×24×

4.1K 828 159
                                    

Lisa menaruh guci berwarna putih itu ke dalam rak khusus. Di sampingnya ada Wonwoo, yang sejak pagi menemaninya. Lisa dan Wonwoo berada di kolumbarium yang berada di bukit. Lisa menutup pintu kaca dan mengeluarkan post it ungu dari tasnya untuk kemudian ditempel pada pintu kaca tersebut.

Gadis itu menyatukan tangannya dan berdoa. Lisa berharap Jun akan bahagia dan meski tak pernah berbicara secara langsung namun Jun berhasil mengubahnya. Untuk itu ia berterima kasih.

"Jun, terima kasih." Bisik Lisa dan angin menyentuh wajahnya lembut. "Aku juga, meski sedikit rasanya telah jatuh cinta padamu."

Wonwoo yang mendengar itu tersenyum kecil. Usaha sahabatnya akhirnya terjawab. Jika saja ... Wonwoo menggeleng. Dia tak boleh memikirkan hal itu, ini semua sudah takdir.

Ini jalan hidup Jun. Wonwoo sendiri harus bisa menjalankan keinginan terakhir Jun, melindungi Lisa. Bahkan sebenarnya, tanpa meminta pun Wonwoo akan melakukannya. Ada satu hal yang tak diketahui Jun, bahwa Wonwoo sendiri sudah jatuh cinta pada Lisa. Mungkin tak selama Jun, tapi yang jelas membuat Wonwoo tertarik pada gadis itu.

"Nu, tolong jagain Lisa." Jun menatap sahabatnya dengan mata sayu. Napasnya putus-putus, "Aku gak tahu, kalau mencintai tanpa bisa mengusahakan akan semenyedihkan ini. Jadi, Nu tolong jaga Lisa. Dia sudah melewati banyak hal. Sampaikan juga maafku, aku gak bisa menepati janji."

Wonwoo mengangguk, "Kap, aku- tidak. Kami pasti akan menjaga Lisa, jangan khawatir."

"Tsk, berhenti memanggilku Kap. Aku bukan kapten kalian." Jun terkekeh, sedikit kesal.

"Tapi selamanya kau adalah Kapten kami."

Benar, selamanya Jun adalah kapten baginya, juga teman-temannya yang lain. Sudah seharusnya Jun menjadi kapten basket tapi dia harus berhenti karena keadaannya. Dirinya, Mingyu, Mark, dan Taeyong berhenti bermain basket karena Jun, meski Jun sempat marah karena mereka berhenti. Tapi pada akhirnya Jun menerimanya, toh ia juga tak bisa terlalu lama marah kepada temannya.

"Nu, ayo pulang." Lalisa menatap Wonwoo, sedang lelaki yang ditatapnya hanya mengangguk kecil. "Aku nanya boleh?"

"Itu kamu udah nanya."

Lisa terkekeh dan itu membuat Wonwoo gila. "Jun, orangnya seperti apa?"

Wonwoo tahu ini akan terjadi. Lagipula Wonwoo tak berharap banyak. "Dia sahabat yang baik. Dia juga setia. Pintar tapi lebih banyak bodohnya. Keras kepala. Tak mau mendengar kata orang. Terakhir dia sangat mencintaimu."

Sama sepertiku.

Senyuman tercipta di bibir Lisa. "Aku bersyukur karena sudah mengenal Jun. Meski pada awalnya dia terlihat seperti penguntit, tapi dia baik. Lebih dari itu dia memberikan keberanian padaku. Aku rasa itu yang sangat kusyukuri. Entah kebetulan atau tidak," Lisa berhenti. Gadis itu menatap lurus ke arah Wonwoo dengan tangan di belakang tubuhnya. "Melalui Jun aku bisa mengenalmu."

Bagi Wonwoo saat itu dunia berhenti berputar. Hanya dirinya dan Lisa. "Terima kasih."

Wonwoo mengusak puncak kepala Lisa, membuat gadis itu menggerutu. "Emas memang cocok untukmu."

Satu alis Lisa naik, "Apa maksudmu?" Tanyanya tak mengerti.

Wonwoo hanya mengangkat bahunya, "Entahlah? Siapa yang tahu apa maksudku."

Mendengar itu Lisa malah mencebikkan bibirnya, tak suka. "Menyebalkan."

Sementara Wonwoo hanya terkekeh. Benar, siapa yang mengerti apa maksud ucapan lelaki itu? Kecuali dirinya sendiri.

* * *

gah, wonwoo gue culik yu? :)
btw, mau nanya semisalnya lisa ikut we got merried kalian maunya lisa sama siapa?
-amel

purple heart. On viuen les histories. Descobreix ara