Hari 5

8 2 0
                                    

Tantangan : Ambil sebuah buku di dekatmu. Carilah sebuah paragraf dalam buku tersebut yang sangat ingin kamu tuliskan dan mengapa kamu memilih paragraf tersebut.

-----------------------------------------

Sebenarnya ada banyak buku bertebaran di atas meja belajar saya. Tapi bukan buku seperti novel, melainkan buku pelajaran. Yah, maklum ya... Besok saya ujian blok jadi harus belajar lagi kalau tidak mau mengulang semester dari awal 😭😭

Karena saya tidak mungkin memasukkan rumus-rumus koreksi infus, komposisi infus, atau ketidakseimbangan asam-basa dan bagaimana kompensasinya, saya memutuskan untuk mengambil langkah lebih jauh untuk mengambil novel yang sampai saat ini belum selesai dibaca berkat jadwal kuliah dan kegiatan UKM yang semakin padat.

Di kelas sepuluh sekolah baru ini, aku lebih suka menyendiri dan memperhatikan, menonton teman-teman bermain basket. Aku hanya duduk diam di keramaian di kantin, di depan kelas, dan di lapangan. Sebenarnya sejak kecil aku terbilang anak pemalu. Tidak pemalu-pemalu sekali memang, meskipun satu-dua kali jadi bahan tertawaan teman atau kerabat. Normal-normal saja, tapi sungguh urusan pemalu inilah yang membuatku berbeda dari remaja kebanyakan.

-Bumi, Tere Liye.

Kebanyakan dari kalian pasti merasa familiar dengan judul apalagi nama penulis di atas, bukan?

Saya hanya baru selesai membaca satu dari sekian banyak karyanya yang berjudul Pulang, dan saya merasa setiap kata, setiap kalimat, juga setiap paragraf di novel itu sederhana, tapi efeknya dahsyat.

Ada sesuatu yang cukup aneh tentang novel karya Tere Liye ini, dan sesuatu itu membuat karyanya begitu diminati oleh semua orang. Layaknya Katsudon yang mampu memikat siapa saja yang melihatnya. Apakah sesuatu itu ada usaha keras, cinta, atau hal lain yang sampai sekarang ini belum saya pahami sepenuhnya.

Saya memilih paragraf ini karena ketika saya membaca paragraf ini ingatan saya mundur empat tahun kebelakang. Saya saat itu (sejak kecil malah) adalah siswi yang pendiam. Sangaaat pendiam. Saya sangat payah jika dalam urusan memulai pembicaraan. Selalu menunggu, tidak pernah bertindak duluan. Jika saya diusili saya sudah emosi duluan dan menjauh dari semua orang. Mencari tempat yang sepi, dan menangis di sana. Dan hanya satu tempat di sekolah saya yang cukup sepi, toilet.

Tapi terkadang toilet tidak selalu sepi, sehingga tindakan lain adalah menahan emosi tersebut. Sekuat-kuatnya. Tapi apa daya jika air mata ini akhirnya bocor saat pelajaran berlangsung, guru pasti akan bertanya. Aku tidak bisa berbohong kalau sudah ketahuan. Dan teman yang membuatku menangis akhirnya dihukum.

Masalahku belum selesai sampai situ. Justru membuat semua anak-anak di sekolahku menjadi mengenalku sebagai 'Anak Cengeng'. Dan karena aku mudah nangis karena satu ejekan, sepertinya mereka lebih memilih tidak mau berteman denganku.

Setidaknya itulah yang selalu aku pikirkan sampai naik kelas. Aku sudah punya teman akrab. Yah, tidak begitu akrab juga tapi kami masih berhubungan walau kami berpisah ribuan kilometer dan jadwal kuliah.

Kami bisa akrab saja karena kami punya satu kesamaan. Kami sama-pendiam, dan kami sama-sama suka anime dan drama korea. Saya mungkin baru menyukai drama korea saat semester 3 tapi saya mulai mengoleksi episode-episode tiap season sejak masuk kuliah.

Aku juga teringat kami pernah menceritakan cita-cita kami saat kelas 3. Saat itu UN sudah selesai, kami tinggal mengurusi buku tahunan dan acara perpisahan. Aku ingin menjadi dokter, tetapi temanku bilang passionku ada di sastra. Temanku yang pertama (sebut saja Elli) ingin menjadi pengacara, tetapi ibunya memaksanya masuk Kedokteran. Temanku yang satunya lagi (panggil dia Ipah), ingin masuk DKV, tapi orangtuanya malah menyuruhnya masuk Manajement. Walau kami memiliki cita-cita, apa daya kami jika cita-cita itu tidak direstui oleh orangtua kami.

Aku akhirnya masuk fakultas kedokteran di universitas swasta di jakarta setelah gagal menempuh SBM, SIMAK, dan ujian masuk lainnya. Elli dan Ipah senasib denganku. Ipah akhirnya keterima di universitas swasta di jakarta timur bidang Manajemen. Sedangkan Elli, karena tidak semampu keluarga kami, hanya bisa mengikuti berbagai event sosial ketika kami lagi di-Ospek sama kakak tingkat. Saat ini dia sedang kuliah di Wellington, kalau tidak salah dia diundang karena dia Duta Indonesia.

Aku hanya bisa berdoa semoga Elli, Ipah, dan teman-teman lain yang pernah dekat denganku agar selalu dilindungi oleh Allah Swt.

Kuharap kita dapat bertemu kembali di suatu tempat.

15 Maret 2017

Hannifa Raissa

7 Hari Tantangan Menulis @KampusFiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang