BaL! | Kopi Darat

32.4K 4.2K 195
                                    

Dua hari lalu.

Hatiku penuh harap, lengkap dengan kepala full akan adegan-adegan apa saja yang mungkin akan kulakukan bersama Mas KPI saat kami melakukan kopi darat.

Namun, semuanya punah!

Yang ada sekarang aku lagi ngobrol bareng Adam Dirgantara.

Betul banget. Kemarin, aku ketemu sama Bima. Dengan senyuman iblis seperti biasa, dia bilang, "Cie cie cie, dimintai nomornya sama Adam. Uhuy!"

"Apaan, sih? Minggir! Gue lagi badmood." Aku benar-benar badmood karena balasan Mas KPI yang nggak berprikemanusiaan.

"Ngapa, sik, lo! Dibilangin cobain Adam deh. Sapa tau betah."

"Lo kira beli lipstik, ada tester-nya!"

"Serius, Nge. Dia minta nomor lo. Nggak jadi pacar jadi temen kan lumayan. Memperluas jaringan. Kayak slogan lo! 'Hidup indah bila banyak kenalan. Apalagi banyak gebetan.' Iye, kan?"

"Taik lo!"

Dan, sekarang, aku di sini, di ToTaTi bersama Adam. Berdua. Iya. Hanya berdua (honestly, Adam fun. Aku suka lelaki humoris. Tapi, you know, di umur aku yang sekarang, nggak mungkin cuma mikirin memperbanyak teman. Aku butuh pasangan! Lama-lama kayak Alisa nih mau dijodohin). Dan, lelaki humoris tidak masuk ke dalam list kriteria mencari pasangan ala Angesti, karena mereka cocok untuk dijadikan teman.

Papa sudah gesrek dengan segala hinaan dan sikap usilnya padaku.

Mama ... jangan ditanya. Masak terus kerjaannya.

Tante dan suaminya ikut-ikutan nggak beres. Tersisa Banyu. Yah, apalagi ini. Remaja labil yang kadang membuat ubun-ubun kayak ketempelan Kalajengking raksasa.

Untuk ituuuuu, aku butuh lelaki serius. Nggak apa-apa deh kaku. Nanti aku bisalah bikin dia lembut. Setidaknya, ada yang membenarkan saat aku sudah mulai melipir ke jalan yang keliru.

Begitu lho.

Niatku mulia sebenarnya. Cuma---

"Nge, lo lagi ada masalah?"

Damn! Aku lupa kalau ada Adam di depanku. "Sori, sori." Ini malunya udah kayak lagi PMS, terus tembus pas disuruh maju di depan kelas (pas SMP nih pernah. Fiuuuh.) "Gimana kerjaan lo, Dam?"

"Gitu-gitu aja."

"Ribet banget nggak, sih jadi programming? I mean, ANTV kan rating-nya lumayan tuh semenjak serial India. You know, emak-emak kayak dibuat cinta mati gitu. Jadi, pasti banyak iklan masuk, kan?"

Adam tertawa. "Banyak. Yaa udah kerjaan. Jadi semuanya biasa aja, Nge. PD gimana? Hectic banget, ya?"

"Kalau ada breaking news aja, sih. Selain itu yaa semua sesuai rundown. Jalan lancar."

Paling, kalau pikiranku lagi melayang dan aku salah kasih intruksi (dan sialnya, mereka memang kampret dengan mengandalkanku---nggak pegang rundown), mata Ajimara selesai acara ya melotot hampir keluar. Atau kalimat laknatnya akan keluar seperti ini, "Kalau aja lo bukan anaknya Pak Rayhan, udah gue usir dari tahun-tahun lalu!"

Aku sih cuma nyengir, sambil jawab, "Ya itu! Untungnya gue anak Pak Rayhan!"

Ajimara menoyor kepalaku, zikir sebentar, langsung keluar ruangan.

"Lo banyak kenalan cewek cantik dong dari Sales dan Marketing? Penampilannya oke-oke ya, Dam?"

"Ya gimana nggak oke, mereka ibarat penentu kita bakal makan atau enggak. Pengiklan mau masang di program kita kan karena mereka juga."

Break a Leg! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang