Chapter 34 : Keputusan

4.5K 331 20
                                    

Chapter 34
Keputusan

***

"Kamu udah yakin ama semua ini?" tanya Ayu yang duduk di tepi ranjangku, mengamati diriku yang mengemas pakaian dan barangkubke dalam koper.

"Iya." jawabku singkat.

"Kenapa enggak bilang kalo Pandu ke sini? Dari mana dia tau kamu ada di sini?" aku hanya mengedikkan bahu tak tahu jawabannya. "Enggak mungkin ibu kamu, kan?"

"Mungkin aja." aku menghela napas lelah dan menyingkirkan koperku ke samping, menatap Ayu sebentar, "Aku capek mikirin semuanya. Ha Jin, Asha, Pandu."

"Pandu?" koreksi Ayu bingung. "Apa maksud kamu Pandu, Syah?"

Aku mengangguk sekali, "Iya, Pandu. Dia... dia dateng ke sini, nemuin aku terus ngomong kalo dia mau bercerai dan bakal nemuin ibu buat lamar aku." beberku padanya. Aku tak suka jika mengingat semua kata-kata yang dilontarkan Pandu dengan mudahnya, apalagi aku harus mengulangnya di depan Ayu.

"Kamu..."

"Enggak, Yu. Aku enggak mau nyakiti perasaan Anita lagi." sergahku yang tahu apa yang akan Ayu ucapkan. "Meski Pandu janji akan bercerai dan segala janjinya, aku enggak akan mau balik sama dia. Aku udah anggep hubunganku ama dia dulu masa lalu dan berakhir, enggak ada hubungan lainnya selain teman." ujarku.

Ayu beralih duduk bersila si depanku dn mengenggam jemariku, "Gimana anggapnya Pandu? Apa sama kayak kamu?" aku menggelengkan kepala sebagai jawabannya. "Dan itu adalah PR kamu, Syah. Membuat Pandu mengerti hubungan apa yang bisa kamu kasih ke dia. Pertemanan." sambungnya.

"Iya."

"Dan, satu PR lagi." aku mengeryit tak mengerti. "Ha Jin dan Asha. Kamu udah nyoba nelpon Asha?"

"Udah." Ayu meremas tanganku pelan. "Aku udah berusaha."

"Iya, toh kamu juga udah berusaha jelasin ke dia." ucap Ayu. "Enggak pa-pa." Ayu menepuk-nepuk pelan punggung tanganku.

"Iya." kataku dan melihat taman Ayu dari jendelaku. Apa lagi sekarang? Aku selalu berlari seperti ini. Pengecutkah aku?

Kupejamkan mataku sebentar untuk merasakan angin musim panas yang masuk ke dalam kamarku. Aku akan merindukan segalanya yang ada di sini. Bukan Ha Jin. Aku akan terus menyangkalnya, karena bukan Ha Jin yang berada di daftar utama yang kurindukan.

"Udah beli tiket?"

"Udah." jawabku dan Ayu cuman menganggukkan kepala.

"Ayo makan malam." ajaknya dan meninggalkanku sendirian.

Aku beralih duduk di kursi kerjaku dan membuka komputerku. Tanganku menyapu dengan cepat keyboard dan menari-nari di sana, mengetik apa yang ada di dalam otakku.

"Syah? Ayo makan malam! Kita nungguin kamu." Ayu kembali datang ke kamarku.

"Ah ya, maaf." aku berjalan menghampiri Ayu dan menuju meja makan. "Pandu?" Bagaimana bisa dia masuk ke sini?

"Tadi yang bukain si Will dan kamu tau kan gimana si Will?" bisik Ayu dan aku mengangguk kaku di sampingnya. "Dan, kayak gini deh." sambungnya dan duduk di sisi meja sebelah kanan dan aku duduk di kursi seberang Ayu.

"Maaf buat kalian nunggu." sesalku membuka suara.

"Iya, enggak pa-pa." ucap si Will dan kami makan malam dengan keheningan, dan kecanggungan yang amat kentara. Sebenarnya kecanggungan itu hanya antara aku dan Pandu.

Annyeong, Aisyah [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang