"Oh ya, kembali ke topik utama. Hei Ve, apa kau tak tahu kenapa tadi aku menyuruhmu untuk pulang, hm?" Tanya gadis berhoodie tadi
"Memangnya ada apa?"
"Heheheh.... Lebih baik kau melihat kerajaanmu itu sekarang, sebelum nantinya kau menangis seperti seorang bayi,"
"Hei, jaga bicaramu !" Sahut Shania.
"Untuk apa kujaga perkataanku, kalau orang tuanya saja tak dapat menjaga perkataannya terhadapku? Hahahahah..."
Gadis tadi membuka hoodie hitam miliknya. Kini terpampang lah dengan jelas wajah si gadis beserta rambutnya yang memiliki warna tak beres. Warna ungu dengan beberapa bagian yang berwarna putih, di tambah dengan tattoo yang berada di dekat mata kanannya.
Dengan sedikit senyuman, gadis itu mulai berkata lagi. "Apakah kalian tak menyadari kalau aku menghilang? Ya jelas tentu kalian tak menyadarinya karena selalu sibuk dengan kesibukan kalian berdua saja,"
"Li... Lidya.." gumam Ve tak percaya.
Flashby
Di sebuah lapangan yang masih merupakan area dari kerajaan, terlihat beberapa gadis tengah berkumpul disana mereka masing-masing membawa panahan pribadi mereka. Ve dan Shania sedang mendapatkan giliran untuk mengetes kemampuan memanah mereka.
Ve berhasil mengenai satu lingkaran sebelum lingkaran tengah, yaitu hanya mendapatkan 9 poin saja dari 10. Sedangkan Shania berhasil mengenai lingkaran tengah yang memiliki poin 10. Semua anak bertepuk tangan karenanya, mereka tersenyum bangga pada diri sendiri ketika melihat papan yang jauh berada di depan sana.
Kini giliran Lidya dengan satu gadis lagi. Sang pelatih segera memberi aba-aba seperti satu dua tiga, tapi tanpa memperhatikan aba-aba itu, Lidya sudah meluncurkan anak panahnya terlebih dahulu. Dan, ya anak panah itu dengan sempurna mengarah kearah lingkaran 10 poin.
Gadis yang berlatih bersama Lidya itu hanya memandangnya dengan ngeri akibat keahlian Lidya yang sangat terlihat. Pelatih pun tersenyum bangga kepada Lidya, sementara itu gadis tadi hanya mendapatkan poin 7 karena mengenai lingkaran yang cukup jauh dari 10 poin.
Selesai sudah latihan hari ini, para gadis tadi segera membubarkan diri masing-masing. Seperti biasa, Shania sedang mengobrol dengan Veranda yang berjalan bersama menuju castil kerajaan. Ia tertawa ketika Ve berkata yang tidak-tidak, membuat wajah sang putri itu memerah malu.
Sementara itu, Lidya berjalan menyusuri hutan menuju desa dimana ia tinggal. Lidya tinggal di desa Barat, dimana ayah dan ibunya menetap disana. Perjalanan yang sebenarnya tak memakan waktu lebih dari 20 menit itu kini terasa lama sekali.
Setelah mengetahui sesuatu, Lidya dengan cepat memanah kearah langit dengan anak panah miliknya.
Slaarchhhh....
Sebuah pecahan kaca yang pecah berkeping-keping seakan-akan menjadi penanda kalau dirinya terjebak ke dalam sebuah ilusi. Ia memandang kesekeliling kemudian kembali berjalan, ternyata dirinya hanya diam di tempat sedaritadi ketika ia menoleh ke belakang dan itu masih saja area kerajaan.
Tiba-tiba saja dua gadis berjaket hitam juga berhoodie menghalangi jalannya. Dua-duanya sama-sama tersenyum ketika Lidya melihat kearah mereka, dengan cepat salah satu darinya mengulurkan sebelah tangan.
Semuanya menjadi gelap.
Lidya tak sadarkan diri akibat kemampuan salah satu gadis itu, kemudian gadis yang lain dengan sigap membawa tubuh Lidya di sebelah pundaknya. Ia mengangguk sebentar kearah temannya itu kemudian mereka segera meloncat kearah atas pohon dan bergegas menjauh darisana.
YOU ARE READING
Simple Story : Devils Return!
FantasyLet's Go To #400 in Fantasy !! Please support me and support my story if you like it. How to do that? Just slap the Vote Button guys! 😙 Perjuangan untuk menyatukan kembali para sahabat yang terpisah, untuk para sahabat yang telah bermusuhan juga un...
Part 2 : The Devils is Back
Start from the beginning
