Korenah I

95 13 49
                                    

Semburat fajar menyingsing, tersenyum genit menyapa embun. Kicauan burung-burung kecil di ujung ranting, bak motivator membakar semangat pagi.

"Pagi yang cerah," gumam Pakle Veyz, sembari membuka jendela kamarnya yang pengap. Sejuk udara pagi, bertempur melawan hawa sisa-sisa ngorock Pakle Veyz semalam. Di tepi jendela, Pakle Veyz membentangkan tangannya, menggeliat laksana aktris di film drama romantis, yang tampak sekilas di kaca jendela apartemen mewah.

Ketika tengah asyik menikmati sejuknya udara pagi dari balik jendela sepi, tiba-tiba Pakle Veyz merasakan sesuatu yang aneh di dalam perutnya. Tanpa pikir panjang, segera Pakle Veyz melangkah keluar kamar.

"Bruduuuk!"

Karena terburu-buru pengin cepat mendarat di kakus belakang rumah, di depan pintu kamar, Pakle Veyz menabrak Andri yang melintas dari dapur menuju ruang tengah. Andri tengah membawa segelas susu cokelat bekal sarapan. Susu cokelat yang berada di tangan Andri tumpah tepat di wajah Pakle Veyz. Paman dan keponakan itu jatuh terhempas ke lantai.

"Aduh, Le! Kalau jalan lihat-lihat dong," ucap Pakle Veyz sambil menjilat lumeran susu cokelat di bibirnya.

"Maaf Pakle, aku ndak sengaja. Lagian Pakle mau belok nggak pakai lampu sein."

"Kabel listrik perut Pakle korsleting, Le. Maka ne sein e ndak fungsi."

"Hahahaha, Pakle mulas?"

"Iya, kakus kosong ndak?" tanya Pakle Veyz.

"Mak lagi di kakus. Pakle gaya banget yah, mau ke kakus aja pakai masker kecantikan segala?"

"Masker kecantikan opo? Iki susu coklat kamu tumpah di wajah Pakle."

"Ooo, tak kira itu masker kecantikan, ha-ha-ha."

"Sembrono kamu iki!"

"Maaf, Pakle, he-he."

Segera Pakle Veyz bangkit dan berlari secepat bayangan menuju kakus belakang rumah. Saat keluar di pintu dapur, dari kejauahan Pakle Veyz melihat kepala Mak Ratna nongol di atas dinding pembatas kakus.

"Aduh, Mbakyu masih di kakus toh?"

"Iyo, Dik Veyz. Tanggung nih, satu bait lagi."

"Haaaa! Walah dalah! Mbakyu nongkrong opo menulis puisi, kok ada bait segala?" tanya Pakle Veyz terheran-heran.

"Bukan menulis puisi, tapi Mbak lagi mencari inspirasi, Dik Veyz."

"Buru Mbakyu! Udah nggak tahan nih. Mencari inspirasi kok di kakus? Ada-ada aja," balas Pakle Veyz sambil membungkuk menahan mulas.

"Dik Veyz nggak fungky! Kemarin Mbak nonton acara gosip mancanegara. Kata pembawa acaranya, hampir semua lagu hit band Coldplay, inspirasi awalnya tercipta saat Chris Martin lagi nongkrong di kakus."

"Chris Martin itu petinju ya, Mbakyu?" tanya Pakle Veyz, yang tampak mulai resah dan gelisah.

Belum sempat Mak Ratna menjawab, terdengar suara balasan dari Bu Sukarti, konco Mak Ratna yang juga lagi nongkrong di kakus kolam ikan sebelah.

"Petinju, Chris John, kelees, Dik Veyz! Chris Martin itu diva!" timpal Bu Sukarti yang juga sedang mencari inspirasi.

"Diva itu Krisdayanti!" sahut Andri dari dalam rumah.

"Tuh dengar, Dik Veyz!" balas Mak Ratna santai.

"Iya deh, tapi sekarang Mbakyu ngapain di kakus lama-lama. Emang Mbakyu mau jadi tukang bikin lagu juga? Cepataaaaaan!"

"Sok tau! Siapa juga yang mau bikin lagu? Orang Mbakyu memang sengaja pengin nongkrong di kakus kok."

"Aku mulas Mbakyu, udah nggak tahan. Aduh! Aduh! Aduh!"

"Sebel deh! Mbak itu sengaja nongkrong di kakus, siapa tau ketemu sama Chris Martin. Dia kan suka nyari inspirasi di kakus. Kalau ketemu, Mbak sama Bu Sukarti kan bisa minta tanda tangan, foto bareng."

"Walah dalah!"

Tiba-tiba terdengar suara menggelegar menggetarkan jiwa dan segenap nurani dari knalpot racing Pakle Veyz.

"Prooooock opruuuuh!"

Semerbak aroma melati layu tertimpa pohon rubuh, beterbangan mewarnai langit pagi.

***

Selesai mandi, Pakle Veyz keluar kamar dengan pakaian rapi dan bersiap untuk sarapan.

"Le, tolong panaskan motor, Pakle mau ada perlu ke balai desa," ucap Pakle Veyz kepada Andri.

"Siap, Pakle," balas Andri sambil bergegas ke ruang belakang, meluncur ke tempat motor CB Pakle Veyz terparkir.

Di meja makan, Pakle Veyz dengan lahap menyantap serabi, ditemani secangkir teh hangat. Selagi asyik makan, tiba-tiba mata Pakle Veyz tertuju pada secarik kertas yang tergeletak begitu saja di sebelah piring serabi. Perlahan tapi pasti, Pakle Veyz meraih secarik kertas.

"Sajak karya siapa ini?" gumam Pakle Veyz.

Sejurus kemudian Pakle Veyz membacanya dengan suara lantang.

Genderang rasa yang bertalu di jiwa.

Membuat mata ini sulit terpejam.

Siang malam aku memikirkan kamu.

Wajahmu nan elok, bagai rembulan ditaburi bumbu rendang.

Senyummu nan menawan, bagai matahari.

Tutur katamu bagaikan bintang, mars, venus, yupiter, pluto.

Oh, kenapa kamu seperti planet yah?

Belum tuntas Pakle Veyz membaca sajak fenomenal, terdengar suara teriakan dari dapur.

"Dik Veyz, hentikan!"

"Ada apa, Mbakyu?" tanya Pakle Veyz.

"Baca karya orang tanpa izin, itu namanya pelanggaran. Mana bacanya pakai suara lantang pula. Sini balikin!"

"Ooo, ternyata Mbakyu yang nulisnya, tak kira kertas itu punya Andri. Buat siapa itu Mbakyu?"

"Buat Chris Martin," balas Mak Ratna ketus, sambil merebut secarik kertas dari tangan Pakle Veyz.

"Tak kira buat planet! Ha-ha-ha."

***

Lima belas menit kemudian, Andri muncul dari ruang belakang.

"Pakle, motor e udah tak panasin."

"Oh ya, matur nuhun, Le. Siniin kuncinya!" balas Pakle Veyz.

"Kunci opo toh, Pakle? Tadi Pakle ndak ngasih kunci ke aku yo."

"Kunci motor mana?"

"Kunci motor opo? Wong tadi malam Pakle yang nyimpen, kok tanya ke aku."

"Lah, barusan kamu manasin motor, emangnya nggak dinyalain?"

Mendadak Andri terdiam, melongo sambil garuk-garuk hidung.

(Pembaca tau apa yang dilakukan Andri? Mari kita simak dengan saksama).

Kala Pakle Veyz meminta Andri memanaskan motornya, Andri langsung bergegas menuju ruang belakang, tempat motor CB Pakle Veyz terparkir.

Dan inilah yang dilakukan Andri di ruang belakang, sambil berputar-putar mengitari motor CB milik Pakle Veyz.

"Dasar motor butut! Mau aja ditunggangi Pakle. Tuh lihat, bodi kamu kotor semua nggak pernah dicuci. Pagi ini kamu terlihat benar-benar jelek. Dasar motor jelek! Dasar motor jelek! Weeeck!"

Bagi Andri, manasin motor nggak perlu kunci, nggak butuh kick starter. Ledekin aja terus, ntar juga bakalan panas sendiri ha-ha-ha.

------------------------
TM Hendry, s
------------------------

KORENAH (CERPEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang