36. Ketika Hati Harus Memilih -1-

Mulai dari awal
                                    

"Aku tidak seceroboh itu Hinata.." Shion tersenyum tipis sambil menepuk bahu Hinata. "Aku mengirim desain yang tersimpan di foldermu yang bernama My Sweet Dream."

Hinata membelalakkan matanya, menepuk jidatnya yang tertutup poni rata. Ia tak menyangka jika desain yang di pilih Shion adalah rancangan gaun pengantin impiannya.

"Itu rancangan gaun pengantin yang kau impikan bukan? Aku sudah meminta bagian produksi untuk menjahitnya. Semoga membawa keberuntungan di Tokyo Fashion Week tahun ini. Dan satu lagi, setelah acara itu selesai ku harap kau memproduksinya ulang untuk dirimu sendiri. Memangnya kau mau memakai gaun pengantin bekasku, hihihi, dan satu lagi semoga kau tak memakainya bersama pria berwajah kriminal itu."

Shion berlalu meninggalkan Hinata yang masih terpaku. 'Jika desainku terpilih sebagai pemenang apa yang harus aku jawab jika para wartawan bertanya alasan ku membuat gaun itu, apa aku harus menjawab itu adalah gaun pengantin impianku.. tidak itu sangat memalukan...' Batin Hinata sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

"Hinata kau juga harus merancang tuxedo untuk mempelai prianya!!!!" Teriak Shion dari kejauhan, tanpa peduli betapa merahnya wajah Hinata saat ini.

...

"Barang buktinya tidak ada di gudang Hime Collection."

Asuma menyipitkan kelopak matanya mendengar laporan dari Inspektur andalannya ini.

"Kau yakin? Atau kau sedang melindungi reputasi calon istrimu itu?" Selidik Asuma tidak percaya.

"Jika Komisaris tidak percaya, Anda bisa bertanya pada tim yang saya bawa. Jika foto-foto itu tak cukup membuktikan." Tak ada sedikitpun ke raguan dalam setiap perkataan yang di ucapkan oleh Naruto. Bahkan Komisaris sekelas Asumapun tak dapat membaca bahwa Inspektur kepercayaannya itu tengah berdusta.

"Kau tahu konsekuesinya jika kau memanipulasi barang bukti dan saksi."

"Saya mengerti Komisaris."

"Aku beri kau waktu sepuluh hari lagi untuk membawa Toneri mendekam di dalam penjara."

Naruto menyeringai tipis sambil mengangguk menerima maklumat dari Asuma. 'Barang buktimu sudah ditanganku, tinggal menjebakmu tanpa harus melibatkan Hinata. Maka kau akan membusuk di penjara. Ootsutsuki.'

...

"Inspektur, kenapa kita memulai penyelidikannya lebih awal."

Naruto hanya diam menanggapi pertanyaan Suigetsu. Bawahannya dalam divisi anti narkoba yang kini tengah menyetir di sampingnya.

"Ikuti saja perintahku. Aku yang bertanggung jawab untuk semua ini."

...

Kiba mengeluarkan ponsel pintarnya, bersiap untuk memotret deretan kemasan heroien yang tertata apik di rak penyimpanan di gudang bawah tanah yang tersembunyi dalam gudang garmen Hinata. Baru saja akan menekan tombole capture. Tangan kekar Naruto merenggut ponsel pintar itu.

"Kalian baru boleh mengirimkan foto laporan ke Komisaris setelah barang-barang ini diangkut."

"Inspektur ini salah."

"Jangan membantah Sui. Akulah yang bertanggung jawab untuk semua ini."

"Karirmu dalam bahaya jika sampai Komisaris tahu." Bantah Kiba. Sejujurnya bertahun-tahun bekerjasama dengan Naruto baru kali ini dia melihat Naruto memanipulasi barang bukti. Ia tahu betul alasan di balik semua kecurangan ini. Reputasi Hinata yang tengah ia jaga.

"Semua akan membaik jika kalian mau membantuku dengan menutup mulut."

...

"Kalian kembalilah kemarkas dan bawa mobil sedan itu. Biar aku yang mengemudikan pick up ini."

Mata para polisi yang bekerjasama dengan Naruto malam itu terbelalak lebar. Mereka tak percaya dengan tindakan Naruto yang berniat menghilangkan barang bukti.

Kiba berusaha merampas kunci mobil pick up di tangan Naruto. Tapi Inspektur pirang itu jauh lebih gesit menjauhkan kunci tersebut dari Kiba.

"Jangan bertindak bodoh Inspektur. Jika sampai Komisaris tahu kita semua akan di hukum dan di pecat secara tidak hormat." Teriak Kiba menolak.

"Jika sampai Komisaris tahu. Hanya aku yang akan di hukum. Aku tidak akan melibatkan kalian." Jawab Naruto mutlak. Tanpa ragu ia berjalan menjauhi kesatuannya, menaiki mobil yang memuat berkilo-kilo benda haram milik gembong narkoba kelas internasional.

Sementara dari kejauhan, sang pemilik benda haram yang sebenarnya, dari balik kaca lamborghini hitamnya tengan sibuk merekam dengan kamera profesionalnya. "Kita lihat, Inspektur Namikaze, kau atau aku yang akan mendekam di dalam penjara."

...

"Serahkan chip memory ini pada Kotetsu."

Konan menatap intens benda persegi kecil yang diletakan Toneri di atas meja bar. Menghentikan kegiatannya menenggak Vodka. "Apa isinya?"

"Rekaman Inspektur Namikaze yang berusaha melenyapkan barang bukti. Serahkan pada Kotetsu. Polisi bodoh itu pasti akan dengan senang hati menyerahkannya pada Asuma demi pangkat yang lebih tinggi."

Konan tersenyum licik melihat kecerdasan otak Toneri.

"Satu minggu lagi, setelah malam Tokyo Fashion Week, kau serahkan itu pada Kotetsu, setelah aku merebut kembali kekasihku."

Konan kembali menenggak Vodkanya lalu tersenyum simpul. "Kau akan menyerahkan foto penggeledahan itu pada sang gadis malang. Lalu ia akan marah karena sang pahlawan menggeledah tempatnya tanpa permisi. Dan dengan mudah kembali kepelukanmu."

Toneri tersenyum tipis, lalu menenggak sedikit winenya sebelum mengangguk membenarkan asumsi Konan.

"Oh...., kau jahat sekali...." Timpal Konan dengan nada di buat-buat.

つづく
Tsudzuku

Maaf gak bisa dulu balas comment kalian satu-satu, karena habis ini nana langsung lanjut ngerjain lemburan lagi. Makasih banyak ya udah comment nana baca comment kalian kok dan mohon maaf belum sempat balas. Tetap commentnya karena respon dari kalian adalah semangat nana. Spesial untuk lililala249 dan Nee-chan AnggredtaWulan yudi1992 @sirraluna77 @hikarihanazawa1 @inkemila kenyazaki
Terimakasih sudah selalu menuliskan komentarnya di tiap chap fic nana terutama buat lililala249 yang udah repot2 mau ngerevisiin 😊😊😊😊😊

#pelukcium

Sweet DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang