NEW PROLOG

7.3K 739 59
                                    

***

Sesuai polling teman2 di ig ku : zfy05 aku memutuskan ngepost prolog baru Ellena versi buku. Versi lama sudah ku unpublish semua, dan selamat membaca  ya sambil menunggu jadwal terbitnya MMT.

Thanks, Happy new year 2019 dan Happy reading ^^

***

Ellena menatap ponsel di tangannya yang terus berdering tanpa henti tanpa sedikitpun berniat mengangkatnya. Ia sudah mendiamkan panggilan dari penelepon yang sama untuk ke lima belas kalinya hari ini, dan seperti biasa yang menelepon tidak akan berhenti mengusiknya sampai Ellena mengalah dan bersedia mengangkat telepon.

Baik sipenelepon dan Ellena sama-sama keras kepala. Yang satu terus meneror Ellena dengan panggilan-panggilan tanpa henti sementara yang satu keras kepala, terlalu takut untuk menghadapi kenyataan, tapi terlalu gengsi pula untuk meminta bantuan. Lima belas menit kemudian, ponsel Ellena berhenti berdering dan sebuah pesan whatsapp muncul di layar ponsel. Penasaran dengan isi pesan tersebut, Ellena akhirnya memutuskan untuk membaca pesan tersebut meskipun ia yakin betul 70% isi pesan tersebut adalah makian untuknya.

Dari : Mama

Kamu ga usah sengaja ga angkat telepon mama. Mama sudah tahu kamu buat kasus apa di Singapura.

Telepon mama sekarang juga setelah baca chat ini.

Atau kamu lebih memilih masuk penjara di Negara orang?

Ellena tidak kaget ataupun heran membaca pesan tersebut. Ia paham betul apa maksud pesan mamanya tersebut. Lagipula sejak dulu dalam sejarah keluarga Sridjaja, Irena Sridjaja-mamanya diibaratkan sebagai ratu singa yang memiliki 'mata' dimana-mana. Meski tanpa CCTV, tanpa detektif, tanpa indera keenam, semua gerak gerik dan tindak tandukmu bahkan bisa ia ketahui secara rinci.

Setelah mempertimbangkan selama beberapa saat, Ellena akhirnya memutuskan bahwa menghubungi sang mama adalah keputusan paling bijak yang bisa ia lakukan. Paling tidak mama bisa membantunya mencari solusi dan menjadi penyelamat hidupnya setidaknya untuk saat ini.

"Sudah nggak punya pilihan lain baru cari mama kan?" Ellena langsung mendapat sindiran maut saat telepon tersambung.

"Mama yang minta Ellen cari mama kan? Ada apa ma? Mau suruh Ellena pulang? Maaf ya ma. Ellen tahun ini nggak bisa pulang lagi. Lagi nggak punya uang, harus ngirit-ngirit hidup di sini." Ellena berkelit gengsi. Berusaha mempertahankan harga diri yang sebenarnya sudah amblas di depan orang tua sendiri. Ia tidak pernah pulang selama dua tahun ia merantau di Singapura, ia adalah tipe gadis yang up to date masalah fashion, gaya hidupnya bisa disetarakan dengan sosialita kelas atas di Singapura. Melihat gaya hidup dan karakter Ellena yang suka berhura-hura, mana mungkin mamanya sendiri bisa dikelabui kalau anaknya yang satu ini tidak pulang-pulang karena sedang dalam tahap penghematan?

"Berhenti pura-pura deh, Len," pinta Irena di seberang sana. "Mau kamu sembunyikan masalah kamu, cepat atau lambat, mama pasti akan tahu."

"Pura-pura apa?" Ellena masih berlagak pilon. "Mama sebenarnya ada perlu apa sampai telepon Ellen heboh begini?"

"Oke kalau kamu masih mau pura-pura bego. Kalau begitu mama akan langsung ke intinya." Irena terdengar menghela nafas. "Mama mau kamu resign dari kantor kamu sekarang juga, dan pulang ke Jakarta."

"Ellen sudah bekerja dengan baik selama dua tahun sebagai sekretaris di sini, dan mama mau Ellen pulang melepaskan hidup enak di sini begitu saja? Big No, thanks!"

"Dua tahun kamu di sana hanya untuk gali lubang tutup lubang? Gaji kamu besar di sana, tapi kamu kira mama nggak tahu gaya hidup kamu seperti apa di sana? Kamu sok-sokan gaul sama orang-orang dan berlagak seperti sosialita kelas atas. Uang kamu habis, sekarang kamu kepakai uang kantor. Kamu kira mama nggak tau? Kamu benar-benar bikin mama malu ya."

"Kok mama tahu?" Ellena terkesiap. Belakangan ini ia memang pusing karena tidak sengaja memakai uang souvenir kantor sebanyak sepuluh juta dalam mata uang rupiah untuk membeli kosmetik bermerek, ia ingin menggantinya, tapi kalau menunggu gaji cair baru mengganti uangnya, maka ia pasti akan terkena masalah besar. Bosnya adalah Wilson – suami sahabatnya sendiri, tapi jika Wilson sampai mengetahui kelakuan Ellena, bisa dijamin ia bukan hanya akan dipecat dari kantor tapi juga tidak boleh lagi berteman dengan Shanly.

"Kamu minta uang ke papa dan kakak kamu. Kamu pikir mama nggak tahu?"

Kini Ellena mengutuk kebodohannya yang mengirim pesan kepada papa dan kakaknya dalam rangka meminta pertolongan. Ia lupa bahwa bahkan papanya sekalipun tidak akan pernah bisa mengelabui mamanya yang merupakan ratu singa di dalam keluarga Sridjaja.

"Sekarang mama udah tahu kan kalau anaknya susah? Mama bantuin Ellen dong, bukan malah nyukurin anak cantik begini masuk penjara." Ellena berkata tanpa merasa bersalah.

"Kamu masih nggak merasa kalau apa yang kamu lakukan itu salah? Meski kamu pakai uang orang dulu dan nanti kamu ganti, itu namanya sudah melanggar hukum. Ya kamu salah, salah ya masuk penjara."

"Oke, oke. Ellen salah. Ellen khilaf. Mama mau kan transfer uang ke Ellen buat gantiin uang kantor? Ellen janji nanti kalau sudah gajian Ellen ganti."

"Mama bakal bantuin. Dan seperti yang tadi mama bilang, yang mama mau cuma dua. Kamu resign dari sana, dan pulang ke Jakarta."

"Karir dan hidup di sini sudah enak. Ellen tidak mau pulang."

"Kalau bosmu sampai tahu kamu pakai uangnya, apa karir kamu masih bisa selamat? Kalau Shanly tahu kamu begitu, pasti malu punya teman seperti kamu. Masih punya muka kamu ketemu orang setelah kesalahan yang kamu lakukan?" Irena melakukan serangan balik dan jawabannya ini ternyata mampu membungkam mulut Ellena rapat-rapat. Saat Irena merasa Ellena sudah mengibarkan bendera putih, ia pun menegaskan ucapannya sekali lagi untuk terakhir kalinya.

"Resign dan pulang ke Jakarta, papa mama akan bayar hutang kamu. Atau tetap disitu dan mendekam di penjara Singapura? Now you choose."

Ellena yang hobi hidup mewah pun tidak bisa berkutik. Ia tidak mempunyai pilihan lain selain memilih opsi pertama demi menyelesaikan kekacauan yang ia buat. Ia tidak pernah mengira bahwa kekacauan yang ia buat, keputusan yang ia ambil, dan kesepakatannya dengan mamanya itu akan menjadi cikal bakal dari perubahan alur hidupnya.

Dan jika kisah hidupnya dijadikan sebuah cerita, mungkin ia akan menjadi tokoh utama antagonis dengan sifat yang sama sekali tidak ada bagus-bagusnya. Atau mungkin juga tidak...

Setelah panggilan telepon berakhir, Ellena menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, menatap langit-langit apartemennya di Singapura yang harus ia tinggalkan beberapa hari lagi karena tidak sanggup membayar perpanjangan sewa.

Seulas senyum tersungging di wajah Ellena ketika sebuah ide tiba-tiba terlintas di kepala cantiknya.

Ia mungkin setuju untuk kembali ke Jakarta, tapi ia tidak akan mau bekerja.

Kenapa?

Alasannya sederhana. Untuk apa ia harus bekerja keras jika ia bisa mendapat jalan pintas untuk memiliki hidup mewah? Cukup cari lelaki yang bisa ia jadikan pohon uang dan ia akan hidup dengan baik tanpa merepotkan siapapun.

Benar bukan? Buat apa susah-susah kerja dan habisin uang hasil usaha sendiri? Batin Ellena.

Aku memang butuh uang, tapi aku lebih butuh jodoh. Jodoh yang bisa membuat hidupku makmur tujuh turunan.

TBC

MY MONEY TREE (TELAH DITERBITKAN)Where stories live. Discover now