Meskipun kami sekelas. Hubungan kami tidaklah begitu akrab. Dia termasuk pendiam dan lebih memilih membaca daripada berbicara denganku.
Harapanku menjadi ketua sangatlah besar. Mengingat calon ketua tahun ini hanyalah aku dan dia. Sangat beruntungnya aku, hah, dia juga. Meskipun nanti dia mendapat suara yang sangat sedikit, tetap saja dia akan menjadi wakilnya. Menyenangkan sekali hidupnya.
"Ya untuk hari ini cukup sekian. Silahkan kembali ke kelas masing-masing" perintah Pak Anta. Aku dan Bagas kemudian pergi ke kelas untuk mengikuti pelajaran.
"Gas" panggilku setelah kami keluar dari ruangan tersebut.
"Hmm"
"Kenapa kau tetap mencalonkan diri? Bukankah kau sudah tau bahwa kau akan kalah?"
"Hanya ingin berusaha"
"Ooooooo. Semoga berhasil. Kau akan jadi wakilku nanti haha" jawabku dilanjutkan dengan tawa di belakanganya
Tanpa aba-aba apapun, tiba-tiba Bagas pergi meninggalkanku. Ah sialan, rupanya dia ngambekan haha.
***
Setelah lama menunggu akhirnya bel berbunyi. Saatnya aku pulang. Aku lihat Bagas sudah pergi meninggalkan kelas sejak tadi dan aku masih saja berada di kelas. Aku kemudian keluar kelas mengingat hanya aku yang tersisa di sini.
Aku menyusuri lorong sekolah yang hanya di lewati oleh sedikit siswa. Ya tentu saja yang lainnya sudah pulang. Atau bahkan masih berada di kantin.
Aku kembali melanjutkan perjalanan yang lumayan menuju tempat parkir yang berada di luar gerbang sekolah. Sekolah dan tempat parkir memang berada di gedung yang berbeda. Aku tak pernah tahu mengapa pihak sekolah membuatnya seperti itu. Bahkan seharusnya mereka tahu, berjalan itu melelahkan. Tapi karena aku anak yang suka dengan olahraga, ya aku jalani saja.
Sampai di tempat parkir aku melihat Bagas sedang berbicara kepada seseorang. Dia wanita, nampaknya sedikit malu-malu untuk menatap Bagas. Apakah tatapan Bagas setajam itu sampai-sampai wanita itu tak mau menatapnya? Jelas lebih tajam tatapanku. Aku harus buktikan kepada wanita itu, bahwa aku bisa membuatnya beku seketika ketika menatapku.
Sepertinya Bagas tersenyum kepada wanita itu. Hatiku seperti tak terima dengan senyuman itu. Ingin rasanya aku memukul Bagas saat ini juga. Tapi kenapa harus memukul Bagas? Lagipula aku tidak mengenal wanita itu. Tapi, aku ingin mengenalnya.
"Oi" panggilku pada wanita itu setelah Bagas pergi meninggalkannya.
Dia nampak kaget. Sangat kaget bahkan. Mungkin saja dia kaget karena melihat aku yang tampan ini. Sudah kuduga hal itu. Dia pasti sudah membeku sekarang. Hatinya pasti berkata 'oh Tuhan Kak Wira ganteng sekali'. Tapi kenapa dia belum menjawab panggilanku? Saking gantengnya ciptaan Tuhan ini sampai-sampai membuatnya tak mampu bergerak.
"Woiy, lo denger gue ga?" tanyaku lagi padanya
"Denger" jawabnya singkat
"Ngapain lo di sini?"
"Seharusnya gue yang nanya. Lo ngapain di sini? Gangguin aja"
Ini cewek memang aneh. Aku nanya malah ditanya balik. Ah dasar anak kelas X. Tentu saja aku tahu dia kelas X. Karena dasinya hanya berisi satu buah bintang.
"Lah masalah buat lo? Gue sekolah di sini bayar kali" jawabku dengan nada sedikit menyindir
"Gue sekolah di sini bayar kali" jawabnya ketus sambil menirukan gaya bahasaku tadi.
Ini cewek benar-benar menyebalkan. Baru kali ini ada yang berani sama aku. Tapi, keberanian dia buat nentang membuatku tertarik. Sepertinya seru jika aku memilikinya. Hatinya sama keras sepertiku. Hohoho, inikah jodoh?
"Hm, lo menarik juga. Jadi milik gue gih" godaku padanya. Siapa tahu dia mau. Ya hitung-hitung buat ngejauhin mereka yang suka ngejar-ngejar aku ga jelas.
"Sorry strowberry cerry. Gue ga suka sama lo. Entah kenapa. Ga tertarik aja gitu haha" jawabnya sembari tertawa memaksa di akhir kalimatnya
"Yakin ga tertarik? Yang laen aja pada teriak liat gue senyum. Masa lo ngeremehin gue kayak gitu?"
"Banget" jawabnya singkat lalu pergi meninggalkanku
Banget. Banget apa ini? Banget tertarik sama aku? Banget ga tertarik? Jadi penasaran. Itu kata banget bener-bener pengen aku buktiin. Kalau banget itu artinya, banget tertarik. Tunggu tanggal mainnya sayang.
Setelah berhasil mengerjai cewek itu, aku langsung masuk ke dalam mobil dan menyalakannya. Aku keluar dari area parkir dan melaju pelan menuju arah rumah.
***************
See you next part 😙
YOU ARE READING
Heart And Logic
Teen FictionBanyak yang bilang kalau cinta harus main logika, tapi bagaimana dengan hati? Bukankah hati yang menumbuhkam cinta? Lalu aku harus memilih apa? Kata hati? Atau logika? Mungkin keduanya? Cover by Picture For You @ted3530r
Kedua •~• Bersaing
Start from the beginning
