Part 30 - Missing you

41.7K 819 161
                                    

Part 30 - Missing you

"Bagaimana tempatnya, kamu suka?"tanyanya lembut, seraya memamerkan senyuman 1000 wattnya yang langsung membuatku mematung sesaat.

Aku kembali menatap pemandangan sekelilingku. Sebuah kamar yang berbentuk klasik di pinggir pantai, yang sekelilingnya berdinding kayu. Aku tidak menyangka kalau Arya mengajakku ke salah satu cotage yang ada di Maldives.

Aku berjalan mendekati jendela kaca bening. Aku berdiri melihat ke arah depanku, dimana terlihat pemandangan lautan biru kehijauan yang luas dan indah.

Tiba-tiba saja kurasakan rengkuhan tangan dari seseorang di belakangku. Itu pasti Difta, jelas, karena hanya kami berdua yang berada di cotage ini. Semakin lama rengkuhan kedua tangannya padaku semakin erat.

"Apa yang kamu lihat dari tadi?"bisiknya lembut di teligaku. "Tahu enggak, kamu itu menyia-nyiakan orang tampan di belakang kamu." Kali ini kata-katanya sarat seperti menggoda.

"Masa sih?" tanyaku mengodanya yang di jawab gumaman olehnya.

"Katakan apa yang bikin kamu mau menoleh kebelakang untuk melihatku?"

"Enggak ada," Jawabku enteng, menantang lebih tepatnya.

"Yakin?" Kali ini suaranya bergetar, membuatku merinding seketika. Terlebih hujan kecupan kecil dari telinga hingga leherku, membuatku merasakan sensasi aneh. Geli namun nikmat.

Dengan bibirnya, dia menurunkan kaitan dress pada bahuku. Kemudian dia mengecupnya. "Masih tidak mau bilang?"

Aku menggeleng pelan. Dia sukses membuat bibirku tak lepas dari senyum. "Kita lihat seberapa lama kau tak mau bilang padaku." Secepat kilat dia membalikan tubuhku hingga menghadapnya.

Drrt ... drrt ... drrt ...

Suara getaran alarm dari handphoneku, sukses membuatku terbangun. Aku bangkit dari posisi tidurku. Aku terduduk dengan nafas yang tersengal-sengal. Masih seperti setengah sadar matakuku meneliti sekeliling kamar ini.

Tunggu ... rasanya kamar ini berbeda dari yang tadi. Aku menoleh kearah sebelahku. Lalu kembali untuk yang kedua kalinya, memperhatikan kamar ini lagi. Dan baru tersadar hanya ada aku yang berada di kamar ini.

God! Jadi tadi cuma mimpi. Tapi kenapa sepertinya nyata sekali. Dan aku juga memangggil Arya dengan Difta, aneh.

Aku baru ingat, kalau kemarin sore Arya pergi ke Besançon, untuk mengunjungi grand-mèrenya yang sedang di rawat intensif di rumah sakit. Dan bodohnya aku, kenapa menolak ajakannya untuk pergi kesana, hanya karena alasan pekerjaanku. Tapi di satu sisi memang benar, karena cuti yang sudah kuambil terlalu banyak.

Jadi aku harus bersabar tidur sendirian selama empat hari ini. Bisa di bayangkan esok hari pasti akan sepi, sunyi, dan senyap tanpa keberadaannya.

Hei ... kenapa aku jadi tidak terbiasa dengan kehadirannya. Padahal dari dulu 'kan aku selalu tidur sendiri. Pernikahan ini membuatku gila. Setelah beberapa bulan bersamanya, justru membuatku addicted dengannya. Belum ada 24 jam dia pergi kenapa aku jadi rindu sekali padanya.

Aku rindu wajah tampannya, aku rindu aroma tubuhnya, aku rindu senyuman yang walaupun sangat mahal dia pamerkan, aku rindu kata-kata pedasnya.

Kupaksakan tubuhku untuk bangkit dari tempat tidur, lalu bergegas untuk mandi dan sholat. Setelah itu aku membersihkan dapur, membereskan ruang tamu, merapihkan kamar, membersihkan ruang kerjanya, membersihkan toilet.

Huftt ... apa saja kukerjakan asal aku bisa mengalihkan perhatianku, agar tidak teringat denganya, hingga tak terasa waktu sudah menunjukan tengah hari.

Gay Back To NormalWo Geschichten leben. Entdecke jetzt