Edisi 10

7.7K 510 7
                                    

Tivana pov
Merawat Alvaro seperti merawat anak kecil usia 7 tahun. Manjanya ampun~ampun dah. Apa~apa minta dilayani, apa~apa minta diladeni. Aku seperti perawat pribadi yang disewa 24 jam. Dia tak pernah mau kutinggal sedetik pun..
"Mau kemana?" Tanya Al saat aku beranjak meninggalkan ranjang.
Lo udah bangun dia? Kupikir tadi ia tidur..aku pengin mandi. Bahkan urusan mandi pun harus kulakukan saat ia tertidur.
"Aku mau mandi Al."
"Nanti saja ya, saat aku tidur,"pintanya egois,"sekarang temenin aku dulu."
"Ga bosan ditemenin terus?"
"Aku tak pernah bosan padamu Tiv... justru makin lama aku tak pernah bisa lepas darimu. Kau ibarat candu bagiku," kata Al serius.
Hatiku bergetar mendengarnya, namun aku berusaha mengabaikannya. Ini bukan cinta..aku hanya merasa tersentuh. Cintaku hanya untuk Kak Ardian.
"Candu tak baik bagi kesehatan,"kataku memberi isyarat. Wajah Al berubah masam,ia menarikku hingga aku kembali jatuh ke tempat tidur. Ia menindihku dengan cepat.
"Bahkan bila candu itu membunuhku aku tak akan perduli! Aku harus memilikinya selama aku masih bernafas,"ucap Al dengan napas mulai memburu. Dia mendekatkan bibirnya padaku..
"Al perutmu.."
Dia meringis menahan sakit.
"Aku masih bisa tahan," katanya bersikeras sambil terus menciumku.
"Al infusmu.."
Kulihat darah mulai mewarnai selang infusnya karena gerakan yang dilakukannya. Ia menggeram kesal.
"Shit! Infus sialan. Kulepas saja."
Ia akan mencabut selang infus dari tangannya, namun langsung kutahan.
"Jangan!"
"Kenapa?" Ia protes seketika,"aku sudah tak tahan Tiv. Aku sudah tak menyentuhmu selama 3 hari .. itu siksaan bagiku!"
Ralat. Aku bukan merawat anak kecil usia 7 tahun. Anak kecil tak akan berpikiran mesum kayak gini.
Sepertinya aku yang harus mengalah..kalau tidak Al tak akan sembuh~sembuh dan aku tak bisa pensiun menjadi perawat 24 jam nya!
"Bagaimana kalau aku yang diatas?" Tanyaku menawarkan.
Biasanya Al tak suka posisi ini...ia selalu mau mendominasi. Posisi di bawah membuat ia merasa terkalahkan.
"Iya atau tidak Al?" Ancamku padanya. Ia mempertimbangkannya. Akhirnya ia mengangguk meski tak rela. Baiklah,kali ini aku yang pegang kendali..
※※※※
Sejam kemudian kami sudah berbaring sambil berpelukan di ranjang.
Wajah Al sudah tak terlalu pucat, ia terlihat berseri~seri sehingga makin menambah ketampanannya yang khas Yunani itu.
"Terima kasih Sayang, kau sudah memuaskanku."
Ia mencium keningku lembut.
"Sepertinya posisi tadi tak buruk juga,"komentarnya lebih pada dirinya sendiri.
"Tapi jangan sering~sering Tiv! Aku merasa kurang maskulin karenanya."
Tak sadar aku tertawa terbahak mengetahui apa yang ia rasakan. Dasar arrogant man!
Al merajuk karena merasa ditertawakan..
"Awas kalau aku sudah sembuh kukerjain kau terus menerus," ancamnya yang langsung membungkam tawaku. Ia kembali tersenyum pongah .
"Baiklah Mr Alvaro ..saatnya minum obat."
"Lagi?" Ia memandangku ngeri. Al paling tak suka disuruh minum obat. Semua obatnya dimasukkan lewat infus..hanya ada satu macam obat yang harus ditelan langsung.
"Iya lagi,"jawabku tegas.
"Ck! Aku tak perlu obat sialan itu. Aku baru saja menerima pengobatan darimu kan... aku minta obat yang itu saja," kata Al sambil menatapku penuh nafsu.
Kujewer telinganya dengan gemas.
"Mau perawatmu marah? Awas perawatmu ini galaknya bukan main!"
"Iya, iya. Tapi minumnya pake mulut ya."
"Ya pake mulutlah..emang pake telinga?"
"Pake mulutmu Tiv," pintanya sambil tersenyum manis.
Tuh kan..siapa yang sakit siapa yang minum obat? Pernah nemuin pasien sebandel ini ga sih?
Lagi~lagi aku yang mengalah..
Kutelan kapsul warna kuning itu, namun kutahan di mulutku.. aku mencium bibir Al, kubuka mulutnya dengan lidahku dan kumasukkan kapsul itu ke mulutnya. Sesaat ia seakan hendak mengembalikan kapsul itu ke mulutku..dengan cepat kudorong kapsul itu makin masuk kedalam mulutnya dengan lidahku. Hingga aku tak merasakan keberadaan kapsul itu dalam mulutnya baru aku melepas ciumanku
Cara minum obat yang dramatis ya!
"Aduh kalau semua pasienku minta cara minum obat seperti ini mending aku pensiun deh," kataku bergurau.
"Awas kalau kau punya pasien lain!! Aku adalah satu~satunya pasien pribadimu Tiv, paham??!!"
Ya ampun, nih orang...meski sakit kadar cemburu dan posesifnya ga berkurang sedikitpun!
※※※※※
Untunglah Al memiliki fisik yang kuat...beberapa hari kemudian ia sudah sembuh. Meski belum pulih total. Begitu ia sembuh tugas kantor yang sudah menumpuk menunggu dirinya.
"Kamu masih belum pulih Al..apa kamu harus ke kantor?"
"Ada urusan yang tak bisa ditunda Darling..ini urgent."
Perasaan kerjaan kantornya dilabeli urgent semua deh!
Aku tahu tak bisa memaksa Alvaro..dia itu keras kepala banget!
"Serah deh," kataku cuek akhirnya.
Al malah menatapku heran..merasa ga diperduliin gitu kali.
"Kita kompromi aja deh.. aku tetap ke kantor, kau tetap merawatku. Gimana adil khan?"
Adil palamu! Yang ada aku juga yang repot. Mesti nemeni dia kerja seharian.
Aku membawa buku novelku untuk menghabiskan waktu luang bersama di ruangan kerjanya. Namun baru membaca sebentar aku justru mengalihkan perhatianku.
Melihat Al bekerja menjadi keasikan tersendiri bagiku.
Saat memakai kacamata bacanya ia terlihat keren sekali.. heran ya, kacamata baca yang biasanya dipake orang lain bikin kesan kuno n jadul kalo yang pake Alvaro kok jadi keren gini ya?
Dia membaca dokumennya dengan serius sambil memicingkan matanya. Ya ampun gantengnya! Kadang~kadang ia manggut~manggut puas, kadang keningnya berkerut tanda ada yang kurang memuaskannya.. kadang~kadang ia meremas rambutnya sekilas. Semua gerakannya terlihat indah di mataku...Kini ia sudah melepas jas dan kacamata bacanya...ia menatapku sambil  tersenyum
"Apakah kamu sudah puas memandang suamimu yang tampan Darling?" Tanyanya menggoda.

ia menatapku sambil  tersenyum"Apakah kamu sudah puas memandang suamimu yang tampan Darling?" Tanyanya menggoda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku tersipu dibuatnya.
"Ah sok pede kamu. Aku hanya tak tahu mesti melihat apa lagi. Mending aku tidur aja deh," aku merebahkan badanku di sofa kantornya.
Alvaro ada meeting...ia meninggalkanku sendirian  di kantornya. Kesunyian dan keheningan kantor membuatku mengantuk. Aku tak tahu entah berapa lama aku tertidur. Kemudian aku merasakan sentuhan lembut pada bibirku. Seseorang mencium bibirku dengan mesra...kemudian melumatnya penuh gairah. Aku membuka mataku dan menemukan Alvaro menatapku penuh hasrat.
"Good afternoon My sleeping princess..." sapanya mesra.
Ia kembali menciumku di bibir, kemudian turun ke leher ..
"Al, ingat kita di kantormu. Dan ini jam kerja," aku berusaha mengingatkannya.
"So what? I'm the boss," balasnya angkuh.
Ia terus menciumku, semakin lama semakin panas...hingga kemudian terdengar ketukan pintu.
"Shit!" Alvaro memaki kesal. Aku membenahi pakaianku.
Miss Vania sekretarisnya melangkah masuk.
"Ada apa??!!" Bentak Alvaro pada sekretarisnya membuat gadis itu gelagapan.
"Ma..af.. Tuan..ada dokumen yang ..harus anda ..ehm setujui...eh periksa."
Kasihan, gadis ini harus jadi tumpahan emosi Alvaro yang tidak semestinya.
Aku bangun dari sofa tempatku berbaring tadi...entah mengapa kepalaku mendadak pusing. Apa karena terlalu capek saat merawat Alvaro?
Rasa pusing ini membuat pandanganku berkunang~kunang. Lalu aku tak ingat apa~apa lagi..
※※※※
Bersambung

04. Stealing Marriage (Completed)Where stories live. Discover now