2 - Interview

7.7K 791 40
                                    

***

Hai! Mulai hari ini dan seterusnya, saya akan terus update kisah terbaru ellena versi revisi ya sampai jadwal terbitnya nanti diumumkan. Selamat membaca ^^

***

Tiga bulan sudah berlalu sejak Ellena menetap di Jakarta. Kegiatannya setiap hari hanyalah makan, tidur, mandi sehari sekali, menonton drama korea dan bermalas-malasan di kasur, sofa dan juga di atas karpet. Gadis itu tidak bisa melakukan apapun dengan benar. Disuruh membantu pekerjaan rumah tangga, bukannya membantu, Ellena justru memperburuk keadaan. Semua piring dan gelas yang ia pegang, hancur berkeping-keping karena kecerobohannya.

Kesal, emosi, dan gondok bercampur menjadi satu, membuat Irena semakin gencar mendesak Ellena untuk mencari pekerjaan. Ia mengoceh panjang kali lebar, persis seperti ibu tiri di cerita Cinderella. Tapi bukannya takut ataupun menurut, Ellena justru meninggalkannya mengoceh sendirian dan masuk ke dalam kamar mandi dengan bernyanyi sekencang mungkin agar ocehan mamanya itu tidak terdengar. Lalu setelah beberapa waktu kemudian, Ellena tiba-tiba keluar kamar dengan pakaian yang super rapi. Ia selalu pamit pada Irena kalau ia pergi interview.

Awalnya Irena merasa senang akhirnya anak gadisnya itu punya kemauan sendiri untuk mencari kerja tanpa dipaksa, tetapi setelah tiga bulan anaknya pergi pagi dan pulang malam untuk wawancara dan tidak memberikan hasil apapun, lama-lama Irena curiga juga. Diam-diam diikutinya kemana Ellena pergi dan siapa yang sangka Ellena selama ini ternyata tidak pernah pergi interview, melainkan nongkrong cantik di Starbucks cafe. Detik itu juga ia menyeret anaknya pulang dan menceramahi suaminya -yang telah memberikan uang secara diam-diam pada Ellena – habis-habisan.

Tadinya Irena hanya ingin melihat anaknya sedikit berusaha, tapi siapa yang menyangka bahwa ancaman dan kesalahan yang telah lalu ternyata sama sekali tidak membuat anaknya merasa jera. Siang itu Irena menghabiskan waktunya seharian di ruang tamu untuk memikirkan cara yang tepat agar bisa merubah kelakuan putrinya. Sampai akhirnya telepon wireless yang terletak tak jauh darinya berdering dan ia mengangkatnya. Ternyata telepon dari Janeth, teman arisannya.

Awalnya mereka hanya sekedar membahas masalah tempat arisan mereka minggu ini, tapi entah bagaimana ceritanya pembahasan mereka bisa merembet pada pembantu tetangga sebelah yang gincunya setebal betty boop, tentang kucing tetangga yang beranak lima, sampai dengan partner bisnis Janeth yang sedang mencari karyawan.

Mendengar hal tersebut, Irena seolah mendapat pencerahan. Ia buru-buru menghentikan pembicaraan mereka yang mulai ngawur dan bertanya dengan serius, "Boleh tolong bantu masukin anakku ke sana?"

***

"Kamu ke alamat ini, cari yang namanya Pak Melvern dia bos-nya." Irena menyerahkan secarik kertas berisi alamat dan nomor telepon pada Ellena yang sudah rapi dengan setelan baju kerja yang sangat modis.

Ellena menatap alamat itu dengan tatapan datar. Mamanya hanya memberi alamat dan nomor telepon saja tanpa menuliskan nama perusahaan dan itu membuat Ellena curiga.

"Nama perusahaannya apa, ma?" Tanya Ellena.

"Entahlah, mama lupa. Mama dapat dari kenalan mama, kamu tinggal datang saja. Teman arisan mama sudah bilang ke bos-nya kalau kamu mau datang interview jam 11 nanti."

Namun jawaban Irena yang tidak ada kejelasannya itu, membuat Ellena tidak puas.

"Ini perusahaan apa, ma? Perusahaan keluarga atau perusahaan besar? Bergerak dibidang apa? Lokasinya strategis tidak? Jabatanku disana sebagai apa dan gajinya berapa?" Tanyaku panjang lebar.

"Mana mama tahu? kamu kira mama bos-nya apa? Tanya saja sendiri nanti waktu interview!"

"Oke, kalau gitu aku minta kunci mobil." Ellena mengulurkan telapak tangannya di depan Irena tanpa dosa.

MY MONEY TREE (TELAH DITERBITKAN)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum