Part 3 : They Are Not My Friend

Start from the beginning
                                        

"Finoo... kalo kamu mau ambil yang itu kamu harus turun ke bawah, kan capek,"

"Tapi Bil, itu mainan kesayanganku,"

"Ya terserah aja sih kalo kamu mau capek-capek turun ke bawah,"

"Yaudah bentar ya aku ambil dulu."

Fino kecil hendak menaiki palang pembatas tersebut, hingga salah seorang anak perempuan yang bertubuh lebih besar segera menahannya kemudian meletakkan tubuh kecil Fino menjauh dari palang tersebut.

"Kak Ve!" Sahut Fino

"Udah berapa kali kakak bilang jangan main ke situ? Bahaya!"

Anak bernama Ve itu segera melihat kearah bawah, apa yang sedang dicari oleh adik sepupunya itu. Dan ternyata hanya sebuah mainan robot-robotan yang terjatuh di bawah sana.

"Robotku jatoh.." ujar Fino

"Yaudah nanti aja kita ambilnya. Sekarang kamu main aja dulu sama yang lain, jangan kesitu lagi. Ngerti?"

Fino mengangguk kemudian mengambil sebuah pedang mainan miliknya juga sebuah boneka pangeran. Nabilah yang melihat kejadian tersebut hanya tertawa kecil kemudian melanjutkan mainannya bersama dengan dua anak perempuan lainnya.

StoryB

Sebuah tepukan kecil di bahu kanan Fino membuat sang empunya bahu tersadar dari memori di otaknya. Ia menoleh ke belakang dan mendapati seorang gadis berjubah hitam disertai dengan hoodie sedang berdiri di belakangnya itu.

"Maaf soal tadi," ucap keduanya bersamaan.

"Seharusnya aku yang minta maaf," lagi-lagi keduanya berbicara dengan bersamaan.

Fino menaikkan sebelah alisnya lalu tertawa kecil diikuti oleh gadis tersebut yang kini mulai mengambil posisi duduk di samping Fino. Gadis tadi segera membuka hoodie nya, kini terlihatlah rambut merah dengan sedikit warna putih miliknya.

"Setiap kali aku kesini, aku teringat sama semua kejadian kita dahulu," ucap Nabilah

"Sama, Bil. Aku juga begitu. Andai kita bisa main bersama lagi, ya. Tapi sepertinya tidak mungkin,"

Nabilah mengangguk pelan.

"Iya itu tidak mungkin. Perjanjianku dengan The Devils sangatlah membuatku tak bebas pergi kemana-mana. Ini saja kutinggalkan semua perlengkapanku di rumah,"

"Benarkah?" Fino menatap kearah Nabilah dengan sedikit ragu.

"Menurutmu bagaimana, hm? Aku sering sekali datang kesini tetapi tak pernah ada orang disini. Biasanya aku menghabiskan sore hariku disini hanya untuk bersantai setelah melakukan banyak misi,"

"Ini memang tempat yang terbaik untuk bersantai. Tapi sepertinya aku harus pulang sekarang,"

"Lidya benar. Kastil mu telah terbakar semua, aku sudah mengeceknya terlebih dahulu sebelum pergi kesini,"

"Maksudmu?"

"Lidya yang membakarnya. Ia menaruh beberapa anak buahnya ke dalam kastil dan membakarnya. Kata Lidya ada beberapa korban jiwa disana, tapi dia tak menjelaskan siapa siapa saja yang menjadi korban tersebut,"

Fino hanya terdiam menanggapinya lalu menatap mentari yang sudah nyaris tenggelam sepenuhnya. Dalam diam tiba-tiba ia menutup kedua matanya lalu menghirup nafas panjang. Nabilah menoleh kearah Fino dengan tatapan tak enak hati, karena bagaimana pun juga apa yang telah dilakukan oleh Lidya itu termasuk dalam perbuatan The Devils.

Simple Story : Devils Return!Where stories live. Discover now