Part 34

27.9K 1.3K 462
                                    

Alowwww.... ampir dua bulan ya.. maap ya klo lama, jujur saya org yg moody, bentrok waktu dan ilang piling membuat aye mandek buat nerusin crta ini. So, aye mau bilang...

Makasih yg udah baca sampai part ini, makasih yg udah add crta ini ke reli kalian, makaish untuk votenya, makasih untuk komennya... dan terakhir makasih untuk kalian yg rajin nagih, mengingatkan saya tuk tetap melanjutkan cerita ini.

~ Gay Back To Normal ~

Part 34

Aku sedang duduk diruang tunggu Changi airport, menunggu panggilan boarding pesawatku yang akan segera membawaku kembali ke Jakarta. Sejak kemarin, aku sudah berada dinegeri ini, untuk bertemu klienku yang lebih mempercayakan berdiskusi denganku membahas masalah intern perusahaannya daripada pengacara lain dinegara ini.

Jadinya, aku terpaksa meninggalkan istriku tercinta sendirian. Seharusnya memang aku pulang besok pagi, tapi ... mau bagaimana lagi? Aku sudah terjangkit mala rindu terhadapnya dan ini sudah akut.

Aku tersenyum melihat walpaper handphoneku yang menampilkan fotoku dan Dira yang sedang tertidur di pelukanku dengan tenang dan damai. Minggu lalu, aku memang sengaja mengambilnya diam-diam sebelum Dira terbangun.

Hmm, setidaknya melihat foto ini sedikit mengurangi rasa rinduku padanya.

Tapi ada yang terasa ganjil sejak kemarin, Dira hanya membalas pesan dariku dengan super singkat, Apa dia tidak merindukan aku?

Aku masih ingat, balasan pesannya siang kemarin, yang mampu membuatku menghenyitkan kening karena keanehan perubahannya, aku jadi terbiasa Dira yang manja dan butuh diriku.

Message to Dira:

>Dir, kamu sudah makan?

Pesan klise, tapi daripada tidak menanyakan kabarnya sama sekali.

Lima menit berselang, ada balasan darinya.

Message from Dira:

>Sudah

Singkat, irit dan sedikit, tanpa ada pertanyaan balik darinya. Padahal membalas pesan whatsApp ini yang notebene free lebih panjang apa susahnya?

Ini yang membuatku resah sejak kemarin dan memutuskan untuk segera kembali ke Jakarta, dan membuatku menjadi abege labil yang sibuk mengecek handphone setiap beberapa menit.

Aku melirik jam tanganku, sepuluh menit lagi jam keberangkatan pesawatku.

Tadi aku sempat mampir untuk membeli coklat di salah satu shop yang berjejer disini.

Tiba-tiba layar walpaper berubah, satu nama terpajang disana.

Mama.

Kenapa mama menelponku tengah malam begini?

"Iya mah?" langsungku jawab panggilan darinya.

"Arya, kamu kenapa nggak bilang kalau pergi ke Singapura? Tega banget sih ninggalin Dira sendirian, kalau ada apa-apa dengan Dira bagaimana? kenapa nggak langsung antar Dira ke rumah mama saja sih?"

"Wow ... wow ... mah, pelan-pelan bicaranya. Satu-satu, aku bingung, mau jawab yang mana dulu."

Kudengar helaan nafas dari sana. "Kamu kok tega sih, ninggalin Dira?" ucapnya gemas.

"Aku kan Cuma dua hari mah." Ini kenapa mama lebih sayang menantunya daripada aku.

"Iya, tapi kan tetap saja kamu tega, kenapa kamu nggak antar Dira kerumah?"

Gay Back To NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang