Part 2 : The Devils is Back

Mulai dari awal
                                        

"Di perjalanan pun saya tak melihat Lidya, pak. Saya pulang dengan biasa saja kemarin,"

"Ah begitu. Terima kasih sebelumnya,"

Ve dan Shania sama-sama mengangguk kemudian kembali melakukan latihannya. Sang guru itu sangat kebingungan.

"Kemana kau Lidya?" Gumamnya.

StoryB!

"Lidya? Itu benar dirimu?"

Shania maju beberapa langkah, namun sebuah anak panah yang diluncurkan Lidya membuatnya tak melanjutkan langkahnya itu pasalnya anak panah tadi tepat jatuh di depan tanah yang Shania injak.

"Jangan dekati aku lagi. Kalian bukanlah siapa-siapaku sekarang. Aku sudah bahagia disini, bersama dengan dua teman baruku,"

"Siapa? Siapa temanmu itu?" Tanya Ve

Plok Plok..

Lidya menepuk kedua tangannya dua kali, kini muncullah kedua gadis yang mengenakan hoodie juga jaket hitam sama seperti yang dikenakan oleh Lidya. Mereka berdua tersenyum ketika melihat lawan di depannya adalah anak kerajaan, yaitu Ve.

"Kerja bagus, Lid,"

Derap langkah kuda yang memasuki desa kini semakin keras dan semakin berisik. Fino segera turun dari kudanya disusul oleh Andela dan Elaine yang mengikutinya dari belakang. Ia mengarahkan pedang miliknya kearah gadis yang berdiri di sebelah kanan.

"Ternyata tebakanku benar, rupanya itu benar-benar dirimu,"

Fino memutar pedangnya kemudian menancapkannya ke dalam tanah. Pria tadi memandangi Fino dengan tatapan yang jelas sekali keanehannya. Elaine dan Andela menjadi penonton sebentar disini.

"Huh, kenapa kau juga ada disini?"

Gadis yang ditunjuk oleh Fino kini membuka suaranya kemudian menatap tajam kearah Fino. Ia bersiap dengan sebuah bola api di tangan kanannya, namun Lidya menghentikkan aksinya itu. Lidya menoleh ke temannya kemudian menggeleng kecil. Bola api itupun menghilang.

"Empat tahun tak bertemu, jadi sekarang ini pekerjaanmu? Munafik sekali," ucap Fino

"He-Hei, apa maksudmu, hah?!"

"Dulu kau bilang ingin menjaga seluruh desa dengan kekuatan dan tubuhmu sendiri. Dan sekarang apa? Mengandalkan kekuatan yang bukan milikmu, dan yang lebih parah kau bukan menjaga seluruh desa melainkan menghancurkannya,"

"Cukup sudah,"

Gadis tadi membuat sebuah bola api yang cukup besar di kedua tangannya kemudian diluncurkannya lah kedua bola api tersebut kearah Fino. Tetapi Ve dengan sigap mengeluarkan kekuatan anginnya, membuat bola-bola api tadi menghilang seperti debu.

"Nabilah! Apa yang kubilang tidak boleh menggunakan kekuatan di daerah desa ini?!" Sahut Lidya marah.

Kini Elaine dan Andela lah yang dibuat cengo oleh perkataan Lidya. Mereka memanglah tidak mengenal Lidya, tapi mereka mengenal siapa itu Nabilah. Fino tersenyum kecut ketika memang perasaannya mengetahui itu adalah Nabilah benar adanya.

"Hah!" Nabilah membuka hoodie nya kemudian mengacak-ngacak rambutnya sendiri.

Gadis yang satu juga membuka hoodie miliknya sambil tersenyum sombong kearah kelompok Veranda. Pupil matanya sudah berubah warna menjadi hijau terang dan rambutnya berwarna merah dengan sebagian rambut berwarna putih yang tercampur.

"Jeje,"

Pria berambut acak-acakan itu mengangkat suara, Jeje, nama gadis yang satu lagi menoleh kearah pria tadi kemudian terkekeh kecil.

"Ah kak Devan rupanya. Hihi, apa kabar?"

Pria bernama Devan itu memukul sebuah dinding rumah yang berada di sebelahnya dengan penuh amarah. Jika dilihat dari segi fisik, Jeje bukanlah Jeje yang dirinya kenali lagi. Terlebih lagi dari segi hati, mungkin Jeje yang sekarang ini tak menganggap dirinya sebagai kakak lagi.

"Kalian saling kenal?" Tanya Lidya

"Dia dulu adalah kakakku, tapi sekarang dia tidaklah lebih berharga ketimbang tanah di depan rumah kita,"

"Nabilah .."

Elaine memberanikan diri untuk memanggil sahabat lamannya itu. Nabilah menoleh sedikit kemudian tersenyum kecut ketika ia menyadari keberadaan Elaine juga Andela disana.

"Siapa yang membawa anak bebek ke sini?"

"Nabilah, kenapa kamu jadi seperti ini? Kenapa?" Tanya Andela

"Menurutmu? Aku dari dulu juga seperti ini, kalian saja yang terlalu sibuk satu sama lain jadi tak dapat melihatku,"

"Mungkin mereka tidak, tapi kau tau aku selalu menemanimu, bukan?" Tanya Fino

"Itu dulu. Tapi semenjak kalian bertiga lebih dekat, kalian seakan-akan tak menganggapku ada. Dan sekarang aku menyesal, menyesal pernah mengenal kalian,"

"Tapi kami tak pernah menyesal pernah bersahabat denganmu, kami sedih karena kamu pergi tanpa bilang-bilang seperti malam itu!" Sahut Andela

"Aku tak peduli lagi dengan itu semua. Je, Lid, ayo kita pergi dari sini. Ini hanya membuang waktu saja,"

Nabilah terlebih dahulu menaiki atap salah satu rumah kemudian melompat ke rumah lain disusul oleh Jeje dan Lidya melakukan hal yang sama. Devan menatap kepergian Jeje dengan tatapan nanar.

"Lidya .." panggil Ve lemah.

"Aku telah gagal menjaga seorang sahabat!!!"

Dengan kesal, Fino kembali mengambil pedangnya kemudian dilemparkannya lurus kearah jalanan desa yang sepi itu sangat kencang sampai tak terlihat lagi. Ia melepaskan seluruh baju besinya kemudian menaiki punggung kuda putihnya itu.

"Aku pergi dulu. Jika ingin mencariku, kalian tahu dimana aku,"

Bersambung...

For last i just wanna say thankyou for all readers. Thank's for voting my story and thank's for your comment guys.

11 Feb 17

Simple Story : Devils Return!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang