Bella terkejut mendengar permintaanku, "k-kau ingin aku menjaga Luvin?" Tanya Bella dengan gugup.

"Ya."

Raut wajah Bella berubah menjadi senang, "aku akan menjaganya."

"Terima kasih."

Bella hanya tersenyum. Aku menatap ke arah lain. Siapa yang menelepon ya?

"Erm..." Gumam Bella pelan yang membuat aku menatapnya kembali. "Kau tidak marah kan... Kalau aku bilang... Aku yang menelepon ambulan serta polisi? Maksudku... Aku tidak ingin mencampuri urusan pribadimu tapi karena itu... Aku takut... Jadi aku menelepon meminta bantuan..." Bella menyengir gugup.

Mataku membulat, "kau yang menelepon? Bagaimana bisa?"

"Hehehe... Tadi aku duduk di cafe dekat jendela, terus aku melihat mobilmu sedang melaju kencang... Ya... Aku ikutin kamu..." Bella mengalihkan tatapan matanya dariku dengan cepat, wajahnya merona.

Aku menahan senyumku dan berdeham, "terima kasih ya."

Bella masih tidak mau menatapku, tapi ia hanya bergumam pelan, "yayaya..."

***

Aku duduk di depan ruang ICU dengan perasaan cemas. Sudah hampir setengah hari aku duduk di sini sembari menunggu hasil dari dokter.

Aku mendengar derap langkah dari pintu masuk di sebelah kiriku. Papa dan mama Jehna beserta John, Zoe dan Maggy sedang berjalan ke arah ku dengan raut wajah yang cemas.

Aku berdiri saat mereka sudah berada di dekatku. Hanya memasang wajah yang datar. Mereka juga seperti sedang mengerti perasaanku, jadi mereka hanya diam, dan duduk. Begitu juga denganku.

Aku dapat merasakan tatapan Zoe yang menusuk itu. Aku tau, Zoe suka kepada Jehna. Sejak pertama aku melihatnya bersama dengan Jehna, sejak saat itu juga aku tau perasaan Zoe terhadap Jehna bukanlah rasa sayang terhadap 'sahabat' melainkan rasa sayang terhadap 'orang terpenting dalam hidupnya'. Well, kira-kira seperti itu.

Aku juga tidak terkejut melihat perut Maggy yang agak 'besar' dari biasanya. Dia dulu seorang cewek yang sangat peduli terhadap penampilannya. Perutnya rata. Tentu saja. Dan sekarang, perutnya agak 'besar'. Dia hamil. Anak dari Zoe. Ceritanya sih mereka berdua mabuk dan melakukan hal 'itu'.

Mungkin terdengar jahat jika aku bilang bahwa aku senang saat mendengar cerita itu. Tapi yah, itu kenyataannya, aku senang. Kenapa? Karena sainganku berkurang, masalahku pun menjadi berkurang. Aku bebas mengejar Jehna.

Jantungku berdegup dengan kencang saat dokter keluar dari ruangan ICU. Aku langsung berdiri dan menunggu hasil dari dokter.

"Kondisinya belum stabil. Tapi dia selamat, untuk sementara."

Aku melotot, "apa maksudnya 'untuk sementara' dok?!"

"Pisau yang tertancap di perut nona Jehna itu mempunyai gerigi, dan tusukannya sangat dalam. Merobek beberapa organ inti yang mengakibatkan nyawa nona Jehna terancam. Kami bahkan sempat kehilangan detak jantung dari nona Jehna beberapa saat. Ajaibnya dia selamat, tapi kami tidak tau berapa lama dia akan bertahan. Kita sekarang hanya bisa berd-"

"Berapa lama dok?!"

"Mungkin sekitar 3 hari. Tapi kami akan berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkan nyawa nona Jehna. Anda bis-"

Suara dokter tak terdengar lagi. Aku terhanyut dalam pikiranku. 3 hari? Benarkah, Jehna hanya bisa bertahan paling tidak 3 hari? Bisakah dia bertahan lebih lama?

Dengan langkah yang gontai aku masuk ke dalam ruangan ICU dan berjalan ke arah Jehna yang tertidur dengan lemah di atas tempat tidur. Banyak selang dan kabel yang membuatku harus bergerak hati-hati saat mendekatinya.

Beautiful in Its Time (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang