Pertama •~• Tertarik

Start from the beginning
                                        

"Lo mikir apaan sih? Untung ini jam free, jadi ga bakal ada yang ngomelin lo kalo bengong kayak gini. Andaikan ini jam milik Bu Sintia, aku yakin kamu udah berdiri di lapangan upacara"

"Kakel. Berdiri di lapangan juga ga masalah. Lagi pula gue bisa liat dia" jawabku sambil tersenyum sendiri

"Apa? Kakel siapa? Yang tadi? Itu sih senengnya lo doang La"

"Kak Bagas"

"Oh Tuhan. Ciptaan-Mu mulai gila" gerutu Acha

"Ciptaan-Mu juga yang membuat ciptaan-Mu ini mulai gila" sambungku

"Lo ngomong apaan dah La"

"Lo ngomong apaan dah Cha" sambungku sambil menirukan gaya bahasanya. Tentu saja ia nampak sangat kesal, aku tak peduli, yang ada di pikiranku saat ini hanyalah Kak Bagas. Hanya dia.

***

Bel pulang telah berbunyi. Itu yang selalu kami tunggu. Kenapa tidak? Belajar di siang hari sangat melelahkan, ah bukan melelahkan melainkan mengantuk. Ya aku akui. Aku bukan termasuk siswa pintar, bukan juga bodoh. Yah, hanya 5 besar. Lumayan kan? Acha juga sama, kami selalu bertukar posisi, antara dia yang di atas atau bahkan aku. Kami selalu begitu sejak SD.

"Chaaa" panggilku setelah ia selesai merapikan bukunya

"Napa La?"

"Bantuin ya?"

"Bantuin apa La? Lo minta tolong udah kayak Bang Tarno mau pentas tau ga? Buruan ngomong" jawabnya penuh nada kesal padaku

"Gue mau kenalan sama Kak Bagas, Cha"

"Whaaat?! Once again La? Apa tadi?"

"Gue.mau.kenalan.sama.Kak.Bagas" kataku sambil melalukan penekanan di setiap katanya

"Ooh no! Tuhan. Ya udah lah La, bisa bantu apa gue?"

"Udah, ikut aja ntar"

Kami akhirnya meninggalkan kelas dan menuju parkiran. Aku tentu saja melihat Kak Bagas. Dengan ragu namun berani aku mencoba berkenalan dengannya. Aku menarik nafasku perlahan lalu membuangnya, aku lakukan itu sampai tiga kali. Acha hanya mengikutiku dari belakang tanpa membantu apapun. Aku memulainya.

"H-ha-hai kak" sapaku terbata-bata pada kakak kelas itu

"Iya? Kenapa dik?" tanyanya. Tentu saja jantung ini serasa ingin copot saat mendengar suaranya itu.

"A-an-anu kak. Itu anu" kataku sambil menggaruk tengkukku yang tidak gatal sama sekali.

"Anu apa ya dik? Kakak ga ngerti. Ngomong aja dik. Selow, kakak ga makan orang kok. Lagi pula kamu kurus, ga doyan juga kalo kakak makannya hahaha..." katanya sambil tertawa di akhir kalimatnya.

Aku memang kurus. Tapi di luar sana banyak orang yang diet ingin kurus, melalukan segala cara agar berat badannya turun. Beda halnya denganku, aku tak pernah ingin gemuk atau kurus, aku selalu pasrah. Iya itu aku, sebenarnya aku mudah menyerah. Tapi, tidak untuk apa yang ingin aku dapatkan. Aku takkan pernah menyerah untuk hal itu. Takkan pernah sekalipun. Aku harus mendapatkannya dan memilikinya walaupun sekejap.

"Dik?" suara seraknya membuyarkan lamunanku.

"Ah? Iya kak?"

"Tadi mau ngomong apa? Kakak ga punya waktu banyak dik"

"Hm, kalo kakak emang lagi sibuk. besok aja aku nanyanya kak. Salam kenal" jawabku, namun tak melihat matanya. Melihatnya hanya membuat jantungku copot.

"Yasudah. Besok kalo kamu mau ketemu kakak, cari ke kelas aja dik. Tau kan kelasnya?" tanya Kak Bagas.

Aku hanya menjawab dengan anggukan sebagai tanda bahwa aku tahu kelasnya. Kak Bagas kemudian perlahan menghilang dari pandanganku.

Oh Tuhan. Sungguh indahnya ciptaan-Mu itu. Sisakan dia untukku.

Aku sering bertanya-tanya pada diriku sendiri. Kak Bagas itu baik, bahkan sangat baik bagiku, atau mungkin hanya padaku? Dia dengan mudahnya berbaur dengan adik kelas. Tapi mengapa sedikit yang mengaguminya? Tapi bukankah itu bagus? Tentu saja. Aku bisa lebih mudah untuk dekat dengannya.

"Oi" teriak seseorang dari arah belakang. Aku yakini, itu suara laki-laki.

Aku balikkan badanku dan, oh tidak. Mengapa dia ada di sini? Apa salahku? Aku tak pernah menginginkan hal ini. Aku tak pernah ingin berurusan dengannya, atau bahkan hanya sekedar bertemu. Sungguh aku tak ingin. Tapi kenapa? Oh tidak. Ini bisa jadi duri dalam hidupku, aku tak ingin berurusan lebih dengannya. Singkirkan dia Tuhan.

"Woiy. Lo denger gue ga?" teriak orang itu lagi.

"Denger" jawabku singkat

"Ngapain lo di sini?" tanyanya

"Seharusnya gue yang tanya. Lo ngapain di sini? Gangguin aja"

"Lah masalah buat lo? Gue sekolah di sini bayar kali"

"Gue sekolah di sini bayar kali" cetusku meniru gaya suaranya yang sok cool itu.

"Hm, lo menarik juga ya? Jadi milik gue gih" godanya pada ku

"Sorry strowberry cerry. Gue ga suka sama lo. Entah kenapa. Ga tertarik aja gitu haha" jawabku sekenanya

"Yakin ga tertarik? Yang laen aja pada teriak liat gue senyum. Masa lo ngeremehin gue kayak gitu?"

"Banget" jawabku. Lalu pergi meninggalkannya. Diikuti oleh Acha yang sedari tadi hanya diam memandangiku saat berbicara.

****************************

See you next part 😙

Heart And LogicWhere stories live. Discover now