Andriana Caroline Enderson

Start bij het begin
                                    

"Kenapa gak lo angkat ?" Nara yang melihat raut wajah Ana ketika melihat layar ponselnya langsung terbingung. Ana yang dilihatnya saat ini tidak seperti Ana yang ia kenal, ia terdiam dengan waktu yang cukup lama hanya karena panggilan seseorang yang mungkin memiliki pengaruh besar terhadap Ana.

Siapa ? Kenapa Ana seperti ini ? Batin Nara berteriak penuh keingintahuan.

Ana memang dekat dengan mereka, namun sejujurnya dialah yang paling jauh dari mereka. Ia begitu tertutup seolah membuat benteng pada dirinya untuk membuat tak seorangpun dapat memasukinya, termasuk mereka.

***

Pada waktu pembelajaran hingga saat jam istirahatpun Ana masih terdiam, merenungkan pesan yang diterimanya setelah panggilan yang ia reject.

Hingga saat jam pembelajaran dimulai lagi, serta Pak Hendra menjadi guru pengajar yang terkenal tidak akan segan-segan dengan orang yang tidak ingin mematuhi aturannya.

"Andriana Caroline Enderson, perhatikan saya atau anda keluar !" Suara Pak Hendra menggelegar seantero kelas, ia sedang berdiri didepan kelas dan menunjuk Ana seraya memelototkan matanya.

Dengan langkah santai, Ana berjalan melewati Pak Hendra dan berjalan menuju luar kelas. Melihat hal itu, Pak Hendra menjadi semakin marah dan membentak Ana sehingga Ana berhenti ketika sudah berada diambang pintu.

"ANA, MAU KEMANA KAMU ?!" Suara Pak Hendra membuat langkah Ana terhenti tanpa membalikkan badannya, seisi kelaspun terdiam melihat pemandangan langka yang terjadi dihadapan mereka.

"Kata bapak, saya disuruh keluar," dengan santainya Ana menjawab itu seraya melangkahkan kakinya meninggalkan kelas dan membuat amarah Pak Hendra semakin menjadi.

Jangan salahkan Ana jika ia memang tidak bersalah, atau kamu akan tau akibatnya. Seperti saat ini, ia berjalan menuju ruang guru yang sepi karena semua guru yang memiliki jadwal mengajar.

Dicarinya meja Pak Hendra dan ia membuang kopi yang sama sekali belum tersentuh oleh Pak Hendra.

Diambilnya kecap yang terdapat dipojok ruangan yang menyediakan gula, kopi, teh, sambal, saos maupun kecap.

Dituangkannya kecap itu kedalam cangkir dan diisinya dengan sedikit air panas. Setelah itu, ia menaruhnya ditempat semula.

Diambilnya serbuk yang selalu ia bawa kemanapun, dan dituangkan kedalam cangkir setelah itu ia aduk rata.

Sebuah senyuman terpantri diwajah cantik Ana, jangan pernah membuat gue marah pak tua batin Ana bersorak gembira mengenai hal yang terjadi kedepannya terhadap Pak Hendra.

Setelah itu, ia mengambil sebotol cairan dari dalam kantong roknya dan menumpahkan sebagian isinya kedalam kursi tempat Pak Hendra berada.

Setelah semua rencana sudah ia lakukan, dengan santainya ia berjalan keluar dari ruang guru dan berjalan menuju kantin.

***

"An, ini makan dulu, lo pasti gak sarapan," Key membawa sepiring Spaghetti Oglio Olio kesukaan Ana dan duduk disebelahnya. Nara menyusul dibelakang dengan membawa ramen serta tiga gelas Strawberry Smoothies.

"Key, lo biarin gue bawa makanan dan minuman ini ?" Sesampainya dimeja, Nara langsung mengerluarkan semua kalimat yang is tahan sejak tadi dan dengan kesal duduk dihadapan Ana dan mengambil jatah Ramen dan Strawberry Smoothies miliknya.

"Kan gue bawa pesanan princess dulu," sahut Key dengan wajah yang dibuat sepolos mungkin, sehingga membuat Nara hendak mengguyurnya menggunakan Strawberry Smoothies miliknya.

DylanaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu