BaL! | #SelamatHariPersNasional

43K 4.5K 398
                                    

"Boss! Gimana kemarin sama KPI?"

"Gue disuruh ngobrol sama Kanebo kering, Nge! Untung Mas Sakti ikut." Ck, Ajimara menggeleng dramatis. Setidaknya ada Pak Sakti, GM Programming yang ikut datang ke sana. "Sampe berbusa mulut gue buat ngelawak, eh dia cuma angkat kedua alis abis itu ngasih gue smirk. Bangsat, yaa?" Dia langsung duduk di kursinya.

Lagipula, lembaga seperti KPI kenapa diajak bercanda layaknya teman sejawat? Memang Ajimara ini tua umurnya saja. Pemikirannya masih bocah. Jadi, biarkan saja dia mengoceh panjang lebar, sementara aku masih mencoba melihat-lihat galeri di ponsel Produser buncit itu. Dia memang selalu mengabadikan momen, terlebih jika berhubungan dengan lembaga satu itu. Ajimara bilang; tunggu saatnya kalau program gue menang di PGA.

"KAMPRET!" Aku nyaris lepas kendali. Lelaki ini yang baru saja dikatakan Kanebo kering oleh Ajimara? Memang benar. Mukanya datar sekali. Dari beberapa foto yang diambil oleh entah siapa, hanya satu yang menampilkan ekspresi berbeda; sudut bibir kanan diangkat sedikit, tetapi belum bisa dikatakan tersenyum. "Mukanya kayak orang nahan boker, yah, Bos?"

"Gantengan gue pas nahan boker, Nge!"

Aku mendengus. Ganteng dari mana coba? Kalau dia nggak punya banyak uang juga istrinya pasti menolak saat diajak menikah. "Namanya siapa, Bos? Biasanya sih sesuai nama muka-muka begini."

"Marwan atau siapalah gue lupa."

Marwan? Kenapa namanya tua sekali? Oke, mungkin benar kata Ajimara kalau dia ini sekaku Kanebo, tetapi mukanya nggak setua itu, kok. Apakah semua orang-orang di KPI seserius lelaki ini?

Kalau begitu ... aku akan memikirkan cara agar mendapatkan salah satu dari mereka.

"Namanya Farhan woi, ngapa jadi Marwan itu!"

Kepalaku menoleh, ada Putri tiba-tiba duduk di kursi kosong. Oh, jadi dia ikut Ajimara ke KPI juga. Jelas, dia Asistennya. Di depanku, Bos buncit itu sedang terbahak. Ingatannya soal nama memang sangat payah. "Ganteng nggak, Put?" Aku mulai menjalankan aksi.

"Kayak blasteran gitu, Nge! Sumpah badannya mirp bat sama iklan-iklam di tipi ituuuu!" Kalau Putri yang ngomong, aku sedikit percaya. Kenapa? Kuakui, standarnya untuk kata 'ganteng' tidak jauh berbeda denganku. "Tapi sayang, jutek abes!"

"Masa urusan sepenting itu mau bercanda, Puput ...."

"Ya seenggaknya tuh kelar bahas urusan, becanda, kek!" Putri masih bersungut-sungut. Yap, dia menyukai lelaki humoris. Jadi, wahai para lelaki, sebanyak apa pun uang kalian, semirip apa pun kalian dengan Channing Tatum, tetapi kalau selera humor kalian rendah ... jangan harap akan mendapatkan nilai baik dari gadis ini.

Berbeda dengan diriku. Karena lingkunganku sejak dulu diisi oleh orang-orang dengan kadar humor di atas rata-rata, atau lebih tepatnya otak mereka sedikit bermasalah, jadi aku memutuskan mencari pasangan yang serius. Iya. Aku ingin seenggaknya ada satu yang normal di sekitarku.

Namun, mencari lelaki serius yang pas dengan diriku ternyata tak semudah aku merasa sakit saat melihat Mas Hamish bersama pacarnya.

"By the way, selamat hari Pers ya, Nge!" Ajimara memberiku senyuman lebar. "Belajar di rumah, biar nggak melulu dapet amplop cokelat."

Putri terbahak.

Aku hanya memberinya smirk, yang langsung ia balas dengan umpatan karena tiba-tiba ingat Kanebo kering. "Selamat hari pers juga! Gue balik duluan, yah? Bye!"

.
.
.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam." Mama menjawab tanpa memalingkan wajah sejenak dari televisi di depannya itu. Ya ampun, aku harus protes, nih, sama Programingnya ANTV agar tidak melulu menayangkan serial India. Mama suka lupa segalanya kalau drama itu sudah tayang.

Break a Leg! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang