Satu - Penculik!

2.8K 553 100
                                    

Sayup terdengar dering pesawat telepon dari dalam, membuat Ayesha menghentikan kegiatannya. Diletakkannya kembali sekop yang masih berisi gumpalan kotoran kucing ke dalam liter box. Ayesha masuk, melintasi beberapa kucing yang sedang tiduran di lantai. Dibukanya sarung tangan karet yang dia gunakan, sebelum mengangkat gagang telepon dan menjawab panggilan itu.

“Selamat siang, Lovelove Pet di sini, ada yang bisa kami bantu.”

Halo, Yesha. Ini Tante Mar.”

“Oh Tante Mar, iya Tan, ada yang bisa Yesha bantu?”

Bisa kirim makanannya Fulgoso ke rumah? Tante lagi di luar, makanan Goso habis.”

“Bisa, Tan.”

Syukurlah. Kirim lima kilo saja, Yesha. Duitnya tante transfer saja ya, tadi nggak sempat nitip sama Mbok Sri."

“Iya, Tan, nggak apa-apa.”

Sekarang ya, Yesha. Setengah jam lagi jadwal makan siang Goso. Kalau telat sedikit bisa bikin satu komplek rusuh itu anak.”

Ayesha ketawa, membayangkan ulah Fulgoso. Anjing jenis Samoyed berwarna putih seperti kapas milik Tante Mar itu akan melolong-lolong berisik kalau sedang kelaparan. Anjing berbulu tebal itu akan mengonggong terus menerus di depan wadah makanannya sampai wadah aluminium itu terisi penuh dengan makanan. Kalau lolongannya itu masih belum membuahkan hasil, Goso akan mengikuti Tante Mar kemana saja sambil memasang wajah nelangsa penuh drama.

“Sekarang?”

Ayesha menoleh ke luar, ke arah liter box yang masih penuh dengan harta karun yang belum sempat dia bersihkan tadi. Nanti aja lah balik dari rumah Tante Mar dia bisa lanjut bersih-bersih lagi. Rezeki mana boleh ditolak, pikirnya. 

“Bisa, Tan.”

"Ya, sudah kalau gitu, makasih ya Yesha.”

“Oke, Tan. Sama-sama.”

Ayesha meletakkan kembali gagang telepon setelah Tante Mar menutup panggilan. Sudut-sudut bibirnya tertarik ke kanan dan ke kiri membentuk senyuman. Gimana Ayesha nggak happy, pelanggannya yang satu itu paling royal diantara pelanggannya yang lain. Ayesha nggak pernah minta biaya tambahan tiap kali ada pelanggannya meminta pesanannya diantarkan ke rumah. Selagi lokasinya masih seputaran komplek sih ya, kalau sudah di luar komplek mah Ayesha malas juga. Tapi Tante Mar ini beda, beliau selalu memberikan uang lebih bahkan kadang sampai dua kali lipat dari total pesanannya. Baik banget kan ya. Itu kenapa tiap kali Tante Mar yang minta tolong diantarkan belanjaannya, Ayesha dengan ikhlas dan ridho buat nganterin. Cuan sih bun!

Ayesha mengesampingkan dulu kegiatan bersih-bersihnya. Mengambilkan lima kilogram makanan anjing pesanan Tante Mar. Ayesha menulis total belanjaan di nota, lalu mengirimkan foto nota itu pada Tante Mar via WhatsApp. Nggak berapa lama balasan datang, sebuah tangkapan layar bukti transfer dengan nominal yang hampir dua kali lipat dari totalan di nota yang Ayesha kirimkan tadi. Tuh kan baru saja di bilang.

Menyanggupi permintaan Tante Mar tadi, Ayesha mengantarakan makanan Fulgoso seesegera mungkin. Meskipun siang itu cuaca terik. Matahari sedang tinggi-tingginya, siap membakar ubun-ubun. Kalau nggak mikir cuan mah, Ayesha lebih milih tinggal di pet shop-nya ketimbang harus motoran siang bolong begini. Nggak apa-apa deh berurusan sama eek dan pipis kucing. Tapi apa daya dia yang bukan anak sultan ini. Masih butuh cuan buat makan dan hedon tipis-tipis, Bun!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 07, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mas, Ban! Om, Ban!Where stories live. Discover now