Behind a name....
(Part 8)
Cast ;
Shahrukh khan - Steve
Kajol devgn - Akira
Madhuri dixit - Kiana
Sunny deol - vinod
Sonali bendre - sadna
Bipasha basu - katty
Sore ini seorang pria nampak berjalan dengan santainya di sebuah bandara,,sekitar 20 menit yang lalu pesawat yang ia tumpangi mendarat di bandara John.F,,tubuh tinggi tegap nya di baluti sebuah jas coklat polos,kaca mata hitam yang terpasang seakan menutup rapat kedua matanya,,langkah demi langkah yang terdengar menggema itu nampaknya telah di sambut oleh beberapa orang disana,,asap yang mengepul di mulutnya terlihat sepanjang langkahnya,,wajah yang begitu tegas dengan sedikit kerutan yang nampak di wajah,,
"Welcome in New york sir..!!"ujar seorang pria yang berjalan kemudian meraih tas yang ia bawa,hanya anggukan kepala sebagai responnya..dengan segera ia masuk kedalam mobil yang sudah terparkir menunggunya...saat itu juga mobil sedan putih itu menjajaki jalanan kota New york,,sepasang mata tajam yang masih terhalang oleh kaca mata hitam itu terlihat begitu menikmati pemandangan yang ia lewati melalui kaca mobil transparan itu..beberapa kali sudut bibirnya terangkat melepaskan rasa suntuk yang beberapa jam lalu ia rasakan.
Derrrttt...!!!"
Getaran panjang itu menandakan jika sebuah panggilan masuk di ponselnya.
"Hallo..!!"
"Hallo tuan Grover bagaimana perjalannmu hari ini??"tanya seorang pria di ujung telpon.
"Sedikit melelahkan,namun semua itu hilang saat aku bisa langsung menatap suasana kota indah ini.."
"Maaf jika aku tak bisa ikut menyambutmu,ada beberapa urusan yang perlu ku selesaikan.."
Pria itu menyeringai,"aku mengerti seorang yang sangat penting sepertimu akan selalu mengalami hal-hal itu.aku memakluminya."
"Begitulah resikonya.dan ku rasa itu juga bahkan sering menimpamu bukan??"
"Kau tepat sekali.."ujarnya di susul sebuah tawa kecil.
"Lalu kapan kita mengatur pertemuan itu??"
"Berilah aku waktu untuk menikmati indahnya negaramu ini Mr.Jhon,,setelah itu baru kita atur pertemuan besar itu.."
"Baiklah..akan ku tunggu kabar darimu."
"Aku hanya tak sabar untuk terlibat langsung dalam acara itu."
"Aku senang akhirnya kau pun datang dalam event yang akan diadakan beberapa hari lagi,sungguh sebuah kehormatan yang besar untuk kami.."
"Tentu,aku tak akan melewatkan moment yang sangat berharga ini.setelah lama aku hanya mendengar kini aku ingin melihat secara langsung persaingan yang akan di adakan dalam fashion show itu.dan ku harap kau akan memberikan penampilan terbaik padaku.."
"Itu sudah pasti,sudah ku atur dengan baik semuanya..banyak juga kejutan yang akan kau lihat disana.."
"Itu yang ku harapkan Mr.Jhon..!!"
Setelah itu ia menutup kembali percakapannya dan memilih kembali memanjakan matanya dengan pemandangan kota yang cukup ramai,,,mobil itu kemudian kembali melaju menuju sebuah hotel bintang 5,yang akan ia tempati beberapa hari kedepan..
________________
Sepatu platform berwarna biru itu terlihat menapaki jalan setelah keluar dari dalam mobil,,dengan perasaan ragu wanita bermata coklat itu berjalan menuju sebuah rumah yang kini telah ada beberapa meter di hadapannya..terlihat jelas wajah gugupnya,terkadang ia tiba-tiba menghentikan langkahnya kemudian berbalik untuk kembali ke mobilnya..namun tekadnya terlihat sudah bulat untuk mendatangi rumah itu.lalu kembali ia memutar langkah hingga ke depan pintu besar berwana abu..
Tok..tok.!!!
Tak selang beberapa menit pintu itu terbuka,seorang pria yang mengenakan t-shirt merah itu keluar dari balik pintu membuat kegugupan yang di rasakan Kiana semakin bertambah besar.
"Kiana,,"sapanya..
"Maaf mengganggumu,"ujarnya sedikit gugup.
"Tidak !!,Sendirian??"
"Seperti yang kau lihat."
"Ada keperluan apa?"tanyanya begitu hati-hati.
"aku datang hanya ingin mengantarkan ini.."ia memberikan sebuah bungkusan pada pria itu.
"Apa ini??"
"Syal milik Sadna yang tertinggal di rumahku.."
Pria itu tersenyum,mencoba memberikan ketenangan pada wanita di hadapannya yang masih terlihat gugup.
"Kalau begitu aku permisi,,"ujarnya,ia memutar langkah namun baru dua langkah ia berjalan wajahnya kembali menoleh,ternyata pria itu masih berdiri dan kini justru menghampirinya.
"Masuklah jika ada yang ingin kau bicarakan.."
Rupanya pria itu dapat menangkap maksud wanita itu datang kesini.Kiana berjalan di belakang pria itu memasuki rumah,dan langkahnya berhenti di sebuah ruangan.ia sangat hafal dengan ruangan ini,tempat yang selalu ia gunakan untuk berkeluh kesah dengan sang psikolog pribadinya..ruangan yang selalu menjadi saksi bisu setiap kali ia menumpahkan air matanya di tempat ini..
"Kau merindukannya??"tanya seorang pria dari arah samping,Kiana sedikit terkejut ia menoleh dan segera meletakkan kembali bingkai foto yang di pegangnya.
"Duduklah..!!!"
"Ya,,terimakasih."sahutnya.
Untuk beberapa saat keduanya hanya diam tanpa berbicara,Kiana hanya memfokuskan pandangannya pada sebuah gelas berisi soft drink di atas meja.sedangkan Vinod masih mencoba mencari cara untuk membuka pembicaraan sesekali melirik wajah wanita itu..
"Ekhmm..tak berniat meminumnya??"
Kiana mendongakan wajah yang sedikit gugup.
"Sebaiknya aku pergi..!!!"ujarnya meraih kembali hansbag nya.
"Tunggu,,tenang lah.!!!tahan pria itu.Kiana pun kembali duduk di sofa.
"Tadi Sadna sempat menelpon ku,ia juga menanyakan kabarmu padaku.."lanjutnya.
"Ya,,dia juga menelponku..!!"
"Dia sangat mencemaskan keadaanmu.."
Kiana menghembuskan nafasnya perlahan,kemudian memberanikan diri menatap mata pria itu walaupun hanya sebentar.
"Sebenarnya kedatanganku kesini bukan hanya untuk mengembalikan barang milik Sadna,karna aku juga ingin meminta maaf padamu,"
"Maaf untuk apa??"
"aku tau jika ucapanku beberapa waktu lalu sangat tak pantas,aku terlalu kasar aku menyadarinya.mungkin karna aku tak terbiasa berbicara pada pria asing yang baru ku kenal.."
"Aku mengerti,dan kebetulan pertemuan pertama kita terkesan tak baik,ucapanku pun sempat membuat mu marah."
"Aku sudah melupakan itu..!!!"
"Begitupun denganku.."
"Jadi kau memaafkanku?"
"Tentu saja."
"Dan ku fikir kita bisa memulainya dari awal.maksudku dengan kesan yang lebih baik."
"Aku sangat setuju dengan idemu itu."timpalnya.
"apa tawaranmu saat itu masih berlaku??"ucapnya.
"Untuk pertemanan atau menjadi pengganti Sadna untuk sementara."sahutnya dengan penuh senyuman.
"Bagaimana jika aku ingin keduanya??ternyata kau benar,sekuat apapun aku mencoba menyembunyikan masalahku sendiri itu tak akan ada gunanya jika aku tak ingin membuatnya lebih baik."
"Tak masalah,aku senang jika kau bisa sedikit memberikan kesan baik padaku..lalu dari mana kita akan memulainya??"
Untuk pertama kalinya Kiana menunjukan senyuman manisnya di hadapan pria itu.suasana yang beku pun perlahan mulai mencair.lalu percakapan demi percakapan pun terdengar diantara mereka ,mulai dari saling bertukar informasi tentang siapa mereka,tempat asal hingga kehidupan mereka saat ini,dan tanpa disadari Kiana mulai bisa membagi beban fikiran yang selama ini ia simpan sendiri,ternyata benar ucapan Sadna.Vinod pria yang baik dan juga dapat menjadi pendengar yang baik pula harus ia akui jika pendapatnya selama ini tentang pria di hadapannya ini salah.pria itu dapat menilai juga membaca karakter seseorang,ia pun pandai menenangkan saat keadaan mulai tegang,pendapatnya,ucapannya mampu menenangkan hati seorang wanita yang tengah bimbang.tak segan-segan ia menumpahkan air matanya ketika pembicaraannya mulai mengarah pada sebuah keadaan yang selalu membuatnya tak tenang.
"Sejak kapan kau mengalami anxietas itu??"
"Mungkin sejak aku beranjak remaja,aku sudah merasakan semua itu dan ternyata itu sangat menyiksa,terlebih selama ini aku menyimpan semuanya sendiri,mungkin aku hanya akan menceritakan keadaanku yang sebenarnya pada Sadna saja.."
"Tak ada yang lain?"
Kiana menggeleng.
"Keluarga??"
Kiana terdiam sedikit menundukan wajahnya lalu mengeleng lemah.
"Mengapa??"
"aku sudah tak memiliki siapapun,selain seorang adik perempuan yang sudah ku anggap seperti anakku sendiri.dan aku tak pernah berniat untuk mengatakan hal ini padanya.."
"Maafkan aku."
"Tak masalah."ucapnya mencoba tersenyum walau kilas.
"Lalu sampai kapan kau akan menyembunyikan semua ini darinya,ada saat nya kau harus melawan rasa takutmu itu Kiana.setidaknya itu bisa mengurangi sedikit beban mu."
"Tidak semua hal dapat dilakukan dengan mudah,termasuk mengatakan pada Akira tentang keadaanku yang sebenarnya.."
"Dan lebih memilih membiarkan rasa takut itu menguasai dirimu sepenuhnya??"
"Ia sudah mengurungku sangat lama,dan terasa sulit bagiku untuk lepas dari belenggu itu.aku terlalu lemah,bahkan untuk sekedar mengingat kejadian demi kejadian yang aku alami selama ini pun aku tak sanggup.semua itu terlalu mengerikan dan menyakitkan bagiku.."ujarnya,beberapa kali tangan lembutnya menyeka perlahan air mata yang kian menetes.
"Tak seharusnya kau menyalahkan dirimu atas apa yang terjadi pada hidupmu saat itu,ingatlah semua ini sudah di rencanakan dan di tulis olehnya (Tuhan),jauh sebelum kau terlahir ke dunia ini,dan jika pada kenyataannya semua terlalu menyakitkan,bukan berarti kau dapat menyimpulkan jika semua ini adalah salahmu,tak ada yang salah dalam setiap kehidupan manusia walaupun terkadang kita di hadapkan pada beberapa jalan yang sulit.cobalah memandang itu dari sisi baik,jika semua itu adalah takdir yang harus kau jalani.."
"Tapi semua itu bermula dariku,aku yang menghadirkan semua duka itu,andai saja aku tak terlahir mungkin kepahitan ini tak akan terjadi.ayah,ibu..mereka harus mnjadi korban karna ku.dan Akira,,tak seharusnya ia ikut merasakan kesedihanku,andai saja dia tau jika akulah yang menyebabkan ia menjadi anak sebatang kara."lirihnya tersendu.
"Kau salah Kiana,tak seharusnya kau mengucapkan kalimat andai itu,,karna pada dasarnya semua sudah di gariskan yang maha kuasa,dan ia (Tuhan) pun sudah memberi kepercayaan besar pada mu agar mampu melewati semua ujian ini.semakin besar ujian yang kau terima maka semakin besar pula ia menyayangimu,saat kau dapat melewatinya maka ia akan menghadiahkan sebuah kebahagian yang begitu indah untukmu."
"Tapi ini terlalu berat,terlalu banyak korban,air mata bahkan pertumpahan darah.."ia menoleh dengan pandangan nanarnya,,"bahkan untuk mengakui siapa diriku saja aku tak sanggup melakukannya,"
"Begitu beratkah ujian hidupmu,atau kau yang terlalu pesimis??aku tau seperti apa ketakutanmu saat itu.tapi jangan biarkan ia semakin berkembang dan menjeratmu pada hal negatif.lawan semua itu dengan keyakinanmu,bukan emosimu"
Kiana menoleh,lalu kembali menundukan wajahnya,mencoba membenarkan ucapan pria itu.
"berikan sedikit kekuatan dan kepercayaan pada dirimu untuk menghadapi itu Kiana.aku tau kau mampu melakukannya.caramu seperti ini sangatlah salah dengan membiarkan dirimu menyimpan sebuah kepahitan itu sendiri,menutupinya dan membiarkan ia kembali mengejarmu saat ini ."
"Aku sudah terlanjur pasrah dan menyerah dengan keadaan yang ku buat sendiri,walaupun aku tau masih ada hati yang terluka karna keputusanku saat itu..beberapa kali aku mencoba untuk kembali dan menghadapi kenyataan.namun sebanyak itu pula aku selalu menemui kegagalan yang semakin memperumit keadaan."
Vinod bangkit,ia pun kini duduk tepat di sebelah kiana,namun tanpa di duga wanita itu menjatuhkan kepalanya di dada bidangnya, untuk sesaat pria itu hanya diam ada sedikit rasa bingung apa yang harus dilakukannya saat ini,ternyata benar ucapan sadna jika kiana itu wanita yang pesimis dan tak lagi memiliki harapan untuk dapat memperbaiki dan mengembalikan keadaan menjadi lebih baik,pasrah,menyerah dan membiarkan ketakutan dalam dirinya justru menghantui hidupnya sendiri..dan disitulah letak kelemahannya.ia pun mulai paham cara apa yang akan ia gunakan untuk mengembalikan kepercayaan diri wanita ini.
Pria itu termangu,saat terdengar insakan tangis wanita yang masih membenamkan wajahnya itu,perlahan ia mengangkat tangan dan mengusap pundak kiana perlahan..
"Aku lelah,,,aku lelah...dia selalu mengejarku,menghantuiku.menuntut atas apa yang pernah ku tinggalkan"hanya kalimat itu yang terucap dari mulutnya..semakin deras air mata yang mengalir,semakin dalam pula ia membenamkan wajahnya.
"Mulai saat ini,aku berjanji akan membantumu keluar dari rasa takutmu itu Kiana,kau pasti bisa.tapi ingatlah semua itu tergantung padamu,jika kau menginginkan kesembuhan itu maka lakukanlah dengan sepenuh hati,tak ada yang bisa menghilangkannya kecuali kau sendiri !!.."
Ia mengangkat pandangannya,dengan atatapan yang begitu dalam.mencerna setiap kata.menyakinkan dirinya bahwa ia mampu melakukan itu.kesembuhan itu tak akan tercipta jika ia terus membiarkan penyakit itu terus menguasainya.
Dan untuk pertama kalinya Kana berani mengatakan semua kejadian di masalalunya yang membuat hidupnya tak tenang selama ini kepada seorang pria yang baru ia kenal satu bulan yang lalu,entah mengapa ada rasa nyaman saat itu menumpahkan semua kesedihannya,,pria ini tak seburuk yang ku fikirkan,aku bisa mempercayainya!!!..
YOU ARE READING
BEHIND A NAME
Fanfictiondalam sebuah kehidupan,masalalu adalah satu hal yang terkadang menjadi sebuah kisah yang akan selalu melekat,entah itu menjadi sebuah dorongan untuk bangkit menjadi lebih baik. atau justru menjadi sebuah pentunjuk untuk kembali mengungkap sesuatu ya...
