9 - Marah

4.9K 598 10
                                    

***

Setelah jam makan siang berakhir, seperti biasa Ellena dan Miranda kembali ke ruangan mereka. Saat mereka masuk kedalam ruangan, mereka dikejutkan dengan kondisi lemari Melvern dalam kondisi acak-acakan.

Melvern tampak sibuk menggeledah setiap file yang ada di dalam lemari itu, membuka satu per satu map yang ada dan menge-check isinya. Dari raut wajahnya yang serius, kelihatannya benda yang dia cari benar-benar penting.

Miranda kelihatan kebingungan melihat sikap atasannya yang tidak biasa, berbeda dengan Ellena yang tampak kaget karena dia tahu pasti apa yang sedang Melvern cari. Dalam hati, Ellena merutuki kebodohannya mengapa setelah seminggu berlalu, dia masih saja belum mengembalikan surat hutang si bos culun kembali ke tempat asalnya.

Seminggu sudah berlalu sejak Melvern menggendongnya keluar dari pabrik, dan kejadian itu ternyata berpengaruh cukup besar terhadap rencana Ellena untuk cepat angkat kaki dari kantor itu. Entah mengapa, Ellena merasa tidak rela untuk pergi begitu saja. Semenjak kejadian itu, Ellena terlalu fokus untuk bersikap manis pada Melvern hingga dia melupakan bahwa surat hutang Melvern masih berada di rumahnya.

"Kamu lihat surat saya yang dari bank, Mir? Biasanya ada di dalam file ini." Melvern bertanya kepada Miranda ketika wanita itu mendekat. Dia menunjukkan file yang dia maksudkan pada Miranda.

"Tidak, pak." Miranda menggeleng.

Mendengar itu, Ellena langsung memalingkan wajahnya kearah lain, mengantisipasi jika sewaktu-waktu Melvern tiba-tiba menoleh ke arahnya dan menangkap sesuatu yang mencurigakan dari raut wajah Ellena.

Tenang, Ellena! Tenang! Ucapnya dalam hati pada dirinya sendiri. Jika dia bertanya padaku tentang surat itu, aku tinggal pura-pura tidak tahu.

"Kamu pernah lihat surat yang saya cari, Ellena?" Suara Melvern tiba-tiba terdengar, mengejutkan Ellena yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.

Ellena berpaling menatap Melvern dengan memasang wajah tanpa dosa yang paling mutakhir.

"Mira saja tidak tahu, apalagi saya?" Jawabnya santai tanpa merasa bahwa jawabannya itu terdengar arogan di telinga orang lain.

Melvern tampak menatap Ellena dalam diam, seperti sedang mencoba mencari sesuatu yang mencurigakan dari raut wajah Ellena tapi dia sama sekali tidak menemukan satu pun ekspresi dan gerak gerik yang mencurigakan.

"Baiklah, kembali bekerja." Ucapan Melvern membuat Ellena sedikit merasa lega.

Sambil berjalan kembali ke tempat duduknya, Ellena melirik Melvern dengan ekor mata. Dalam hati ia bertekad untuk mengembalikan surat hutang itu besok. Meski sudah terlambat, paling tidak ini lebih baik daripada tidak sama sekali.

***

Keesokan harinya, Ellena menunggu saat yang tepat untuk mengembalikan surat hutang milik Melvern, dan menurutnya jam pulang adalah waktu yang tepat karena setiap harinya, tepat lima belas menit sebelum jam pulang, Melvern mempunyai kebiasaan untuk minum kopi di teras, jadi ini akan menjadi kesempatan emas bagi Ellena untuk membongkar lemari dengan leluasa.

Sore itu, ruangan tempat Ellena bekerja sedang benar-benar sepi. Miranda sudah ijin pulang sejak satu jam yang lalu karena urusan keluarga, sementara Melvern sudah melakukan kebiasaan minum kopinya di depan teras seperti biasa.

Setelah mematikan printer, Ellena berjalan menuju pintu. Kepala wanita itu celinguk ke kanan dan kiri mengawasi keadaan sekitar seperti maling yang takut kepergok.

Kemudian setelah memastikan bahwa keadaan aman, Ellena masuk kembali dan mengeluarkan surat hutang Melvern yang ia simpan di dalam tas tangannya. Setelah itu, Ellena mengembalikan surat itu kembali ke lemari penyimpanan.

MY MONEY TREE (TELAH DITERBITKAN)Where stories live. Discover now