"Sakit..."

Tidak terlalu jelas, rasa sakit itu ia ungkapkan untuk apa. Tapi dari raut wajahnya benar-bemar terlihat sekali jika Jung Eunha tengah menderita. Dalam hitungan detik, kepala itu terangkat bersama dengan terbawanya rambut panjang nan hitam miliknya, terlihat bekas-bekas air mata disana. Wajah pucat itu kembali menggerayangi wajah cantiknya. Langkah itu teramat lemah, begitu gontai dan lemas tapi Eunha tetap memaksakan tungkainya menapak. Hari ini sedikit berbeda dari biasanya, dia mengenakan celana jeans sedikit kebesaran jika biasanya yang ia kenakan adalah rok mini atau dress selutut. Bibir cherry miliknya bergetar seperti menahan sesuatu seiring banyaknya langkah yang ia buat. Keringat dingin bahkan perlahan mulai mengalir dari pelipis serta dahi putihnya.

Perjalanan menuju gerbang terasa begitu jauh karena kondisinya saat ini. Eunha memutuskan untuk pulang setelah membereskan semua perlatannya. Hanya untuk sampai ke lobi saja dia butuh tenaga ekstra. Langkah yang tadinya berat kini bertambah berat kala seseorang yang tak seharusnya hadir kini tersuguh tepat didepan matanya, tentu tanpa sepengetahuan mereka.

Disana, diujung lobibersebrangan dengan posisinya,  Eunha serasa mengulang kejadian beberapa waktu lalu. Saat-saat dimana Jungkook mencoba mengabaikan perkataannya dan berakhir dengan perasaan yang ia lupakan. Tapi ini jelas berbeda, Jungkook tidak sendiri, ia bersama Nayeon—si pendamping. Posisi mereka tak terpaut jauh, tapi posisi Jungkook dan Nayeon yang mengobrol menyamping hingga tak memungkinkan mereka untuk menyadari keberadaan Eunha diseberang sana.

"Tidak baik membandingkannya denganku. Apalagi mengatakan kalau kau menerimanya karena pribadinya mirip denganku. Omong-omong, kenapa tidak coba katakan yang sejujurnya?"

"Tidak Yeon, kondisinya sedang tidak bagus."

"Mau sampai kapan? Kapan kondisinya akan berubah?"

"Aku tahu ini rumit."

"Ayolah, katakan yang sejujurnya, kenapa begitu sulit?"

"Kau tidak mengerti."

"Katakan saja, waktu itu kau mengantarku kerumah sakit karena kondisiku yang tengah mengandung!"

"Yeon!!!"

Takkkkk!

Gawat!

Eunha terlalu terkejut saat ponselnya bergetar secara mendadak hingga ia lepas kontrol dan menjatuhkannya begitu saja. Bodohnya lagi, ia berhasil menarik perhatian kedua orang yang tengah berbicang serius diseberang sana. Demi neptunus, Eunha bahkan tidak mengharapkan pembicaraan ini sampai ketelinganya sekalipun. Salahkan waktu mereka yang bertepatan. Baik Jungkook maupun Nayeon sama-sama terkejut mendapati Eunha yang terlihat buru-buru memungut ponselnya yang terjatuh. Keduanya sama-sama berpikir hal buruk kalau saja Eunha mendengar semua percakapan barusan.

"M-maaf, kalian bisa lanjutkan. Permisi," buru-buru Eunha berlari, secepat mungkin asal bisa menghindar dari Jungkook dan Nayeon tanpa mempedulikan teriakan mereka yang memanggil namanya.

Apa tadi Nayeon bilang? Jungkook menerimanya hanya karena pribadinya yang menurut Jungkook mirip dengan Nayeon? Jadi selama ini, selama menjalin hubungan hanya Nayeon yang lelaki itu pikirkan? Bahkan sampai seperti itu? Itu alasan kenapa Jungkook terkadang merubah sikapnya? Mungkin disaat dia bersikap dingin, saat itu yang ia lihat benar-benar sosok Eunha. Bukan Eunha yang menjelma menjadi Nayeon seperti pemikirannya. Dan lagu, Nayeon bilang dia tengah mengandung?

Itu artinya,

'Kurasa aku akan lebih hancur mulai dari sekarang. Kuharap si bodoh takkan mengambil alih diriku lagi. Kumohon, aku sudah lelah.'

"Eunha!"

"Mingyu!"

Dalam satu gerakan dan tanpa pikir panjang Eunha langsung mendekap tubuh menjulang Mingyu. Mingyu memang akan menjemput Eunha. Tanpa melihat kondisi, tak peduli Mingyu nantinya merasa bingung atau bagaimana, Eunha tetap saja memeluk Mingyu dengan erat.

Tak mau bertanya lebih dulu Mingyu hanya memilih mendekap balik tubuh mungil milik Eunha dengan satu tangannya yang bebas mengusap surai panjang gadis itu. "Kau kenapa? Apa yang terjadi?"

Melepaskan tautan, Eunha lantas mendongak menatap Mingyu yang jelas lebih tinggi darinya. Sesuatu memang sudah terjadi, pikir Mingyu. Hanya dengan melihat wajah Eunha yang kacau Mingyu sudah bisa mengerti.

'Baiklah, kurasa inilah yang terbaik.'

"Bantu aku, bantu aku melupakannya. Aku lelah, aku ingin pergi dari sini. Kumohon bantu ak—"

"Jung Eunha, bangun!"

Apa yang menghantamnya mungkin terlalu berat hingga ia sendiri tidak dapat menahannya sampai pada akhirnya ia tumbang. Belum sempat menyelesaikan perkataan, Eunha lebih dulu kehilangan kesadarannya. Tubuhnya merosot begitu saja tanpa aba-aba. Beruntung Mingyu dengan sigap menahannya, sumpah demi apapun Mingyu sangat mengkhawatirkan gadis ini.

"Sebenarnya apa saja yang sudah kau lewati?"








'Maaf, tapi kurasa aku menyerah.'









See you next chapter ✌✌✌

Bunny Couple [Eunkook] | ENDWhere stories live. Discover now