×14×

4K 865 68
                                    

Saat Lisa melangkahkan kakinya di koridor, orang-orang jelas memperhatikannya. Rambutnya kini pirang, ia pun kini memiliki poni. Pakaian yang awalnya hanya berada di lemari kini ia gunakan.

Sejujurnya Lisa benci menggunakan pakaian yang dibeli oleh Ibunya. Karena, sudah pasti harga satu baju yang dibeli Ibunya bisa untuk membeli sebuah motor, paling tidak. Gadis itu menggunakan baju merah lengan panjang, rok hitam, kaus kaki yang mencampai lutut dan sepatu hitam. Sebuah tas keluaran Gucci terbaru berada di bahunya.

Beberapa siswi sibuk membicarakan tentang pakaian Lisa, yang lain sibuk menghitung harga pakaian Lisa. Sementara yang lelaki sibuk mengagumi Lisa. Seakan mereka telah kehilangan kesempatan untuk berkenalan beberapa waktu lalu.

"Lisa!" Jennie berseru, terlihat betul-betul kaget namun juga bahagia dengan perubahan Lisa. "Rambutmu! Kau mewarnainya! Astaga kau cantik sekali."

Jennie bahkan memeluk Lisa hangat, kemudian Jisoo dan Rosé datang. Keduanya memberi senyum dan ucapan yang tak jauh berbeda dari Jennie. "Wah, aku merasa menjadi seorang Ibu sekarang," Jisoo menyeka air matanya terharu dengan perubahan Lisa.

Rosé masih memeluk bahu Lisa. Memang mereka yang paling dekat, jadi Rosé mengerti jika Lisa pasti memiliki masalah hingga memutuskan untuk berubah seperti ini. "Aku senang dengan perubahanmu. Ah, bukankah jarang sekali kita berkumpul seperti ini? Bagaimana jika nanti kita makan siang bersama?" Ajakan Rosé langsung diangguki Jennie dan Jisoo.

Tapi Lisa malah seakan tak berada di sana. Pikirannya fokus pada si penguntit. Apa dia melihat Lisa hari ini? Matanya mengedar, namun tak menemukan apa pun bahkan ketika ketiga temannya mengucapkan sampai nanti dan Lisa sudah berada di depan kelasnya.

Lisa mendengus, ia tak memiliki clue apa pun lagi. Duk, kepalanya diketuk dengan ujung buku membuatnya mendongak dan meringis. "Jangan menghalangi pintu," lelaki itu berkata dengan dingin. Benar-benar menyebalkan.

Lisa baru saja akan melirik ke tag namanya ketika ingat bahwa ini hari jumat, jadi mereka menggunakan pakaian bebas. Lelaki itu meliriknya, matanya menatap tajam seolah Lisa benar-benar gadis yang mengganggu. "Apa kau akan berdiri di sana terus? Minggir lah."

Dengan itu Lisa langsung menggeser tubuhnya, masih kesal dan memberengut. "Astaga!" Pekiknya saat kaleng minuman dingin berada di pipinya.

Pelakunya hanya tersenyum, menampakkan giginya. "Kau tak boleh melamun di pagi hari, Lisa."

Lisa tersenyum, meraih kaleng yang diberikan Mingyu. Ya, orang itu Kim Mingyu yang tempo hari ditabraknya. Hari ini Mingyu mengubah rambutnya, pirang seperti dirinya. Lelaki itu menaik turunkan alisnya, "Wah, rambut kita sama. Apa kau sengaja?"

Mendengar itu Lisa mendengus, "Jangan bercanda."

Mingyu kembali tertawa. Sepertinya tertawa adalah salah satu dari sekian banyak hobi lelaki tinggi ini. "Tapi cocok juga. Kau terlihat lebih segar. Seakan awan yang berada di kepalamu sudah menghilang."

Lisa hanya bisa mendengarkan, dia sendiri bingung bagaimana caranya untuk membalas perkataan Mingyu. Lelaki itu mengacak poni Lisa, "Aku rindu melihatmu menari. Aku harap bisa melihatmu menari lagi."

Lisa juga rindu menari. Dirinya jadi ingat tentang kompetisi menari, Lisa akan berusaha. Kali ini berkali-kali lipat lebih keras dibanding sebelumnya.

Melihat pancaran mata Lisa yang berapi membuat Mingyu mensejajarkan pandangannya. Disentuhnya pipi Lisa, "Kau harus menunjukkan pada mereka kalau kau bisa, oke?"

Lisa mengangguk, setuju. "Oke."

Mingyu tersenyum, kemudian menepuk puncak kepala Lisa. "Oh, hyung!"

Mingyu ternyata mengenal lelaki tadi. Tak heran sih, lelaki itu memang akrab dengan siapa pun. Kalau lelaki tak sopan itu dipanggil hyung, berarti dia adalah kakak kelas Lisa? Ah, kakak kelas macam apa yang menyebalkan begitu. Lisa tak akan mau berdekatan dengan lelaki macam itu.

* * *

jeng, jeng :)
-amel

purple heart. Where stories live. Discover now