Prolog

20.4K 958 48
                                    

Surat ini aku masukan kedalam botol air mineral. Berharap seseorang menemukannya suatu hari nanti, agar mereka semua tahu bahwa digunung ini pernah ada orang-orang tangguh yang pernah mencoba bertahan hidup. Kalaupun tidak ada orang yang menemukannya, biarlah surat ini hanya untuk pelipur lara hati saja, sebagai cendra mata untuk dunia sebelum kami berpulang ke alam baka.

Kutuliskan beberapa pesan dan daftar keinginan. Maaf tidak ada yang penting dari surat itu, kecuali tulisan tentang betapa aku sangat merindukan ibuku dirumah.

Aku sungguh merindukan ibuku, ingin rasanya malam ini memeluknya. Maafkan aku ibu karena belum bisa membalas semua jasa-jasamu. Mungkin ini terdengar klise, tapi kali ini aku bersungguh-sungguh, aku sangat menyesal belum bisa memberikan apa-apa padanya.

Andai malam ini aku berada dirumah, mungkin sekarang aku sedang menikmati makan malam berdua bersama ibu. Menikmati tempe goreng dan tumis kangkung kesukaanku. Aku bisa mencium harumnya, aku bisa merasakan gurihnya. Walaupun Cuma halusinasi, tapi aku bahagia bisa mengingat masakan kesukaanku untuk yang terakhir kalinya.

Aku menangis malam ini, tak bisa lagi membendung air mata. Biarlah, toh tidak ada orang dihutan ini. Cuma aku dan teman-temanku, duduk bersender di pohon pinus menikmati kegelapan. Suara jangkrik terus terdengar, kadang ada suara burung hantu juga samar-samar dari kejauhan.

Rasa takut bukan lagi miliku sekarang, aku sudah pasrah apapun yang akan terjadi. Aku sudah terlalu lemas untuk kembali berjalan. Aku hanya ingin duduk disini, menunggu siapa yang akan lebih dulu datang, apakah harimau liar atau malaikat pencabut nyawa.

Rasa optimis itu kini sudah menghilang, berhari-hari aku selalu membayangkan sebuah helikopter datang. aku dibawa terbang untuk pulang, dibawah gunung banyak wartawan dan warga yang menyambutku datang, betapa pemandangan yang sangat indah. Tapi sayang itu semua Cuma khayalan, ternyata kenyataan memang selalu menyakitkan.

Tapi aku tidak pernah menyesal melakukan pendakian ini bersama teman-temanku.


KABUTWhere stories live. Discover now