Syukurlah mas Dedik mengijinkanku saat itu. Dia juga berpesan padaku untuk selalu hati-hati di lingkup perjudian, dan tidak memutuskan hubungan dengannya.

Aku menyalakan motor yang aku pinjam ke temanku. Aku memakai helm dan jaketku. Aku mulai mencari alamat rumah yang diberikan mas Jarot. Di tengah perjalanan, aku melihat dua pencopet melakukan aksinya. Lalu aku memarkir motor yang ku bawa di pinggir toko bunga.

"Woi berhenti lu!" teriak ku ke mereka.

'Tap taptaptap.'

"Sialan, cepat sekali mereka. Aku harus potong jalan dari lorong itu!" pikir ku cepat.

'Hiiaaat. Daaakk. Bugbagbug!'

Aku melancarkan pukulanku ke salah seorang dari mereka. Orang satunya lagi mengambil sebuah botol kaca, dan "praaaaankk!" botol itu pecah mengenai kepalaku.

Mereka menendang perutku berulang kali. Aku tetap bangun, lalu aku tendang orang itu dengan lututku. Aku mencekik satu orangnya lagi, dia mendorongku. Aku tarik lengan kanannya dan aku membantingnya ke tanah. Mereka meminta ampun padaku. Kemudian aku mengambil tas yang dicuri kedua orang itu.

"Ini tasmu." Kataku pada wanita itu seraya menyerahkan tas nya.

'Makasih mas. Apa mas gapapa?' tanya wanita itu padaku.

Aku berbalik dan berjalan menjauhinya. Tiba-tiba...

"Tunggu mas! Aku akan mengobati luka-luka mas."

'Gak perlu.' Jawabku tanpa menoleh ke arahnya.

Aku kembali ke tempat motorku. Aku menyalakan nya dan melaju ke rumah bang Jarot. Aku menemukan rumah mas Jarot. Dan aku memandangi rumah mewah itu dari atas motorku.

"Kenapa rumah ini sepi sekali. Gak ada orang satupun di depan rumah!" Tanyaku dalam hati.

Aku berjalan masuk ke rumah itu. Ku bunyikan bel rumah itu berkali-kali. Tidak lama kemudian, ada seorang laki-laki berbadan besar keluar menemuiku.

"Ada perlu apa kau dating kesini?" Tanya laki-laki itu.

'Aku bekerja untuk mas Jarot pak. Aku mau menemui mas Jimmy sekarang.' Jawabku dari balik pagar rumah.

"Oh kapten dua. Baiklah, ayo masuk!"

Aku masuk ke rumah itu dan menemui mas Jimmy.

"Selamat datang Alex. Sudah lama aku menunggumu. Jadi, lu sudah membuat keputusan sekarang?" Tanya mas Jimmy padaku.

'Iya kapten, saya sudah siap bekerja untuk mas Jarot.'

"Panggil mas Jarot dengan sebutan Jenderal ya. Dan ganti saja kata-kata saya, kamu dengan gue, lu. Paham gal u Lex?"

'Iya kapten, gue paham!'

"Oke, lu tunggu disini. Biar gue suruh orang membuatkan lu minuman. Nanti lu akan gue tunjukin juga kamar lu."

'Baik kapten. Terima kasih.'

Aku berkenalan dengan semua penghuni rumah itu. Di dalam rumah itu, ada sebelas orang, diantaranya Kapten yaitu mas Jimmy, yang mempunyai sepuluh anak buah termasuk aku. Kalau dibawah kepemimpinan mas Jarot, ada empat kapten yang menyebar di seluruh kota. Dan antara satu kapten dengan kapten yang lain, dilarang saling mengenal satu sama lain.

Setiap anggota diberikan satu buah motor untuk kebutuhan operasional, termasuk aku. Dan aku langsung diberikan uang pegangan oleh Kapten dua, untuk membeli kebutuhan ku.

Aku diberikan obat-obatan untuk membersihkan luka ku saat berkelahi dengan para pencopet tadi. Banyak perban yang membalut wajah dan tangan ku.

Di hari ketiga, aku pergi ke sebuah mall, untuk melepas kejenuhan ku. Saat aku berjalan mengelilingi toko, aku di kejutkan seseorang...

"Mas?" panggil seorang wanita seraya berjalan ke arahku.

"Ga disangka bisa ketemu lagi ya mas. Gimana keadaan mas?" Tanya nya lagi.

'Aku tidak apa-apa. Maaf, aku harus pergi.' Jawabku padanya.

"Tunggu mas, namaku Maria." Wanita itu menjulurkan tangan kanan nya.

Tanpa berjabat tangan wanita itu, aku berpaling dan meninggalkan nya. Sekiranya sudah jauh aku berjalan, aku melihatnya lagi ke belakang.

'Sial, itu cewek masih berdiri disana!'

Wanita itu tersenyum melihatku dari jauh.

'Sungguh bodoh kalau dia mau berteman denganku!' gumamku sendiri.

Aku kembali berjalan, dan aku memasuki toko pakaian. Aku membeli tiga kemeja, seperti yang disuruh Kapten dua. Setelah aku rasa cukup membuatku senang, aku kembali ke rumah (markas dua).

Sesampainya di rumah, aku langsung di beri tugas oleh Kapten. Aku disuruh mengawal perjudian yang ada di sebuah daerah. Disana sedang berlangsung perjudian 'sabung ayam'. Tanpa menunda nya, aku langsung ke daerah yang di maksud.

"Ini Alex, dia orang baru." Kata temanku Dani pada penjaga di sana.

Aku menjulurkan tanganku seraya memperkenalkan diri. Ku lihat serunya permainan itu. Dua ayam bangkok saling beradu, bahkan sampai salah satu ayam itu mati. Di tengah jalannya pertandingan ayam itu, ada seorang pemuda yang membuat onar.

Dani dan aku langsung mengamankan pemuda itu. Walaupun ada sedikit perlawanan darinya, kami berdua bisa menangani nya. Tiba-tiba ada seorang lagi yang berteriak dari kejauhan...

"Ada polisi. Cepat kabur!"

Dani dengan sigap membereskan uang perjudian. Aku membantunya. Lalu kami berdua mengambil motor kami masing-masing.

"Lex, kita berpencar. Kita ketemu di markas!"

'Oke Dani. Lu hati-hati ya.'

"Lu yang harus hati-hati Lex. Hindari jalan raya Lex!"

'Siap Dan.'

Aku memacu motor ku dengan cepat, meninggalkan arena pertarungan ayam itu. Setelah aku rasa cukup jauh, aku masuk ke sebuah gang. Aku menunggu di atas motor seraya membakar sebatang rokok ku.

Seketika mobil polisi berhenti tepat di samping ku. Aku panik dan langsung menyalakan motorku. Aku memasuki gang-gang sempit, yang tidak bias di lalui polisi itu. Aku memarkir motorku di kebun warga setempat.

Ada jalan setapak di samping kebun itu. Dalam keadaan masih gugup, aku kembali menyalakan rokok ku yang sempat mati. Dan dari belakang, ada yang menepuk pundak ku.

"Nah, mas yang itu hari kan?"

'Astaga. Sial. Aku kaget tau!' Bentak ku pada seorang wanita yang pernah ku temui.

"Maaf ya mas. Jangan marah dong mas!"

'Apa maumu sih? Lagian kamu itu, bias ada di semua tempat.' Kataku padanya.

"Aku belum sempat ber terima kasih ke mas. Jadi, aku sekarang mau bilang terima kasih ke mas." Jawab Maria sambil tersenyum.

'Iya sudah, aku terima ucapanmu! Sekarang tinggalkan aku.'

"Mas kok kasar banget ke aku. Ucapnya lagi padaku.

'Lalu apa lagi mau mu?'

"Maukah mas jadi sahabatku?" Katanya penuh harap. Namun aku tidak menjawabnya. Aku langsung pergi meninggalkan nya.

PREMAN dan WANITA BERCADARWhere stories live. Discover now