"Ah, aku sedang menjalankan misi untuk mengetes devils hari ini. Kalian berdua mau ikut? Kalau mau, ada kuda yang dapat kalian pakai disana,"
Fino menunjuk seekor kuda coklat yang terikat di besi tempat meletakkan kuda. Kuda yang seharusnya kepunyaan prajuritnya itu kini sendirian, nyaris 60% pasukan Fino telah tewas dan sisanya segera berlari kembali menuju kerajaan untuk mengabarkan berita itu.
Andela lah yang pertama kali menaiki kuda tersebut, ia menarik tali kekang dengan kencang. Elaine pun menaiki kuda itu dan duduk di belakang Andela, sang kuda tak henti-hentinya bergerak kesana kemari. Andela menghentakkan tali kekang tersebut, kuda itupun terdiam.
"Tunjukan jalannya," ucap Andela.
Fino mengangguk kemudian menghentakkan tali kekang dengan kedua tangan yang sangat kencang, sang kuda pun segera berlari dengan kencang, disusul oleh kuda yang ditunggangi Andela dibelakangnya.
Di tengah hutan, derap langkah kaki kuda mereka berdua memecah keheningan. Fino memimpin untuk memberi tahukan jalan menuju desa Barat dimana Ve berjaga. Andela begitu gesit mengendalikan kudanya, karena memang sedari kecil ia sudah dilatih untuk menaiki kuda sejak berumur 5 tahun.
.
.
.
Di tempat kejadian, Ve dan Shania masih saja menyuruh para prajurit menggeledah desa ini. Mereka berdua berdiskusi kecil mengenai surat yang mereka temukan di anak panah tadi, Shania menyuruh Ve untuk tenang sebentar dan membuat rencana baru, tetapi Ve menolaknya.
Di keheningan desa, terlihat seorang gadis yang mengenakan jubah hitam beserta hoodie yang dikenakannya melintas di tengah desa. Bow yang ia bawa di tangan kiri serta beberapa anak panah di dalam kantung yang ia bawa di punggungnya menunjukkan kalau dialah yang memanah anak panah tadi.
Gadis berambut panjang dan bertubuh tinggi itu masih berjalan dengan perlahan. Tangan kanannya mengambil salah satu anak panah dan mulai meletakkannya di Bow miliknya itu. Shania dan Ve dengan sigap mengambil ancang-ancang dengan kedua tangannya.
Sluuurrtttt...!
Anak panah itu meluncur bebas, baik Ve maupun Shania tak dapat melihat kearah mana panah tersebut mengarah. Tiba-tiba saja sebuah es terjatuh dari dekat mereka berdua. Tidak itu bukan sembarang es, melainkan itu adalah anak panah yang meluncur tadi.
Gadis berhoodie tadi menoleh ke samping dengan tatapan terkejut ketika melihat seorang pria bertubuh tegap nan tinggi yang mengenakan jaket kulit disertai dengan celana jeans biru. Rambut pria itu berwarna hitam berantakan ditambah dengan tatapan mata yang sangat tajam.
"Siapa kau?!"
Pria tadi hanya tersenyum kecil mendengar perkataan gadis itu. Pria dengan wajah rupawan ini pun mendekat kemudian ia mengulurkan tangannya kearah es anak panah tadi, seketika itu juga es tersebut mencair dan memperlihatkan sebuah anak panah polos milik gadis tadi.
"Bagaimana dengan kau sendiri? Siapa kau sebenarnya?" Balas pria tadi.
Gadis tersebut tertawa, tawa yang tadinya kecil kini keras dan semakin keras. Ia kemudian terkekeh sambil memainkan Bow miliknya dengan sebelah tangan, tatapan matanya berubah menjadi serius kearah pria tadi.
"Kau masih polos rupanya sampai-sampai tak tahu siapa aku ini, ya,"
Shania memiringkan sedikit tubuhnya kearah Ve kemudian berbisik. "Ve, sepertinya aku tahu siapa pemilik suara ini. Gadis ini seperti teman latihan kita, Lidya namanya. Tapi masa iya dia itu adalah Lidya?"
Ve menoleh kearah Shania dengan pandangan yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Kemudian ia mengangkat kedua bahu tanda ia benar-benar tak tahu siapa gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Story : Devils Return!
FantasyLet's Go To #400 in Fantasy !! Please support me and support my story if you like it. How to do that? Just slap the Vote Button guys! 😙 Perjuangan untuk menyatukan kembali para sahabat yang terpisah, untuk para sahabat yang telah bermusuhan juga un...
Part 2 : The Devils is Back
Mulai dari awal
