Alvian. Rencana awalnya adalah masuk ke restoran pertama yang menarik baginya, tapi karena ada Clary, mungkin saja dia mau makan makanan tertentu.

"Gak ada sih, bukannya tadi lo mau makan? Gue ikut aja." Clary bahkan tidak sadar kalau dia menggunakan kata lo-gue pada Alvian, yang sebenarnya tidak ingin digunakannya pada Alvian di luar sekolah. Clary bermaksud mengganggu Alvian dengan sebutan Sir jika dia bertemu Alvian diluar sekolah. Tapi Clary sedang tidak ingin berpikir saat itu dan hanya mengikuti cara berbicara lawan bicaranya.

"Gue gak ada rencana sih sebenernya." Kata Alvian. "Punya rekomendasi restoran enak gak di sini?"

Clary berpikir sejenak, "Ada sih, tapi gue ga ngejamin lo bakal suka."

"Dimana?" tanya Alvian. Clary memberitahunya dan merekapun menuju restoran itu. "Western restaurant? Aku setengah berharap kau merekomendasikan rumah makan yang memiliki makanan khas di Indonesia, tapi ya sudahlah." Gumam Alvian saat dia memarkir mobilnya.

"Sorry," gumam Clary, merasa pilihannya salah.

Alvian berbalik menatapnya setelah mematikan mobilnya, "Tak apa, lain kali beritahu aku rumah makan yang menyajikan makanan khas Indonesia, ya?" Clary tidak memikirkan apapun saat dirinya mengangguk. "Great!"

Alvian memesan tenderloin steak with BBQ sauce sedangkan Clary memesan fettuccine bolognese with mozzarella cheese.

"Iced lychee tea satu." Keduanya berkata secara bersamaan, setelah terdiam sejenak, Alvian berkata, "Dua," setelah pelayan itu meninggalkan mereka, Alvian tertawa pelan, Clary melakukan hal yang sama.

"So," kata Alvian setelah keduanya terdiam beberapa menit kemudian. "Lo semarah itu kalau Ben pergi dengan pacarnya? Jangan-jangan lo brother complex."

Clary menatap Alvian, kaget dengan pertanyaannya. Kemudian Clary tertawa pelan. "Of course not."

"Kalau gitu kenapa tadi lo kelihatannya marah banget?" tanya Alvian mengangkat satu alisnya.

Clary menghela napas kesal mengingat hal itu, "Ugh, ceritanya panjang." Melihat Alvian yang masih menunggu, dia berkata, "Kak Ben udah berkali-kali janji ke gue buat jalan atau hanya makan di luar. Tapi, hampir semua janjinya batal, baik karena pekerjaan, sedang jalan sama temannya dan yang terbaru, jalan sama cewek yang baru-baru ini di temuinya."

"Tadi lo bilang pacar." Kini Alvian gagal paham dengan maksud Clary.

"Well, gue yakin bentar lagi mereka jadian. Kak Ben gak pernah di tolak kalau nembak cewek." Clary memutar bola matanya. Alvian tertawa melihat ekspresi Clary.

Makanan keduanya datang dan mereka mulai menyantapnya.

"Gue boleh nanya sesuatu gak?" tanya Clary.

"Apa?"

"Kenapa lo mau repot-repot dari Amerika ke sini buat ngajar?"

Alvian terdiam, berpikir. Biasanya dia hanya akan menjawab karena dia memang menginginkannya, tapi entah kenapa Alvian tidak ingin menjawab Clary dengan jawaban itu. Alasan sebenarnya dia kembali adalah karena dia merindukan suasana sekolah yang tidak pernah dirasakannya. Dia ingin berada di sekitar orang-orang yang seumuran dengannya karena terakhir kali dia merasakan bergaul dengan teman sebayanya adalah ketika dia tinggal di Indonesia, ketika dia berusia lima tahun, sebelum orang tuanya memutuskan pindah ke Amerika. "Well,"

Genius VS Genius | ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ