Ia membuka kertas yang menempel di anak panah tadi, sebuah tulisan dengan tinta merah tertera disana. Ve tak yakin apakah itu tinta atau darah yang digunakan untuk menulis, ia membaca tulisan yang ada disana dalam hati.
Pergi dari sini jika ingin selamat, Putri Veranda. Kawasan ini telah dikepung oleh 'teman' ku. Kuharap anda mengerti. Salam hormat, L. Devils.
Ve menoleh ke kiri dan ke kanan berusaha mencari asal dari anak panah tersebut. Shania kini ikut turun dari kuda putihnya kemudian menepuk ringan pundak kanan sahabatnya itu, ia melihat kearah kertas yang dipegang oleh Veranda itu.
"V-Ve..." panggil Shania
Veranda mengangguk kecil dan kemudian meremas kertas tersebut dengan sebelah tangan. Ia memandangi beberapa rumah yang berada disana, semua warga masih berada di dalam dan sedikit mengintip dari kaca jendela karena mendengar teriakan prajurit tadi.
"SEMUANYA, CEPAT GELEDAH LOKASI INI. DAN KAU, CEPAT LAKUKAN YANG SUDAH KUTUGASKAN!" Seru Veranda
Semua prajurit tampak tersentak sesaat akan tetapi mereka langsung mengubah posisi, sedangkan satu prajurit mulai mengeluarkan sesuatu dari tas kecil yang dibawa olehnya. Terlihat empat prajurit lain mulai melindunginya sementara yang lainnya segera bergegas menggeledah desa ini.
"Dasar keras kepala"
***
Di tempat Niko, ia sangat jelas menunjukkan kemalasannya saat berjalan-jalan mengelilingi desa. Kuda miliknya diikatkan pada sebuah besi yang berada di dekat salah satu rumah disana. Ia memilih untuk berjalan kaki untuk mengelilingi desa ini.
Sambil bersiul merdu, ia berjalan seraya meletakkan kedua tangan di dalam saku tepat di sela-sela baju besinya itu. Desa ini sangat ramai penduduk, banyak sekali anak kecil yang berlalu lalang untuk bermain kejar-kejaran, juga beberapa orang tua yang berlarian demi mengejar anaknya yang sedang bermain itu.
Seorang prajurit mendatangi Niko hendak membicarakan sesuatu, akan tetapi suara ledakan menyedot perhatian Niko terlebih dahulu. Ia memalingkan wajahnya ke udara untuk melihat apa yang terjadi. Sebuah asap hijau terlihat disana, Niko menepuk bahu prajurit tadi.
"Siapkan kuda, kita bergegas dari sini,"
.
.
.
Sementara itu di tempat Aldy, ia sedang membaca sebuah buku yang merupakan buku dimana asal mula desa desa terbentuk. Di sebuah perpustakaan umum yang ada disana, ia sudah menumpuk beberapa buku menjadi satu tumpukan yang cukup tinggi.
Bunyi keras yang berasal dari desa sebelah membuatnya menoleh kearah langit, sebuah asap hijau terlihat dengan jelas disana. Aldy menutup bukunya kemudian segera bergegas keluar dari perpustakaan tersebut tanpa mengembalikan seluruh buku yang belum habis dibaca olehnya.
Ia menarik saddle kuda nya kemudian memegang erat tali kekang dari kuda tersebut. Beberapa prajurit mengikuti apa yang dilakukan Aldy kemudian menjalankan kuda mereka mendekati sang pangeran tersebut.
"Ada apa, tuan Aldy?"
Salah satu prajurit bertanya dengan sangat sopan. Aldy memandang kearah langit sekali lagi kemudian menghela nafas dari mulutnya.
"Kak Ve sudah menemukannya. Lebih cepat kita pergi sekarang,"
Sang prajurit menatap prajurit lain dengan tatapan kebingungan sementara yang ditatap pun hanya dapat menaikkan kedua bahu tanda kalau ia tak tau.
.
.
.
Di tempat Fino, ia sudah melihat asap tersebut sedaritadi. Dirinya yang telah bersiap di atas punggung kuda putih miliknya itu langsung saja menarik tali kekang miliknya. Ia sedikit melirik kearah Elaine dan Andela yang terlihat bingung.
YOU ARE READING
Simple Story : Devils Return!
FantasyLet's Go To #400 in Fantasy !! Please support me and support my story if you like it. How to do that? Just slap the Vote Button guys! 😙 Perjuangan untuk menyatukan kembali para sahabat yang terpisah, untuk para sahabat yang telah bermusuhan juga un...
Part 2 : The Devils is Back
Start from the beginning
