Persahabatan

3.9K 56 1
                                    

"Tiiitt. Klekk. Ayo dek, ikut saya ke ruangan. Kamu bisa ambil barang-barangmu lagi." ajak seorang petugas lapas padaku.

'Baik pak.' Jawabku.

Setelah berpamitan ke abang Frans, aku menuju gerbang keluar, gerbang kebebasan. Aku kembali menghirup udara segar. Aku lihat isi dompetku, semua uangku waktu itu masih utuh di dalam dompet.

Aku menuju tukang bakso, aku makan dengan lahap sepiring bakso itu. Aku duduk selama setengah jam, memikirkan apa rencanaku selanjutnya. Dan akhirnya, aku memutuskan untuk pergi ke kota Malang.

Hanya butuh dua jam perjalananku menuju Malang dari Surabaya. Saat itu, aku hanya duduk di bangku terminal Arjosari. Aku tidak memikirkan pekerjaan kantoran, karena pendidikan terakhirku hanya sampai di bangku SMP.

Aku menghampiri salah satu bis jurusan Malang – Surabaya. Aku menanyakan pada supir bis itu, apa aku bisa bekerja untuk dia/ tidak. Dan ternyata, ada lowongan di bis nya sebagai kondektur. Aku di minta memperlihatkan KTP ku.

"Jadi asalmu Suroboyo le?" tanya supir itu yang bernama mas Dedik.

'Iya mas.'

"Pernah kerja dimanaaja kamu le?"

'Aku pernah ikut tetanggaku mas, dia supir truk barang.' Jawabku padanya.

"Oh gitu, berarti kamu udah pengalaman ya. Mana pakaianmu? Kamu tinggal di Surabaya/ di Malang?" tanyanya lagi.

'Aku di Surabaya mas. Aku baru kemarin keluar dari penjara karena kasus kecelakaan, bos kumenabrak orang.'

Mas Dedik mengangguk seraya mendengarkan ceritaku. Satu jam kemudian, aku mulai bekerja di bis itu. Setiap harinya, bis itu menempuh perjalanan empat rit, yaitu dua kali pulang-pergi antar kota Malang – Surabaya.

"Aku juga punya cerita nih mas Gatot, tentang tante-tante." Kataku ke beberapa orang terminal yang sedang berkumpul.

'Oh ya? Kirain kau ini masih perjaka Lexhahahaha!' sahut Joni.

"Gak mas, waktu itu aku gangerti apa-apa. Supir truk itu yang panggil wanita nakal buatku. Katanya supir itu, biar aku jadi laki-laki sejati."

'Hahahaha bisa aja kau Lex.' Mereka tertawa dengan candaanku.

Kami meminum alkohol sampai tengah malam. Hal itu membuatku muntah-muntah. Aku kembali ke bis mas Dedik, dan tidur di dalam bis. Empat jam aku tertidur.

Suatu hari, aku berkenalan dengan mas Jarot. Dia adalah bandar judi besar. Dia menyuruhku ke rumahnya saat sore hari.

"Alex, jaringanmu kan uda luas. Aku mau kamu kerja untuk kuLex, gimana?" kata mas Jarot.

'Bukannya aku menolak tawaran mas. Tapi aku juga kerja ama mas Dedik sekarang. Aku ikut bis nya sebagai kondektur.' Jelasku padanya.

"Bayarannya sedikit itu Lex. Sudahlah, kamu pegang wilayah Utara. Kamu bisa makan tidur di rumah disana. Kamu akan dapat bayaran yang banyak dari ku!"

'Kalau gitu, aku ijin dulu ke mas Dedik. Ga enak juga kalau langsung kabur gituaja.'

"Oke Lex, aku tunggu jawabanmu besok. Kalau jadi, kamu nanti harus nurutama mas Jimmy. Panggil dia kapten dua ya." Terangnya lagi seraya mengenalkan ku pada mas Jimmy.

'Iya mas siap. Besok aku kabari. Kalau gitu, aku pamit ya mas.'

"Oke Lex, kau hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa, hubungi aku atau ke kapten dua."

'Siap mas. Makasih banyak.'

Aku langsung ke terminal menemui mas Dedik. Setelah perjalanan dari Malang ke Surabaya, aku berbicara pada mas Dedik. Aku meminta ijin padanya untuk berhenti kerja. Aku juga menjelaskan pada mas Dedik, bahwa aku akan bekerja untuk mas Jarot.

PREMAN dan WANITA BERCADARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang