Warning : TYPO BERTEBARAN!
~oOo~
Di sebuah pagi yang cerah, ditambah dengan pemandangan rerumputan liar yang tumbuh begitu lebat di sekitar lapangan, seorang pria berbadan tegap, berwajah yang cukup rupawan, sedang menduduki sebuah dahan pohon akasia. Pria tersebut menatap nanar kearah sekitar, sambil sesekali ia melihat langit atas berusaha memastikan kalau cuaca memang sedang cerah.
Seluruh badan dari pria tersebut tertutupi oleh baju baja yang sering disebut dengan armor atau perlengkapan berperang. Sebuah pedang terlihat di pinggangnya yang ditutupi oleh kantung pedang besi. Entah seberapa berat satu set baju baja tersebut. Di kepalanya, ia terlihat mengenakan sebuah helm baja yang memiliki penutup bagian wajah di depannya.
Kini penutup wajah tersebut sedang diangkatnya dan diletakkan tepat di atas helm tersebut. Pria tadi menuruni pohon akasia dan berjalan menuju tepi dari lapangan yang luas ini. Jalan setapak yang dibuat oleh warga desa yang tinggal tak jauh dari lapangan ini sangat membantu dirinya.
Kedua kakinya melangkah menjauhi lapangan. Suara khas baja yang terdengar karena pijakan kakinya terus berpindah, kedua matanya menatap kesekeliling, entah kapan ia terakhir kali datang ke tempat ini, ia pun tak ingat. Di depan, terdapat sebuah gubuk kecil yang sering dijadikan tempat berkumpul anak-anak desa yang bermain ke lapangan.
Disana jugalah terdapat sebuah kuda putih yang sedang diikat oleh tali yang terhubung ke gubuk kecil tersebut. Pria itu tersenyum kecil ketika ia sudah melihat kuda putih kepunyaannya itu, dengan cepat diraihnya sadle kuda tersebut dan mulai menaikinya.
Tali yang sebelumnya mengikat kuda putih itu dilepaskan olehnya dan di letakkannya di depan. Tali kekang berwarna kecoklatan yang terbuat dari kulit ini segera di tariknya, membuat sang kuda bersuara nyaring. Derap keempat kaki kuda tersebut mulai terdengar begitu keras hingga sang kuda dan pemiliknya kembali menuju tempat asal mereka.
~oOo~
Di sebuah lapangan pribadi, seorang pria lain sedang berlatih pedang bersama temannya. Keringat terlihat mengucur dari pelipis hingga terlihat jelas di lehernya. Ia mengusap kerigat yang ada di dahinya kemudian kembali bersikap siap untuk berlatih.
Suara derap langkah kuda yang mendekat memasuki kawasan kerajaan terdengar, membuat keduanya menghentikkan latihan tersebut untuk sementara waktu. Pria yang sebelumnya berlatih kini telah menghabiskan satu botol air mineral miliknya, sementara lawan berlatihnya hanya duduk-duduk santai di tengah lapangan.
"Bagaimana?" Tanya pria tersebut sambil membuang botol minum kosongnya ke tempat sampah.
"Aku sudah melihat-lihat. Dan kurasa benar itu adalah lapangannya, kulihat lapangan itu dijaga oleh penduduk sekitar. Apa kau yakin hendak merebutnya, Niko?"
Pria yang bernama Niko tersebut terdiam, dan kemudian tertawa kaku menanggapi perkataan saudara sepupunya itu. Tawa yang begitu dipaksakan, membuat seluruh pelayan pun ikut heran.
"Tentu saja yakin, Fino. Apa kau pernah melihatku bermain-main, hm?"
Fino, nama pria yang menunggangi kuda tadi, segera turun dari kudanya dan memberikan tali kekang yang dipegangnya kepada penjaga kuda yang sudah mengabdi kepada keluarganya selama kurang lebih setengah dari umurnya.
"Kalau begitu kita kesana esok hari, lebih baik kau ajak Aldy bersama kita. Aku akan berbicara dengan kak Veranda terlebih dahulu di dalam,"
"Baiklah. Akan kubujuk dia agar ikut juga,"
YOU ARE READING
Simple Story : Devils Return!
FantasyLet's Go To #400 in Fantasy !! Please support me and support my story if you like it. How to do that? Just slap the Vote Button guys! 😙 Perjuangan untuk menyatukan kembali para sahabat yang terpisah, untuk para sahabat yang telah bermusuhan juga un...
