13.

160K 11.3K 322
                                    

"Jadi kalian beneran ada affair?" Tanya Yuda tanpa basa-basi.

Sekarang Yuda dan iim ada di di ruang tamu apartemen kami, mereka jelas meminta penjelasan tentang keadaan gue dan Pak Arya yang bisa dibilang ... tidak normal.

"Bapak bukannya udah punya istri?! Bisa-bisanya ada main sama temen saya!" Kata iim gak terima.

Gue hanya mengehela napas lelah, haruskah secepat ini ketauannya?

"Git! Lo juga! Jelasin kek jangan diem aja begitu!" Kata iim kesal.

Gue mengusap muka gue frustasi saat ini, berbanding terbalik dengan Pak Arya yang keliatan tenang-tenang aja.

"Lo kan perempuan juga git, masa gak ada rasa gimana gitu sama istrinya Pak Arya?" Tanya iim.

"Dia istri saya," jawab Pak Arya pada akhirnya yang membuat Yuda, iim dan gue melongo gak percaya.

"Kok bisa?" Tanya Yuda heran.

Itu juga yang masih jadi pertanyaan gue sampe sekarang yut...

"Bapak bohong kan?" Tanya iim dengan mata memicing curiga. Tapi Pak Arya malah mengambil tangan gue dan menunjukkan cincin pernikahan kami.

Iim sama Yuda makin melongo sekarang.

"Jelasin semuanya," kata iim dengan tajem ke gue.

"Sama kaya lo, gue juga di jodohin," jawab gue lirih.

Sekarang gue sama iim memilih untuk duduk di balkon bersama Yuto yang ada di pangkuan gue, sedangkan Yuda dan Pak Arya ada di ruang tengah.

"Gimana ceritanya git?" Tanya iim.

"Gue gatau im, gue pulang dan semuanya udah di persiapkan, gak ada yang berjalan sesuai keinginan gue, bahkan termasuk cincin pernikahan gue," kata gue miris.

"Siapa aja yang tau?" Tanya iim.

"Gak ada," kata gue sambil mengelus rambut Yuto yang ada di pangkuan gue dengan lembut, "baru lo sama Yuda."

"Terus Kara?" Tanya iim yang membuat gue merasa sesak. Selama ini gue selalu memikirkan segala kemungkinan antara gue dan Kara sendirian, dan gue gak bisa mencari jalan keluarnya.

"Gue masih sayang sama dia..." jawab gue jujur.

"Lo inget omongan Lo dan juga Kara saat pertamakali tau gue nikah sama Yuda kan?" Tanya iim.

"Inget im, inget banget," jawab gue dengan air mata yang berlinang.

"Gue gatau kalau posisi lo dulu ternyata sesusah ini, emang bener lebih gampang nasihatin orang dibanding lo ngejalanin sendiri. Kayanya gue kena karma deh im," jawab gue yang membuat iim memeluk gue, dan mengelus pundak gue.

"Gue belum siap untuk ngasih tau ke yang lain karena hubungan gue sama Pak Arya pun gak bisa dibilang baik, kita masih terus-terusan berantem," jawab gue jujur.

"Gue juga ngalamin itu dulu, tapi ngeliat ke kakuan Pak Arya, gue rasa posisi lo lebih sulit sekarang. Yuda agak mending waktu Yuto ada di tengah-tengah kami," kata iim.

"Maksud lo gue harus punya anak biar kehidupan rumah tangga gue agak mending?" Tanya gue ke iim.

"Ya... gimana ya, itu bisa jadi salah satu cara sih..."

"Tapi sumpah im, gue masih kaku sama dia," jawab gue.

"Tapi tadi Pak Arya lagi megang barang lo kan?" Tanya iim.

"Ceritanya panjang im, dan itu gak seperti yang lo pikirin, gue belum sejauh itu sama Pak Arya."

"Lo manggil suami lo sendiri kok gitu sih?" Tanya iim.

"Gimanapun dia tetep dosen di mata gue im."

"Mau sampe kapan lo nyembunyiin semua ini git?" Tanya iim.

"Sampai gue siap im, maaf kalau gue gak bisa mengambil tindakan seberani lo untuk mengakui pernikahan lo ke muka umum, gue minta sama lo untuk pura-pura gak tau tentang hal ini im, bisa kan?" Tanya gue dengan memohon.

"Gue akan diem, tapi cepet atau lambat semuanya pasti tau git, secara sengaja atau gak sengaja kaya gue sekarang, dan gue harap lo terlebih dulu jujur sebelum semuanya terlambat." Kata iim yang gue angguki.


****



Pada akhirnya iim dan Yuda pulang tanpa jadi menitipkan Yuto untuk pergi ke acara undangan. Hari ini gue lebih memilih untuk masuk kamar lebih awal, karena mood gue lagi gak baik.

Gue cuma memeluk lutut gue dan bingung memikirkan tentang bagaimana kehidupan gue kedepannya.

"Kenapa harus ngaku sih pak?" Tanya gue ke Pak Arya yang sedang membaca sebuah buku di samping gue dengan lirih.

"Saya gak mau di cap jelek karena selingkuh sama mahasiswa saya sendiri, padahal orang itu istri saya," kata Pak Arya sambil menutup buku yang dia baca.

"Bapak selalu mikirin tentang diri bapak, tanpa mikir apapun tentang saya. Mungkin setelah ini bapak enak karena terlepas dari segala tuduhan yang dilayangkan ke bapak, tapi saya? Gimana saya harus ngejelasin ke temen-temen dan juga pacar saya?" Tanya gue dengan sesenggukan.

Gue udah gak tahan sama semua tingkah dia yang seenaknya.

"Udah malam, lebih baik kamu tidur biar besok gak kesiangan," timpal Pak Arya yang malah merubah topik pembicaraan.

"Oh iya, saya lupa besok dosen pertamanya galak," jawab gue sambil menutupi tubuh gue dengan selimut dan memiringkan tubuh untuk membelakangi Pak Arya, dan menghapus air mata gue.

"Orang yang kamu omongin itu ada disini, dan ngedenger omongan kamu," tegur pak Arya.

"Gak baik ngomongin orang di belakang, apalagi suami sendiri, jadi mending di depannya aja," jawab gue cuek.

[Sudah Terbit] My Lecturer, My HusbandWhere stories live. Discover now