Chapter 1 : •Inexorable•

9.5K 1K 64
                                    

CRIMSON seperti biasanya sudah berada di dalam kelas duduk di kursi barisan tengah dekat jendela, ia sesekali melirik ke luar tertuju pada kendaraan yang lalu lalang.

Pelajaran belum dimulai karena Miss Geena yang dengar-dengar dari kabar burung sedang sakit. Ketua kelas mereka sedang kesana kemari mencari guru piket. Seandainya saja Crimson tidak ke sekolah hari ini mungkin ia dapat menikmati langit-langit di rumahnya atau menikmati kue bolu pisang yang ia simpan di rak meja sebelah tempat tidur secara diam-diam.

Brian masuk ke dalam kelas dengan keringat di pelipisnya dan terengah-engah, ketua kelas mereka itu mengatur napasnya sedemikian rupa agar dapat menyampaikan hal penting.

"Miss Geena tidak ada, guru piket juga sedang sibuk mengurus 2 kelas yang lain, kita belajar sendiri di kelas." jelas Brian sambil terengah-engah.

Seisi kelas berteriak kegirangan dan suasana menjadi ricuh, kursi-kursi di pindahkan dan mereka berkumpul di bagian-bagian kelas sesuai kelompoknya masing-masing.

"Hei tenang! Atau kepala sekolah yang akan turun tangan."

Lalu kelas yang tadinya seperti pasar sudah kembali normal.

Brian menghampiri Crimson yang duduk bersandar di sebelah dinding, ia duduk di sebelah gadis itu dan megeluarkan buku catatannya.

"Crimson."

Terdengar gumaman singkat dari sebelah Brian.

"Kau tidak ada rencana malam ini?"

Ini ke-empat kalinya jika dihitung semenjak mereka menginjak bangku SMA, Brian selaku ketua kelas dan teman sebangku Crimson berbicara padanya, meskipun sisanya hanya ucapan selamat pagi.

"Memangnya kenapa?" tanya Crimson masih setia menatap keluar jendela.

"Ada film baru, katanya bagus." ujar Brian sembari menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Dan?" sambung Crimson dengan nada seperti orang kelelahan.

"Aku ingin bertanya, apa kau bisa menemaniku?" tanya Brian pelan.

"Aku tidak bisa." jawab Crimson cepat yang sontak membuat pemuda yang duduk di sebelahnya melongo.

"Karena?" tanya Brian.

"Aku punya urusan." ujar gadis itu singkat.

Brian hanya diam di tempatnya, sudah tidak ada lagi balasan dan sekarang mereka berdua duduk dalam diam.

Crimson menghembuskan napas panjang, ia tidak berlari 10 kali di lapangan atau melakukan olahraga yang membuat badannya berkeringat dan kelelahan, entah kenapa sekolah membuatnya merasakan beban yang amat sangat danmembuat tubuhnya seperti kelelahan dan kehilangan semangat.
Jendela di sebelah kirinya ia buka sedikit dan membiarkan angin dingin bulan oktober menembus masuk menerpa wajahnya

'Disini sangat membosankan' batin gadis itu.

Crimson memiliki ide brilian, ia memilih untuk turun ke bawah dan pergi ke perpustakaan sekolah mereka, syukur tidak ada guru penjaga, Brian berkata jujur. Sekarang ia bisa melenggang bebas turun kebawah.

Crimson selalu berpikir bahwa perpustakaan mereka unik, karena perpustakaan mereka seperti perpustakaan tua, tidak dilengkapi barang-barang mewah dan dibiarkan sederhana. Ia selalu merasa takjub ketika memasuki perpustakaan sekolahnya.

"Miss Beatrixe." sapanya bersemangat bau buku sidah menyapanya dari depan pintu masuk.

"Crimson, sedang apa kau disini, ini masih jam belajar bukan?" ujar Miss Beatrixe sambil melihat jam di pergelangan tangannya memastikan waktu.

CrimsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang