Greet the Regret

157 15 20
                                    

Awal yang pertama, awal yang selalu tak menyenangkan.

.

.

---

Seoul, 11 Februari 2017

Matahari tampak mengurungkan cahayanya, enggan menerangi wajah kota Seoul yang hari itu mulai mendung. Gumpalan awan putih yang sejak tadi berbaris cerah menghiasi langit biru, kini digantikan bergumpal-gumpal awan kelabu dengan langit yang pucat. Ini memang wajar, ketika akan habis masa-masa musim dingin, hujan bisa saja datang dan sepertinya triliunan tetes air hujan itu sedang dalam perjalanan untuk akhirnya jatuh di tanah Seoul.

Seorang pemuda dengan topi hitam bertuliskan huruf KH terlihat tengah berdiri di depan Sungai Han dengan mata sendu. Ia mengenakan jaket hitam dan matanya terus menatap lurus. Sesekali ia memperhatikan jam di tangan kirinya, seperti menunggu seseorang. Ia tahu tak lama lagi hujan akan turun deras semenjak satu persatu tetes air menyentuh kulit tangannya yang sedikit gelap. Namun ia enggan beranjak, sebelum seseorang yang ditunggunya datang. Tidak, sebelum ia membawakan payung untuknya di tengah hujan yang akan bergumul. Tapi..

Eh, ia tidak membawa payung!

"Tidak, tidak. Andwae! Ini sudah cukup romantis dan menghayati kenapa payung itu tidak membantuku. Aish.." Ia berdecak pada dirinya sendiri sambil mengerucutkan bibirnya ketika tiba-tiba sebuah payung mendarat di atas kepalanya. Tepat ketika hujan mengguyur.

"Oppa?!"

"Ah, Sunhwa-ya!"

Gadis yang baru datang itupun seketika meninggikan suaranya.

"Yak! Kenapa kau diam saja sementara mobilmu ada disini? Ayo cepat masuk, hujannya semakin deras!" Sunhwa lalu mengajak Kwanghee masuk ke dalam mobil begitupun dirinya. Sesaat kemudian mereka sudah hampir basah kuyup.

"Kenapa mengagetkanku, Sunhwa-yaa..." Lelaki yang bernama Kwanghee itu merengek dengan gaya santynya.

"Kau harusnya menengok ke belakang, oppa. Aku sudah ada disana sejak tadi. Hah, sungguh lucu! Tidakkah kau berpikir bahwa kita seperti dalam secret garden? Aku adalah pria dan oppa yang jadi wanitanya." Celoteh Sunhwa. Ia memang memanggil Kwanghee dengan sebutan oppa. Tapi dalam percakapan seperti ini, ia benar-benar santai karena sebelumnya mereka memang sudah berteman sejak masa-masa debut dan tidak seperti senior atau bahkan junior. Di samping usia mereka hanya terpaut dua tahun.

"Bukankah bagus kalau kita jadi bintang Hallyu seperti Hyunbin dan Ha Jiwon?" Kwanghee balik meledek Sunhwa sambil mendekatkan wajahnya dan raut gadis itu kini semakin terbenam dalam kesal.

Kwanghee tahu pada akhirnya akan seperti ini. Ia tahu rencana yang ia bayangkan dapat menjadi pertemuan indah itu pasti akan berakhir dengan ocehan-ocehan. Padahal itu adalah hari pertama mereka bertemu lagi sejak tahun 2014 lalu. Yah, setelah hampir dua tahun lebih sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tapi di balik semua itu, ia suka melihat Sunhwa selalu menunjukan siapa dirinya yang sebenarnya. Ia selalu senang melihat gadis itu bertingkah idiot, konyol seperti dirinya atau bahkan mengomel seperti tadi.

"Kau naik apa kesini?" Tanya Kwanghee, melanjutkan pembicaraan.

"Aku diantar Jae Hun Oppa. Kau tidak perlu khawatir, oppa. Sebenarnya dia tidak pernah ingin tahu urusan pribadiku. Tapi kali ini dia tidak bisa membiarkanku pergi begitu saja, jadi aku harus mengatakannya. Dan ia terlihat baik-baik saja ketika mendengar akan pergi denganmu. Lagipula dia tidak ada hak untuk melarangku, bukan? Kita sama-sama memiliki privasi dan ia tidak pernah mengekangku, oppa. Jadi jangan khawatir." Sunhwa menjawab sambil merapikan rambutnya yang sedikit basah dan dalam sekejap mengagetkan Kwanghee karena gadis itu hampir bicara tanpa henti. Pertanyaan yang hanya empat kata itu ia jawab dengan banyak titik dan koma, bahkan sebelum Kwanghee sempat bertanya lagi. Ia tak tahu harus berkata apa.

(Can) We Got Married?Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum