×4×

4.9K 987 60
                                    

Lisa paling benci saat berada di kantin, terutama saat bersama dengan tiga sahabatnya. Percayalah Lisa menyayangi mereka, sungguh! Namun jika tiap orang yang ia lewati terus saja menghentikan langkah mereka, tentu saja ia menjadi kesal. Baru keluar kelas seseorang mengajak Jennie bicara. Baru melanjutkan langkah seseorang mengajak Chaeyoung diskusi kecil. Baru sampai kantin seseorang meminta Jisoo untuk menjadi model. Harusnya saat makan siang mereka habiskan untuk mengobrol, tapi pada kenyataannya malah habis untuk menunggu mereka. Lisa kesal, terutama saat ia baru saja mendapat makanan namun bel sudah berbunyi.

Ia membanting sumpitnya, "besok-besok tak usah mengajakku makan siang lagi." Ia berdiri, membawa nampannya. "Percuma makan dengan kalian tapi pada akhirnya tak bisa makan dan hanya menunggu kalian menyelesaikan pembicaraan penting kalian."

Sementara Chaeyoung hanya melirik Jisoo dan Jennie yang menghela napas. "Sepertinya dia benar-benar marah." Chaeyoung berkata, rasanya sesuatu tak terasa benar. "Seharusnya kita memang tak membuatnya menunggu."

Jisoo mendorong nampannya, tiba-tiba ia tak nafsu makan. Padahal hari ini menunya ayam teriyaki, "tapi seharusnya Lisa mengerti."

"Kalau begitu besok tak usah mengajaknya lagi." Jennie berkata dengan tatapan lurus. "Kita lakukan seperti yang ia minta saja."

Chaeyoung dan Jisoo mengangguk, sepertinya memang tak ada cara lain.

* * *

Aku melihatmu keluar kantin dengan marah tadi, ada apa? Mau bercerita?

Siapa kau sebenarnya? Bagaimana caranya aku bercerita sementara aku tak mengetahui identitasmu?

Lisa rasa penguntitnya meninggalkan otaknya di rumah. Ia menaruh post it ke lokernya kembali sebelum melangkah keluar gedung sekolah. Lisa memasang earphone, menutupi pendengarannya rapat-rapat.

"Siapa gadis itu?"

"Temannya Kim Jisoo!"

"Yang benar saja! Bagaimana bisa mereka berteman sementara ia terlihat seperti bebek!"

"Kim Jisoo memang terlalu baik, dia bahkan mau berteman dengan gadis buruk rupa itu."

Lisa mati-matian menahan amarahnya. Tangannya terkepal sementara giginya beradu karena menahan semua amarahnya.

"Ya, setidaknya meski ia berteman dengan anak populer, ia tak memanfaatkan temannya." Kata suara berat di belakang dua perempuan itu. Namun Lisa tak mendengarnya. "Dan perlu kalian ketahui, Lisa nama gadis itu, bukan teman Kim Jisoo. Lisa namanya dan dia adalah gadis yang cantik."

Mungkin waktu memang suka bermain-main. Karena saat si penguntit berada begitu dekat, Lisa malah melangkah semakin jauh. Saat si penguntit membela bahkan memujinya Lisa tak mendengarnya. Kadang memang selucu itu.

Sementara si penguntit hanya bisa menatap punggung Lisa yang kian menjauh. Ia menatap buku berwarna hitam di tangannya kemudian melangkah menuju loker Lisa dan menaruh buku tersebut di dalamnya. Tentu dengan sebuah catatan di atasnya.

Jika kau merasa bingung untuk bercerita, tulislah di sini.
Jika kau mengijinkan, aku akan membacana dan memberi pendapatku pada halaman selanjutnya.
Itu jika kau percaya padaku. Jika tidak, tak apa selama keluh kesahmu tertuang di sana.

Ia hanya ingin Lisa tak merasa bahwa ia sendirian. Ia hanya berharap, meski ini sebuah hadiah kecil tetapi dapat membantu Lisa mengurangi beban di dalam hatinya. Karena ia peduli.

* * *

ini emang cerita pendek ya, gak sampe 500 kata kalo gak terlalu perlu
enjoy,
-amel

purple heart. Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon