Disini Untukmu Story

1.3K 146 11
                                    

   "Kapten, Tasya gak mau!" Tasya memeluk kaki Kinal saat mereka berdua sedang ada didepan kelas. Karena hari ini pertama kalinya Tasya ke sekolah, jadi dia merasa enggan dan masih malu dengan teman serta lingkungan barunya.

   Kinal tersenyum, lalu dia berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Tasya.

   "Anak kapten kok malu? Temen-temen Tasya semua berani, liat tuh dalam kelas. Semuanya pada seneng, karena nanti Tasya bisa bermain dan belajar sama temen-temen baru," ucap Kinal. Tasya semakin memeluk erat leher Kinal, dan ia menggelengkan kepalanya.

   "Tasya mau pulang," rengeknya.

   "Loh, masa pulang? Kan Tasya udah gede, kalau udah gede itu harus sekolah biar pinter. Kalau Tasya pinter bisa jadi dokter, kan Tasya pingin jadi dokter katanya," bujuk Kinal ke Tasya.

   Kinal memberi pengertian pada Tasya agar dia mau bersekolah seperti teman-temannya yang lain. Tasya menangis dan semakin mencengkram erat leher Kinal karena tak mau ia lepaskan. Sikap manja Tasya buat Kinal kewalahan, ia sampai menelepon Veranda untuk membantunya membujuk Tasya supaya mau sekolah.

   "Bubi, Tasya gak mau sekolah. Tasya mau pulang. Tasya mau di lumah aja sama bubi," kata Tasya ditelepon sambil menangis. Kinal mengelap air mata Tasya yang jatuh ke pipi dengan tangannya, "kapten jahat! Kapten suluh Tasya sekolah. Padahal Tasya gak mau sekolah, bubi."

   Kinal tertawa mendengar Tasya sedang mengadukan dirinya pada Veranda.

   "Iya, bubi. Tasya anak pintal. Tasya mau nulut sama omongan bubi dan kapten. Kalena Tasya gak mau dititip di lumah aki ninik. Tasya maunya di lumah sama bubi dan kapten," ujar Tasya yang perlahan tangisnya mulai mereda. Kinal lega melihat Tasya berhenti menangis, karena menurut dia nggak gampang mengurus anak kecil. Buat Kinal lebih mudah menaklukan angin badai diatas sana dengan burung besinya ketibang harus menaklukan anak kecil seperti Tasya agar mau menuruti apa kata dia. Setelah Tasya selesai bicara, ia memberikan ponselnya ke Kinal.

   "Makasih ya Ve, Tasya akhirnya diem juga.....Ok. Bye sayang," Kinal memutuskan sambungan telepon selularnya. Dan memasukan ponsel dia ke dalam saku celana. "Nah, sekarang Tasya masuk ya? Sebentar lagi belnya bunyi, Tasya gak boleh telat, kalau Tasya telat bisa dimarahin sama bu guru," lanjut Kinal sambil merapihkan rambut Tasya dan mengelap sisa air mata di pipinya.

   "Tasya takut," tangan Kinal terus dipegang Tasya dengan eratnya.

   "Kinal," sapa seseorang yang baru saja datang. Kinal melihat orang yang memanggilnya tersebut.

   "Viny!" ucap Kinal terkejut. Lalu ia berdiri dan memandang Viny yang ada dihadapannya.

   Ini pertama kalinya Viny dan Kinal bertemu kembali. Makanya mereka berdua tampak kaget. Keduanya diam dan saling menatap saja, ada setumpuk rindu di mata Viny yang ingin sekali ia luapkan ke Kinal.

   "Apa kabar?" Kinal mengulurkan tangan ke depan Viny.

   "Baik," ucap Viny menjabat tangan Kinal.

   "Syukurlah."

   Setelah berjabat tangan, keduanya diam kembali. Kinal bingung mau bahas tentang apa dengan Viny, karena pertemuannya ini benar-benar tak ia rencanakan. Kehadiran Viny membuat Tasya semakin takut, dan ia bersembunyi dibalik tubuh Kinal.

   "Kapten, Tasya takut!" ucapnya pelan. Tasya mungkin masih mengingat Viny, karena dulu Viny pernah menyerang Veranda didepan dia.

   Teng... Teng... Teng...

   Bel berbunyi, itu tandanya Tasya harus masuk ke kelas untuk duduk dan belajar. Kinal membujuk Tasya supaya mau masuk ke kelasnya, tapi Tasya masih enggan dan manja dengan terus berpegangan erat pada tangan Kinal.

Edisi KangenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang