BAB SEPULUH

441 24 0
                                    

"Buat apa nutupin muka pake daftar menu gitu, Her..." Suara yang tidak asing itu menegur Hera dengan nada jenakanya.

"Aku nggak nutupin muka...," Kilah Hera segera.

Ia menurunkan buku menu itu dengan ragu-ragu. Namun menolak menatap pada pria yang duduk di hadapannya tersebut.

"Kamu udah sehat?" Noah menatapnya prihatin.

"Alhamdulillah.... Terima kasih buat yang kemarin."

"Sama-sama, darling."

"Apaan darling, darling?"

"Loh bukannya setelah pengakuan kamu kemarin kita jadian?"

"Pengakuan apa?" Wajah Hera tiba-tiba memerah.

"Ituuu... yang kamu bilang, 'I dont want you' but you know that I do..."

Secara refleks Hera segera menutup mulut pria itu dengan telapak tangannya. "Ihh Noah, norak banget sih kamu."

"Loh bukan aku yang ngomong. Itu kamu yang ngomong."

"Aku nggak ngomong gitu?"

"Masa ya? Jadi wanita yang bilang gitu ke aku malam itu siapa? Hantu?"

"Pokoknya bukan aku."

"Aiissshh... ternyata Tuan Putri kita ini berkepribadian ganda ya?"

Hera memasang wajah cemberut. Pokoknya ia tidak ingin dibantah.

"Kamu cantik kalau cemberut gitu."
"NGGAK MEMPAN!"

"Yang mempan apa dong? I love you...?"

"Norak!"

"Norak tapi kamu cinta kan?"

"Enak aja!!"

Noah menarik tangan gadis itu. "Setidaknya kamu sudah mulai bisa menerima aku. Iya kan?"

Kali ini Hera tidak menampiknya.

"Aku tau, pada akhirnya kamu akan bisa menerima aku kembali Hera. I know that..." Ia mengedipkan matanya sekali, membuat gadis yang duduk dihadapannya itu berwajah semerah tomat.

Yeah, Hera harus mengakui bahwa hubungannya dan Noah mulai membaik. Ia sudah mulai berani untuk memberikan kesempatan pada laki-laki itu.

Memang belum diterimanya secara resmi, tetapi, untuk orang yang pernah dikhianati, berada pada tahap ini pun sudah cukup baik bagi keduanya.

Tiga minggu terhitung sejak peristiwa di rumah pantai waktu itu, dan hubungan mereka berangsur membaik.

Hera sudah tidak mencari-cari alasan untuk menolak pertemuan dengan Noah. Ia juga sudah mulai mengurangi sifat judes dan kasarnya pada pria itu.

Noah sering menemaninya dalam beberapa kesempatan, atau terkadang Hera menerima ajakan pemuda itu untuk menemaninya jalan-jalan atau makan di luar.

Mereka membicarakan banyak hal.

Membicarakan masa-masa yang hilang diantara mereka selama dua tahun terakhir ini. Membicarakan tentang kehidupan Noah di Jerman, pendidikannya, maupun interaksi sosialnya.

Atau membicarakan bagaimana serunya sidang-sidang yang pernah Hera lalui, juga hal-hal berat apa yang dihadapinya selama menjadi Kuasa Hukum kaum minoritas.

"Jadi, selama dua tahun ini, kamu pernah menjalin hubungan dengan siapa Hera?" Tanpa Hera sadari, pembicaraan mereka menjadi serius dan menyangkut hal-hal yang bersifat pribadi.

"Aku sendiri." Jawab Hera dengan canggung.

Atmosfer diantara mereka berubah menjadi sedikit menegangkan.

Ex in Next  [COMPLITE!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang