Part 3 : They Are Not My Friend

53 5 5
                                        

Warning : Typo Bertebaran!

Setelah Fino memutuskan untuk pergi darisana, Ve kembali mengingat perkataan Lidya sebelumnya agar dirinya pulang ke kerajaan sekarang juga. Ia berfikir, untuk apa dirinya kembali? Memangnya ada apa? Semuanya itu ia pendam sendiri.

"Shan, kita harus pulang. Perasaanku tak enak,"

Setelah sahabatnya itu mengangguk menyetujui perkataannya, Ve menaiki kuda miliknya dan segera pergi dari sana disusul oleh Shania dari belakang.

"Lebih baik kita juga pulang, Len,"

Tetapi Elaine malah menggelengkan kepalanya kemudian menunjuk kearah sebuah asap yang menggumpal di langit sana.

"Kita harus menemui Fino, kita tak boleh meninggalkannya sama seperti kita meninggalkan Nabilah,"

"He-Hei tunggu. Kalian asalnya darimana?" Tanya Devan

"Kami berdua dari utara, salam kenal," ucap Andela dingin.

Ia menarik lengan Elaine membantunya menaiki kuda coklat ini, kemudian pergi dari lokasi tersebut. Devan menatap kepergian mereka berdua dengan tatapan yang menganehkan.

"Aku yakin pernah melihat mereka. Tapi dimana?"

***

Fino turun dari kuda miliknya ketika ia sampai di sebuah bangunan yang cukup tua. Bangunan yang terletak di tengah-tengah rerumputan ilalang, bangunan ini juga telah ditumbuhi oleh beberapa tanaman liar di setiap sisinya.

Ia menaiki gedung tak terawat itu, tangga untuk menuju lantai atas sudah reot dan setiap kali kakinya melangkah maka suara besi yang berdecit sedikit membuatnya takut terjatuh. Tetapi di balik keseraman bangunan ini ternyata di lantai paling atas atau rooftopnya sangatlah indah.

Fino tersenyum ketika ia melihat di atas meja terdapat sebuah vas bunga berwarna merah yang dihiasi oleh bunga mawar dengan warna senada. Bunga itu tidaklah layu bahkan sudah ditinggal olehnya selama kurang lebih 4 tahun lamanya.

Ia terduduk di sebuah bangku yang tepat berada di samping meja tadi, langit sudah berubah menjadi senja dan mentari pun sudah nyaris turun. Sepertinya khusus untuk sore ini, Fino memutuskan untuk menyendiri disini, di tempat ini.

Flashby

Di sebuah gedung yang sangat bersih bercat warna putih kekuning-kuningan ini tampak tiga orang anak laki-laki dan juga tiga orang anak perempuan yang sedang berkumpul bersama. Mereka sama-sama bercanda bergurau dan tertawa.

Mereka berenam sedang bermain di atap gedung tersebut, dengan segala permainan yang mereka buat akhirnya acara kumpul sore hari itupun menjadi sangat meriah dan sangat menghibur bagi mereka.

Matahati terbenam menjadi saksi bisu keenamnya pernah bermain bersama pada hari itu. Dari atas sana, seorang anak laki-laki memandang kearah bawah dari atap tersebut. Ia sedikit ketakutan dan menjauh dari palang pembatas tapi ia kembali melihat kebawah sekali lagi.

Menurutnya jarak antara atap ini dan tanah yang biasanya ia pijak sangatlah jauh ketika melihat salah satu mainan yang dilempar olehnya hanya terlihat bagaikan sebuah titik kecil di bawah sana. Anak itu mencoba meraih mainannya dari atas sini tapi ya tentu saja tidak bisa.

Seorang anak perempuan yang melihatnya itu tertawa lalu memberikan mainan lain kepada anak laki-laki tersebut. Dengan senyuman dan gingsul khasnya, anak perempuan tadi tersenyum menatap anak laki-laki yang merupakan temannya itu.

"Ini pake yang ini aja. Nanti pas kita pulang baru deh ambil yang itu,"

"Hu ga mau. Aku mau ambil yang ituu..."

Simple Story : Devils Return!Where stories live. Discover now